BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai
dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang ( Taiz and
Zeiger 1998).
Pertumbuhan
awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang
dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan
makanan, dan calon daun (calon akar). Sebutir biji mengandung satu embrio.
Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang
akan tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam
kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein dan beberapa jenis enzim.
Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, disebut testa. Testa berfungsi
sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya
bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut
mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon.
(Bagod Sudjadi, 2006)
Biji
memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Pada saat biji terbentuk, air di
dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air,
biji tidak dapat melangsungkan proses metabolism sehingga menjadi tidak aktif
(dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (ekstrem;
sangat dingin atau kering) karena struktur biji yang kuat akan melindungi
embrio agar tetap bertahan hidup. (Bagod Sudjadi, 2006).
Pengujian
benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak
dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian di labolatorium
dilaksnakan dengan mengendalikan factor lingkungan agar mencapai perkecambahan
benih paling teratur, cepat dan lengkap bagi kebanyakan contoh benih.
Terdapat
bermacam – macam metode uji perkecambahan benih. Berdasarkan substratnya,
metode uji perkecambahan benih dapat digolongkan ke dalam biji dengan
menggunakan kertas, pasir atau tanah.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui struktur
benih berbagai tanaman pangan, yang tergolong pada benih monokotil dan dikotil
2. Mahasiswa mengenal berbagai
metode uji viabilitas benih dengan pengencambahan, terutama untuk uji potensi
berkecambah dan uji daya kecambah
3. Mahasiswa mengetahui daya
kecambah jagung varietas sukmaraja, kedelei varietas grobogan dengan metode uji
diatas kertas ( UDK ) dan uji kertas dilapis dengan plastic ( UKDDP ) dan
mengetahui daya kecambah kacang tanah varietas Tupai pada media pasir dan
tanah.
4. Mahasiswa mengetahui
spesifikasi berbagai metode uji viabilitas benih dengan pengecambahan
5. Mahasiswa mengetahui criteria
berkecambah normal dan abnormal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENGERTIAN PERKECAMBAHAN
Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula
dan plumula. (Bagod Sudjadi, 2006)
Perkecambahan
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini
adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat
perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula
tumbuh dan berkembang menjadi akar. (Istamar Syamsuri, 2004)
Perkecambahan
merupakan sustu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar
menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula
tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai
proses perkecambahan fisiologis. (Salisbury, 1985)
2.2
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN
Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor
pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih
dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal)
Factor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
2.3 TIPE – TIPE
PERKECAMBAHAN
a.
Tipe Epigeal
adalah
munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan
membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Contoh : cerry,
kacang merah, Lombok, tomat dan lain – lain.
b.
Tipe Hipogeal
adalah
munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang
ke atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji
dibawah permukaan tanah. Contoh : jagung, palem dan lain – lain.
2.4 PROSES PERKECAMBAHAN
Tahap 1
Penyerapan air oleh benih, melunakkan kulit benih
terjadi dehidrasi dari protoplasma
Tahap 2
Aktivitas sel dan enzim – enzim, meningkatnya
tingkat respirasi benih
Tahap 3
Terjadi penguraian kabohidrat, lemak, protein
menjadi bentuk yang melarutkan dan ditranslokasi ke titik tumbuh.
Tahap 4
Asimiliasi dari bahan – bahan yang diuraikan menuju
daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhan sel – sel baru.
Tahap 5
Pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel pada titik tumbuh.
BAB
III
M
E T O D E
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium
Pemuliaan Tanaman Fapertek UNIPA Manokwari, penelitian ini berlangsung selama 1
minggu yaitu dari tanggal 24 Maret sampai dengan 31 Maret 2011.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah :
-
25 buah Benih kacang kedelei varietas Grobogan
-
50 buah Benih kacang tanah varietas Tapir
-
50 buah Benih
jagung varietas Sukmaraja
-
Air
-
Tanah
-
Pasir
Alat – alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-
2 buah cawan petri
-
Kertas HVS
-
Plastic mika bening
-
2 buah keranjang
3.3 Prosedur Kerja
a.
pengecambahan benih dengan substrat kertas
~. Metode UDK
( Uji Diatas Kertas )
1. Siapkan 3 . 4 kertas merang lembab didalam cawan petri
2. Atur 25 butir benih jagung dan kedelei diatas substrat itu dengan cara
menyusunnya secara teratur dalam posisi melingkar.
3. Tutup cawan dengan penutupnya dan biarkan pada tempat yang terang atau
terkena cahaya
4. Amati bentuk – bentuk kecambah normall dan abnormal pada umur 3 – 5 HST.
~. Metode UKDdp ( Uji Kertas Digulung Didirikan dalam plastic )
1.
Hamparkan selembar plastic transparan tipis diatas
meja praktikum.
2.
Siapakan kertas merang lembab dan letakkan terhampar
diatas lembar plastic tadi.
3.
Basahi kertas tersebut.
4.
Atur 25 benih jagung tadi diats substrat itu dengan
cara menyusunnya.
5.
Tutup substrat tadi yang telah ditanami tadi dengan
2-3 kertas merang lembab lainnya.
6.
Gulung materi pengujian itu kea rah panjang
substrat.
7.
Tempatkan gulungan tersebut dengan posisi vertical
di dalam ember yang telah di isi air.
8.
Amati bentuk – bentuk berkecambah normal dan
abnormal pada umur 3 - 6 HST.
9.
Hitung presentase potensi tumbuh maksimum dan daya
kecambah benih pada pengamatan terakhir
b. Pengecambahan benih dengan substrat tanah
1. siapkan tanah
2. bersihkan tanah tersebut
dari bebatuan ataupun kotoran lainnya yang ada
3. Tanam 25
benih kacang tanah dari jenis yang sudah
disiapkan pada kedalaman yang sesuai ( 2 – 3 cm) kemudian di tutup dengan tanah
.
4. amati bentuk – bentuk berkecambah normal dan
abnormal pada umur 3 - 6 HST.
5. hitung presentase potensi tumbuh maksimum dan
daya kecambah benih pada pengamatan terakhir.
c. . Pengecambahan benih dengan substrat pasir
1. siapkan pasir
2. bersihkan pasir tersebut
dari bebatuan ataupun kotoran lainnya yang ada
3. Tanam 25
benih kacang tanah dari jenis yang sudah disiapkan pada kedalaman yang sesuai (
2 – 3 cm) kemudian di tutup dengan pasir.
4. amati bentuk – bentuk berkecambah normal dan
abnormal pada umur 3 - 6 HST.
5. hitung presentase potensi tumbuh maksimum dan
daya kecambah benih pada pengamatan terakhir.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a). Pengamatan setelah 4 hari (
28/3/2011 )
~ Pada cawan petri
- Jagung
* Yang
berkecambah ( normal ) = 17 benih
* Yang tidak
normal= 13 benih
- Kedelei
Yang
berkecambah ( normal ) = 12
Yang tidak
normal = 7
~ Pada keranjang
Yang berkecambah = tidak
ada
b). pengamatan setelah 1 minggu ( 30/3/2011)
~
Pada cawan petri
-
Jagung
Normal
: 9 benih
Abnormal
: 16 benih
-
Kacang kedelei
Normal
: 4 benih
Abnormal : 23 benih
~
Pada Plastik mika bening
-
Jagung
Normal : 21 benih
Abnormal : 4 benih
~ Pada keranjang
-
Media tanah
Normal : tidak ada
Abnormal : semua benih
-
Media pasir
Normal : tidaka ada
Abnormal : semua benih
c). Daya Kecambah
Rumus daya kecambah =
-
Pada cawan petri
#. Jagung
Jagung =
=
36 %
#. Kacang kedelei
Kacang
kedelei =
= 16 %
-
Pada plastic mika bening
Jagung =
= 84 %
-
Pada keranjang
#. Media Tanah =
= 0 % ( gagal )
#. Media pasir =
=
0 % ( gagal )
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan adalah tipe perkecambahan benih jagung
dan kacang tanah adalah hypogeal yang
mana adalah munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang ke atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di
dalam kulit biji dibawah permukaan tanah.
sedangkan benih kacang kedelei tipe perkecambahannya adalah epigeal yang
mana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak
memanjang ke atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam
kulit biji dibawah permukaan tanah.
Benih jagung
yang di kecambahkan pada plastic lebih baik di banding yang di kecambahkan pada
cawan petri, dalam hal ini benih yang berkecambah lebih banyak di bandingkan
yang di cawan petri akar dan batangnya pun lebih panjang serta daunnya pun
lebih panjang dan lebar. di karenakan benih yang di kecambahkan pada cawan di
tutup sehingga benih tidak dapat tumbuh keatas dan airnya pun tidak jauh dari
benih sehingga akarnya lebih pendek, dan banyak benih yang gagal/mati/abnormal
karena terendam oleh air, di bandingkan
dengan yang di plastic mika karena perkecambahan tidak terhalangi sehingga
lebih panjang kecambahnya dan tidak terendam/tergenang air maka benih yang
gagal pun sedikit.dengan demikian daya kecambah pada plastic lebih besar di
bandingkan dengan yang di cawan.
Selain itu cahaya juga mempengaruhi proses
perkecambahan yakni dengan metode UDK benih tidak mendapatkan cahaya secara
langsung, karena di tutup. Sedangkan pada metode UKDdp benih mendapatkan cahaya
langsung.
Benih kedelei yang di kecambahkan banyak yang gagal
karena busuk,terendam air. Alasan lain adalah benih Kedelei
yang digunakan tidak bagus sehingga banyak benih yang rusak. Benih
kacang tanah yang di kecambahkan semuanya tidak berkecambahkan hal ini di
karenakan benih yang digunakan sudah tidak bagus lagi sehingga benih menjadi
busuk.
Criteria perkecambahan normal adalah untuk kedelei ada plumula dan akar
sekunder sedangkan jagung ada daun primer dan sekunder serta ada akar
sekundernya.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 kesimpulan
Kesimpulannya adalah :
1. Jagung merupakan benih monokotil.
Dan kedelei adalah benih dikotil
2. tipe perkecambahan benih jagung
dan kacang tanah adalah hypogeal yang
mana adalah munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang ke atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di
dalam kulit biji dibawah permukaan tanah.
sedangkan benih kacang kedelei tipe perkecambahannya adalah epigeal yang
mana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang
ke atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji
dibawah permukaan tanah.
3. Benih jagung yang di kecambahkan dengan metode uji
kertas di gulung didirikan dalam plastic ( UKDdp ) lebih baik di banding yang
di kecambahkan pdengan metode Uji Diatas kertas ( UDK ) karena benih yang di
kecambahkan pada cawan di tutup sehingga benih tidak dapat tumbuh keatas dan
airnya pun tidak jauh dari benih sehingga akarnya lebih pendek, dan banyak
benih yang gagal/mati/abnormal karena terendam oleh air, di bandingkan dengan yang di plastic mika
karena perkecambahan tidak terhalangi sehingga lebih panjang kecambahnya dan
tidak terendam/tergenang air maka benih yang gagal pun sedikit.dengan demikian
daya kecambah pada plastic lebih besar di bandingkan dengan yang di cawan.
4. Cahaya mempengaruhi proses
perkecambahan.
5. Criteria perkecambahan normal
adalah untuk kedelei ada plumula dan akar sekunder sedangkan jagung ada daun
primer dan sekunder serta ada akar sekundernya.
5.2 saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah :
Perlu adanya kerjasama dan kekompakkan
dalam kelompok.
Masukkan Komentar di bawah