PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengertian Stek
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai
alternarif perbanyakan
vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan
keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif
buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan
jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru
terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan. Perbanyakan tanaman dengan stek meliputi stek
batang, stek bertunas daun, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi ( meliputi
umbi lapis, umbi palsu, umbi batang, umbi akar dan akar batang).
Kondisi
lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman induk diantaranya
adalah:
1. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid.
2. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
1. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid.
2. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4.
Kandungan karbohidrat. Untuk
meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek yang masih ada pada tanaman
sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat. .
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan penyetekan adalah:
• Gunting atau pisau setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang bisa rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar, sehingga bisa membusukkan pangkal setek.
• Gunting atau pisau setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang bisa rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar, sehingga bisa membusukkan pangkal setek.
• Pada saat mengambil setek batang, pohon
induk harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang bertunas.
• Kondisi daun pada cabang yang hendak
diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat
melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan karbohidrat.
Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di batang.
Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada
waktu pembentukan akar baru.
• Kondisi batang pada saat pengambilan berada
dalam keadaan setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada
saat ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai
untuk menunjang terjadinya perakaran setek. Pada batang yang masih muda,
kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi. Biasanya pada kasus
ini hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik
harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, jangan heran kalau pada setek yang
batangnya muda gampang terjadi kegagalan
Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Berhasilnya pembiakan
vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya akar pada stek (Djamhuri et al, 1986). Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Faktor Dalam
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan
dapat dibiakkan dengan metode stek, baik itu dengan stek akar, stek batang,
stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa pohon justru tidak bisa dibiakkan
dengan metode stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi
yang terkandung dalam bahan stek, ketersediaan air, kandungan hormon endogen
dalam jaringan stek, tipe bahan stek, kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon
induk dan umur bahan stek itu sendiri.
Faktor Luar (lingkungan)
a. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah
21-270 C.
Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C
untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
b. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan
untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk
akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap
berada dalam tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan
oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek
(Mahlstede dan Haber, 1957).
Menurut Hartmann dan Kester
(1978), kriteria media yang baik adalah sebagai berikut :
·
Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama
perkecambahan atau pertumbuhan.
·
Harus mampu
mempertahankan kelembaban
·
Memiliki aerasi dan draenase yang baik
·
Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagi organisme penyakit
·
Tidak memiliki
salinitas yang tinggi
·
Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek
penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan
stek sebaiknya di atas 90% terutama sebelum stek mampu membentuk akar karena
kelembaban yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah
stek dari kekeringan dan kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungannya
sebaiknya jangan juga terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan
kurang steril, kelembaban yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan
mikroba penggangu yang dapat menyebabkan kegagalan stek.
d. Intensitas cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman
sebagai salah satu komponen dalam proses fotosintesis, untuk itu intensitas
cahaya yang sesuai untuk tanaman akan menentukan keberhasilan stek. Pengaturan
intensitas cahaya dapat dilakukan dengan pengaturan intensitas naungan.
e. Pemberian Zat pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah
adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan
diferensiasi sel. Pengaturan pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara
pembentukan hormon-hormon, mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi
atau dengan perubahan tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai
peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hartmann dan Kester,
1983).
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek
batang dan stek pucuk. Salah satu Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan
untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin
yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA.
Sedangkan jenis auksin yang dipergunakan secara luas dan merupakan bahan
terbaik dibandingkan dengan jenis auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan
Kester, 1983).
Di dalam praktek pemakaian,
IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan mobilitasnya di dalam tanaman
rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke tunas-tunas dan menghalangi
perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas tersebut. Kelemahan NAA yaitu
kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga penggunaanya harus hati-hati agar
konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA bersifat lebih baik daripada IAA dan
NAA, karena kandungan kimianya lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan
relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam tanaman, sehingga memungkinkan
memperoleh respon yang lebih baik terhadap perakaran stek. (Kusumo,1984).
Menurut Rochiman dan Harjadi
(1973), Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu,
konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel
dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada
konsentrasi dibawah optimum tidak efektif. Selain faktor dalam dan faktor
lingkungan, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menurut Rochiman dan Harjadi
(1973) adalah faktor pelaksanaan.
Faktor Pelaksanaan
Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim
dimana kelembaban udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan
karena pada masa ini tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986).
Pelaksanaan penyetekan, mulai dari
pemotongan bahan stek, penanaman sampai pemeliharaan akan mempengaruhi
keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan dibutuhkan peralatan yang bersih
dan steril sehingga memperkecil kemungkinan stek terserang oleh hama dan
penyakit.
PEMBAHASAN
Tanaman alpukat dikenal sebagai tanaman yang sulit
di cangkok untuk inilah perbanyakan bibit alpukat secara vegetatif banyak
dilakukan melalui cara okulasi dan sambung pucuk. Upaya memperbanyak bibit
tanaman alpukat jumbo dengan cara vegetatif okulasi dan sambung pucuk adalah
hal yang cukup membuat sakit kepala. Sakit kepala ini lebih disebabkan
oleh terbatasnya ketersediaan batang bawah - rootstock yang akan digunakan
dalam penyambungan. Pada hari ke 7 tampak akar mulai muncul yang ditandai
dengan munculnya tunas akar pada bagian ruas stek yang terendam larutan
hidroponik
Perbanyakan bibit tanaman alpukat jumbo menggunakan
metoda stek pucuk. Stek pucuk adalah cara perbanyakan vegetatif yang
menggunakan pucuk tanaman muda. Pemilihan pucuk muda hendaknya diambil
dari tanaman yang sudah cukup umur dan sudah berproduksi, hal ini penting agar
nantinya tanaman yang diperbanyak melalui cara sambung pucuk juga akan cepat
berproduksi.
Berbeda dengan cara stek pucuk pada umumnya yang
dilakukan dengan langsung menancapkan pucuk muda tanaman pada media tanam di
dalam polybag, dalam riset kali ini menggantikan media tanam dengan larutan
hidroponik. Pemilihan ini ditujukan untuk memperbesar peluang keberhasilan
stek, karena calon bibit diperlakukan di dalam lingkungan yang lebih bersih.
Untuk
melakukan stek pucuk, ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tunas sangatlah
diperlukan. Penggunaan larutan hidroponik sebagai pengganti air 'murni' sebagai
media tanam diperlukan untuk menjamin pasokkan nutrisi ini. Daun pada tunas
disisakan agar tetap terjadi proses metabolisme yang diperlukkan untuk
pembentukkan akar. Untuk mencegah batang menjadi kering, maka stek perlu
disungkup rapat.
KESIMPULAN
Pembiakan tanaman alpukat menggunakan teknik stek
pucuk hidroponik tampaknya dapat dijadikan alternatif pembanyakan tanaman
alpukat dengan cara vegetative.
Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan
jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1)
Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak
kawin) dengan menggunakan organ vegetatif. Pembiakan aseksual atau pembiakan
secara tak kawin adalah dasar dari pembiakan vegetative, memungkinkan
tanaman-tanaman memulikan dirinya dengan regenerasi dari jaringan-jaringan dan
bagian-bagian yang hilang.
Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman
perkebunan. Bagian akar yang kita ambil adalah cabang akar yang tidak
jauh dari akar tunggang dan berasal dari tanaman yang berdaun banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Setyati Hardjadi, 1995. Pengantar agronomi, PT. Gramedia, Jakarta
Masukkan Komentar di bawah