Kelompok hormon
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan
untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan efek
fisiologi yang sama, bukan semata kemiripan struktur kimia. Pada saat ini
dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa
Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins),
giberelin (gibberellins,
GAs), etilena (etena, ETH), dan asam
absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama bersifat positif
bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun
menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat (inhibitor)
pertumbuhan. Selain kelima kelompok itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain
yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa
kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik, seperti brasinosteroid, asam
jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa
senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Auksin
Ada 9 auksin indol, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu
etilena yang dihasilkan secara alami dan telah diekstraksi orang[1]. ZPT
sintetik ada yang memiliki fungsi sama dengan ZPT alami, meskipun secara
struktural berbeda. Dalam praktik, seringkali ZPT sintetik (buatan manusia)
lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan usaha
tani daripada
ekstraksi ZPT alami.
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah
cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada
suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin
sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam
indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh
manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA),
asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan
asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada
konsentrasi yang jauh lebih tinggi.
Sitokinin
Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin
berarti "terkait dengan pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini
yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin
diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun
kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang
menemukan pula zeatin, yang
diekstrak dari bulir jagung yang belum
masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang
dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel[2]. Sitokinin
alami lain misalnya adalah 2iP.
Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin
sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA)
dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).
Giberelin atau asam giberelat
Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan
diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang
ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3 merupakan
substansi yang diketahui menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang
terserang fungi Gibberella
fujikuroi.
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu
giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif
secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan,
perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat
lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya
sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai
bioaktif hormon.
Giberelin pertama ditemukan sehubungan dengan penyakit padi bekanae di
jepang yang disebabkan oleh jamur Gibberella Fujikuroi. Jamur ini menghasilkan
beberapa macam giberelin yang lebih dikenal dengan nama asam giblat (Giberelic Acid).
Pengaruh yang sudah sangat dikenal dari giberelin ialah menambah perpanjangan
batang. Ada 6 macam giberelin (GA) yaitu : GA1, GA2, GA3. Giberelin terdapat di
berbagai bagian jenis tumbuhan sebagai regulator pertumbuhan. Giberelin juga
berpengaruh terhadap pembungaan, pertunasan dan dormansi. Percobaan telah
dilakukan terhadap jagung kerdil, ternyata giberelin telah dapat menambah
tinggi jagung tersebut, makin bertambah konsentrasi giberelin makin tinggi
respon pertumbuhannya. Giberelin mempengaruhi baik perpanjangan sel maupun
pembelahannya. Sumber utama Giberelin ialah bakal daun dan sistem akar Sintesis
giberelin juga terjadi pada embrio buah dan biji.
Etena atau etilena
Zat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu
substansi saja, yaitu etena, dan
berwujud gas pada suhu
dan tekanan ruangan (ambien). Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan
buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek tanpa
mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan
tindakan menaikkan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah untuk
mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah
tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di
udara sebagian akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi
etilena.
Berbagai substansi dibuat orang sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon
(asam
2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan
beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH). Senyawa BOH bahkan juga dapat memicu
pembentukan bunga pada nanas. Kalium
nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang
pembentukan etilena secara endogen.
Inhibitor
Inhibitor alami adalah asam
absisat atau ABA. ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk tidak aktif yang
disebut sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa sintetik dibuat dan
diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme, seperti MH,
(2-kloroetil) amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan Chlormequat),
SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA), dan morphactin.
Masukkan Komentar di bawah