KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Teknologi Benih dengan tema "DORMANSI BENIH" ini tepat pada waktuny.
Kami juga mengucapkan terima kasih
pada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Benih yang telah membimbing kami
dalam kegiatan perkuliahan ini.
Kami
telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah ini, namun
demikian kami tetap menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan baik dari segi
bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dan untuk pembelajaran di
masa yang akan datang. Akhir kata , kami ucapkan terima kasih.
Jambi,
April 2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Benih
merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada
setiap
musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah
karena
produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan
pengguna
atau petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebagai organisme mini
hidup
yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana
tertentu
yang digunakan sebagai penerus generasi.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat
tinggi merupakan peristiwa yang kompleks. Jika dimulai dari proses
perkecambahan, maka proses selanjutnya merupakan sederet perubahan morfologi
dan fisiologi yang dinamakan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
vegetatif menyusul perkecambahan yang merupakan proses pembentangan sel-sel
penyusun embrio adalah terjadinya diferensiasi sel meristem apikal, membentuk
organ vegetatif dan selanjutnya terjadi pertumbuhan reproduktif
(Soerodikoesomo, 1994).
Buah atau biji yang terbentuk biasanya
mengalami periode dorman sebelum berkecambah untuk menyelesaikan hidupnya. Pada
tumbuhan umur pendek, setelah terbentuk buah atau biji, bagian vegetatif akan
mati. Pada tumbuhan tahunan, tidak mati tetapi untuk periode tertentu dapat
lama atau sebentar akan mengalami periode dorman, sebelum melanjutkan
pertumbuhan vegetatif lagi. Perkecualian sudah tentu ada, misalnya tumbuhan
bakau bijinya berkecambah sewaktu masih berada di dalam buah yang melekat pada
induknya (Soerodikoesomo, 1994).
Ada kalanya lingkungan tumbuh tidak sesuai
dengan pertumbuhan. Misal di iklim sedang, ada musim dingin yang tidak memungkinkan
tumbuhan tumbuh normal. Di tropika sekalipun ada saat tidak baik untuk
pertumbuhan, misalnya keadaan kering yang lama. Untuk itu tumbuhan akan
memasuki masa dorman, yaitu meristem kuncup tetap mempunyai potensi untuk
tumbuh, tetapi tidak melakukan pertumbuhan atau pertumbuhannya sangat lambat
(Goldsworthy, 1992).
Dormansi dapat di jumpai pada berbagai organ
lain misalnya rhizome, umbi, umbi lapis, dan biji. Penyebab terjadinya dormasi
bermacam-macam, ada yang spontan, ada yang karena keadaan lingkungan, misalnya
kekurangan air, temperatur rendah, hari pendek. Jika dianalisis, ternyata ada
beberapa hormon yang ikut mempengaruhinya. Pada organ dorman, selain kadar
kenaikan absisin juga terjadi perubahan lain, yaitu turunnya kadar air,
transpor antar sel terhambat, organel tertentu mereduksi dan metabolisme lambat
(Goldsworthy, 1992).
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang
dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu
keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi
merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu
dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau
kimiawi. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau
seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering
dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi
dormansi tersebut.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih
masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin
setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya.
Selama
penyimpanan benih-benih dalam keadaan dormansi (tidur) dan perlu dilakukan
perlakuan sebelum di kecambahkan. Benih dikatakan dormansi apabila benih itu
sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi
ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya.
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
·
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan
penyebab dormansi
·
Mahasiswa dapat mengetahui tipe-tipe dari
dormansi
·
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana teknik
pematahan dormansi
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Dormansi
Dormansi
adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik
atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik
lingkungan, atau kimiawi.
Banyak
biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara
normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan.
Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih
menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian
tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.
2.2
Penyebab Terjadinya Dormansi Benih
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan
oleh :
·
Rendahnya atau tidak
adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih)
yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih.
·
Respirasi yang
tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu
keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan
rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
·
Resistensi mekanis
kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga
menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai
pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormani sering dijumpai pada benih
timun putih, pare dan semangka non biji.
2.3 Tipe-tipe Dormansi Benih
Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang
lebih dari satu tipe terjadi didalam benih yang sama. Di alam, dormansi
dipatahkan secara perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas.
Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe
dormansi.
Secara
umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
1.
Innate dormansi (dormansi primer)
Dormansi
primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri
dari dua sifat:
·
Dormansi
eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting
perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan kegagalan dalam
perkecambahan. Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari kulit
benih serta faktor lingkungan selama perkecambahan.
·
Dormansi
endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena
sifat-sifat tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan
inhibitor yang berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan
sensitivitas terhadap suhu dan cahaya.
2.
Induced dormansi (dormansi sekunder)
Dormansi
sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi
karena dihilangkannya satu atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder disini
adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila
dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu
dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi
sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk
berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang
membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan
oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh
pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi
menjadi lebih terbatas.
Sedangkan menurut
Sutopo (1985), Ada beberapa tipe
dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi
Fisik
Pada
tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas structural terhadap perkecambahan
adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis
terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk
dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas
kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini
disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini
pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari
lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan
paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam selain
pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat
pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat
membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi
mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap
berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan
tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera
tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada
tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan
oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit
biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan
dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Permeabilitas yang
rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.
Pada
dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika
tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai
oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk
kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada
daerah dengan temperatur hangat. Benih kacang adalah
benih sayur yang tidak kenal masa dormansinya.
2. Dormasi
fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna
pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu
tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini
berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung
jenis benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan
kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk
sempurna dan dapat berkecambah (Schmidt, 2002).
Beberapa penyebab
dormansi fisiologis adalah :
a.
Immaturity Embrio
Pada
dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya
sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih
ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap
terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
b.
After ripenin
Benih
yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu
agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After
Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi
fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu
berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari
sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
c.
Dormansi Sekunder
Dormansi
sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah,
tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama
beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah.
Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi
yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan
cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga
dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada
kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga
pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
d.
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio
Dormansi
ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio.
Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara
lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids
Lactone (Counamin) dll. Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting
dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Tipe
dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari
beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari
immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan
perlakuan chilling.
2.4 Teknik Pematahan Dormansi Benih
Tujuan
pematahan dormansi adalah mendorong proses pematangan embrio, mengaktifkan
enzim di dalam embrio, dan peningkatan permeabilitas kulit benih yang
memungkinkan masuknya air dan gas-gas yang diperlukan dalam perkecambahan
(Muchtar 1987).
Untuk
mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah
utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh atau kecambah benih yang
dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan
cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Bewley
dan Black (1985) mengemukakan 2 proses mekanisme pematahan dormansi, yaitu :
1.
Proses dormansi hormonal, konsep dari teori tersebut dihubungkan
dengan hormon pengatur tumbuh, baik yang menghambat (inhibitor) maupun yang merangsang
pertumbuhan (promotor). Dormansi dapat dipatahkan dengan menghilangkan
inhibitor atau dengan penggunaan promotor yang mampu mempercepat terjadinya
keseimbangan antara inhibitor dan promotor.
2.
Proses pengaruh metabolik sebagai akibat perlakuan pematahan
dormansi, konsepnya melibatkan lintasan pentose fosfat untuk
sintesis RNA, DNA dan protein.
Ada beberapa cara
yang telah diketahui adalah :
A.
Dengan perlakuan mekanis
Diantaranya
yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok
kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah
kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki
sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk
melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau
gas.
B.
Dengan perlakuan kimia
Tujuan
dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air
pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat
dilalui oleh air dengan mudah.
-
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat
pekat selama 20 menit sebelum tanam.
-
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
-
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200
PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
C.
Perlakuan perendaman dengan air
Perlakuan
perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam
air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama
beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih,
dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan. Perendaman dengan air panas merupakan salah satu
cara memecahkan masa dormansi benih
HCl adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih.
HCl adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih.
D.
Perlakuan dengan suhu
Cara yang
sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang
berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda
untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
E.
Perlakuan dengan cahaya
Cahaya
berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi
juga intensitas cahaya dan panjang hari.
Di bawah ini adalah tabel tipe-tipe dari dormansi beserta metode
pematahan dormansi.
Tipe dormansi
|
Karakteristik
|
Contoh spesies
|
Metode pematahan dormansi
|
|
Alami
|
Buatan
|
|||
Immature embryo
|
Benih secara
fisiologis belum mampu berkecambah, karena embryo belum masak walaupun biji
sudah masak
|
Fraxinus excelcior,
Ginkgo biloba, Gnetum gnemon
|
Pematangan secara
alami setelah biji disebarkan
|
Melanjutkan proses
fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)
|
Dormansi mekanis
|
Perkembangan embryo
secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras
|
Pterocarpus,
Terminalia spp, Melia volkensii
|
Dekomposisi bertahap
pada struktur yang keras
|
Peretakan mekanis
|
Dormansi fisis
|
Imbibisi/penyerapan
air terhalang oleh lapisan kulit biji/buah yang impermeable
|
Beberapa Legum &
Myrtaceae
|
Fluktuasi suhu
|
Skarifikasi mekanis,
pemberian air panas atau bahan kimia
|
Dormansi chemis
|
Buah atau biji
mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat
perkecambahan
|
Buah fleshy
(berdaging)
|
Pencucian (leaching)
oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah
|
Menghilangkan jaringan
buah dan mencuci bijinya dengan air
|
Foto
dormansi
|
Biji gagal berkecambah
tanpa adanya pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh mekanisme
biokimia fitokrom
|
Sebagian besar spesies
temperate, tumbuhan pioneer tropika humida seperti eucalyptus dan Spathodea
|
Pencahayaan
|
Pencahayaan
|
Thermo
dormansi
|
Perkecambahan rendah
tanpa adanya perlakuan dengan suhu tertentu
|
Sebagian besar spesies
temperate, tumbuhan pioneer daerah tropis-subtropis kering, tumbuhan pioneer
tropika humida
|
Penempatan pada suhu
rendah di musim dingin
Pembakaran
Pemberian suhu yang
berfluktuasi
|
Stratifikasi atau
pemberian perlakuan suhu rendah
Pemberian suhu tinggi
Pemberian suhu
berfluktuasi
|
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Benih
merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim
tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi
benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna atau petani.
2.
Benih
yang mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan atau terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
3.
Secara
umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a.
Dormansi
Fisik, disebabkan oleh pembatasan structural terhadap perkecambahan biji,
seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis
terhadap masuknya air atau gas-gas kedalam biji.
b.
Dormansi
Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa
penghambat maupun perangsang tumbuh.
4.
Cara-cara
untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis, perlakuan
kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur tertentu dan
perlakuan dengan cahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdi.
2008. Dormansi Pada Benih Tanaman Pangan Dan Cara Praktis Membangkitkannya.
Diakses dari http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm.
pada tanggal 28 November 2010 pukul 20.20 WIB
Goldsworthy, Peter,
1992, Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Soerodikoesomo, Wibisono, 1994, Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan, Depdikbud, Jakarta
Sasmithahamihardja,
D., (1996), Fisiologi Tumbuhan, Fakultas FMIPA ITB, Bandung
Sutopo,
Lita., (1993) Teknologi Benih, Fakultas Pertanian UNBRAW, Jakarta Utara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi
Masukkan Komentar di bawah