A. PERALIHAN
SISTEM PERTANIAN ORANG RIMBA (Studi Kasus di Taman Nasional Bukit Dua Belas
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi)
B.
LATAR
BELAKANG
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam
setiap sisi kehidupan manusia. Dengan pertanian manusia dapat memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Pertanian juga merupakan sektor yang
sangat penting dalam sektor industri, yang mana bahan baku industri di peroleh
dari hasil pertanian. Dengan demikian sangatlah jelas bahwa peran pertanian
dalam memenuhi kebutuhan manusia sangat dominan dan manusia tidak dapat
melangsungkan kehidupannya tanpa pertanian. Dinamisasi perkembangan pertanian
sangatlah bergantung dengan
alam. Kondisi alam dan ketersediaan sumber daya
alam yang ada sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian. Hal ini terbukti
dengan adanya jenis komoditi yang hanya bisa ditanam di daerah tertentu, ada
pula komoditi yang bisa di tanam di beberapa daerah dengan kondisi alam yang
berbeda tetapi hasilnya tetap akan berbeda. Ketersediaan sumber daya alam
merupakan faktor penting yang menentukan adanya perubahan pada sistem
pertanian, baik itu dari segi pemanfaatan hasil alam sampai pada bagaimana
manusia menggunakan berbagai sarana untuk mendapatkan hasil dari alam tersebut.
Semakin banyak ketersediaan sumber daya alam di suatu daerah, maka semakin
mudah masyarakatnya mengakses sumber daya alam tersebut sehingga dengan cara
yang sederhanapun masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya. Lain halnya jika di
daerah yang miskin akan sumber daya alam, maka akan terjadi upaya dengan
berbagai cara untuk mengeksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran, bahkan cenderung melakukan ekploitasi sumber
daya alam.
Kondisi sumber daya alam di Indonesia sangatlah
memprihatinkan. Hutan tropis yang
menempati urutan ketiga terluas di dunia dan merupakan paru-paru dunia menjadi
ancaman. Hal ini dikarenakan terjadinya pembalakan liar, ilegal logging, dan
kerusakan lain yang terjadi hampir di seluruh hutan di Indonesia. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan semakin berkurangnya luas hutan di Indonesia.
Kerusakan hutan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya sumber daya alam yang
ada di hutan salah satunya adalah punahnya makhluk hidup yang hidup di hutan
tersebut. Jika kondisi ini terus menerus terjadi maka bisa jadi Indonesia tidak
memiliki hutan di kemudian hari. Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia
tidak saja berdampak secara nasional dan regional, tetapi kelestarian bumi ini
juga bergantung pada kelestarian hutan di Indonesia.
Hutan yang ada di provinsi Jambi tidak jauh berbeda
kondisinya dengan hutan nasional. Banyaknya perusahaan perkebunan yang
menggunakan hutan primer sebagai lahan perkebunan dapat menyebabkan
berkurangnya sumber daya alam yang heterogen. Ketika kita mengamati keadaan
hutan dan keadaan lahan perkebunan, kita dapat melihat banyak sekali perbedaan.
Jika di dalam hutan masih sangat terjaga keseimbangan ekosistem, maka di lahan
perkebunan makhluk hidup yang biasa tinggal di hutan maka tidak akan dapat
tinggal di lahan perkebunan. Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa kondisi
hutan yang rusak dapat menyebabkan musnahnya komunitas yang tidak dapat hidup
di area selain hutan. Selain itu, kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebankan
fauna yang tinggal di hutan akan merambah ke perkampungan penduduk untuk mencari
makan dan sebagai bentuk protes karena kerusakan hutan sebagai tempat hidup
mereka yang ditimbulkan oleh ulah manusia.
Tidak berbeda dengan manusia yang sangat
menggantungkan hidupnya dengan sumber daya alam. Bentuk sistem pertanian yang
dilakukan akan menyesuaikan dengan kondisi sumber daya alam di lingkungannya.
Lingkungan yang sumber daya alamnya mudah diakses maka manusia tidak perlu
bersusah payah mendapatkan makanan untuk memenuhi kebutuhannya. Sifat manusia
yang mempunyai kebutuhan tidak terbatas menyebabkan manusia harus senantiasa
berusaha agar tetap dapat memenuhi kebutuhannya. Kondisi sumber daya alam yang
semakin berkurang akibat rusaknya hutan memaksa manusia untuk melakukan
cara-cara baru yang relevan dengan kondisi dimana ia hidup. Ketika sumber daya
alam melimpah maka manusia bisa mengabilnmya langsung dari alam tanpa proses
yang sulit, tetapi ketika sumber daya alam yang tersedia ternyata tidak
mencukupi kebutuhan manusia, maka mau tidak mau manusia harus melakukan bentuk
sistem pertanian yang berbeda. Sehingga menjadi fenomena yang cukup jelas bahwa
kondisi sumber daya alam yang ada disuatu daerah mempengaruhi bentuk sistem
pertanian masyarakatnya.
Orang rimba merupakan kelompok masyarakat yang
mempunyai ketergantungan cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber daya alam.
Pola pertanian orang rimba yang masih bergantung dengan alam ini dapat dilihat
dari cara mereka mendapatkan makanan. Adapun cara-cara tersebut berupa meramu,
berburu, dan memetik buah-buahan dari hutan. Berdasarkan hal tersebut jelaslah
bahwa keberadaan hutan dengan segala kekayaannya sangat dibutuhkan oleh orang
rimba dalam mempertahankan kehidupannya.
Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) merupakan
pusat kehidupan orang rimba. TNBD yang dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah
sangat mempengaruhi kedudukan orang
rimba di daerah ini. Orang rimba yang pada awalnya sangat menggantungkan
kehidupan mereka dengan sumber daya alam di TNBD sekarang tidak dapat lagi
mengakses sumber daya tersebut. Untuk mempertahankan kehidupannya, maka orang
rimba dituntut untuk melakukan perubahan sistem pertanian. Ketika sumber daya
alam bisa mereka dapatkan dengan mudah mereka cukup menggantungkan kehidupannya
dengan hutan. Tetapi, ketika kondisi hutan yang
tidak dapat menjadi tempat oarang rimba bergantung maka orang rimba
harus melakukan peralihan sistem pertanian dengan bercocok tanam.
Peralihan sistem pertanian yang dilakukan oleh orang
rimba di kawasan TNBD tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Degradasi sumber
daya alam yang terjadi menyebabkan orang rimba tidak dapat menggakses bahan
makanan untuk mempertahankan kehidupannya. Faktor lain yang dianggap
mempengaruhi peralihan sistem pertanian tersebut adalah adanya interaksi orang
rimba dengan orang luar yang
memungkinkan terjadinya transfer informasi dan teknologi. Sehingga melalui
interaksi tersebut orang rimba mengetahui banyak hal baru terkait pertanian.
Orang rimba merupakan kelompok masyarakat yang hidup di daerah hukum, sehingga
kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi terjadinya peralihan bentuk pertanian
orang rimba. Salah satu contoh kebijakan pemerintah tersebut adalah adanya
perubahan sruktur agraria pemerintah dengan ditetapkannya UU No/5 Tahun 1967
tantang pokok-pokok kehutanan dan PP Nomor 21 Tahun 1970 telah merubah sistem
pengelolaan hutan termasuk di Jambi. Dengan adanya Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
menyebabkan kondisi hutan di TNBD banyak yang digunakan sebagi lahan
perkebunan. Situasi ini mempersempit ruang gerak orang rimba dalam berburu dan
meramu.
Peralihan sistem pertanian orang rimba terdiri dari
beberapa fase, yaitu dimulai dengan fase meramu dan berburu, fase berladang
berpindah, kemudian menjadi fase bercocok tanam menetap yaitu ditandai dengan
adanya penanaman tanaman perkebunan. Adanya pergantian fase ini belum diketahui
kapan waktu yang menunjukkan terjadinya pergantian tersebut. Selain itu,
faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya peralihan sistem pertanian orang
rimba belum diketahui secara pasti apakah dari setiap fase peralihan mempuyai
latar belakang yang sama atau berbeda. Maka dari itu, perlu dilakukan
penelitian yang mengkaji tentang “Peralihan Sistem Pertanian Orang Rimba Di Taman
Nasional Bukit Dua Belas Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”.
C.
RUMUSAN
MASALAH
Orang rimba merupakan kelompok masyarakat yang ada
di provinsi jambi yang mempuyai sistem pertanian yang mengalami banyak fase
peralihan di saat kelompok masyarakat lain sudah mempunyai sistem pertanian
yang patent. Pada fase awal orang rimba memenuhi kebutuhan hidup dengan
menggantungkannya pada alam yaitu dengan cara berburu, meramu, menombak ikan,
dan memetik buah-buahan yang ada di hutan. Kemudian berganti fase menjadi
berladang berpindah. Pada fase ini menunjukkan adanya peralihan sistem
pertanian orang rimba, yang mana pada fase berburu dan meramu orang rimba tanpa
melakukan usaha menanam dan menunggu hasil untuk mendapatkan makanan. Kemudian
di fase ladang berpindah orang rimba sudah mulai melakukan usaha menanam dan
menunggu hasil untuk mendapatkan makanan.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa sistem pertanian
orang rimba mengalami peralihan yang terdiri dari beberapa fase dengan waktu
dan latar belakang yang belum diketahui. Sehingga perlu dirumuskan apa yang
melatarbelakangi peralihan sistem pertanian orang rimba di Taman Nasional Bukit Dua Belas
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi?
D.
TUJUAN
Adapun tujuan
penelitian ini adalah antara lain:
1)
Untuk mengetahui hal-hal yang
melatarbelakangi terjadinya peralihan sistem pertanian orang rimba di TNBD
Kabupaten Sarolangun Provinsi jambi
2)
Untuk mengetahui waktu berlangsungnya
peralihan sistem pertanian orang rimba di TNBD Kecamatan Air Hitam Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi
E.
LUARAN
YANG DIHARAPKAN
Adapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini
adalah diperolehnya suatu hasil penelitian berupa artikel ilmiah yang memuat
tentang proses terjadinya peralihan sistem pertanian orang rimba dan
menguraikan hal-hal yang mendorong terjadinya peralihan tersebut. Dengan
demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah, LSM
terkait, atau bahkan masyarakat umum dalam upaya pemberdayaan orang rimba.
F.
KEGUNAAN
Adapun
kegunaan penelitian ini adalah:
1)
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah dan LSM terkait untuk mengembangkan sistem pertanian orang
rimba di daerah lain.
G.
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Sejarah dan Kebudayaan Orang
Rimba
Orang rimba atau suku kubu atau dikenal dengan suku
anak dalam adalah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera,
tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Orang rimba mayoritas hidup di
Provinsi Jambi dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang. Secara
garis besar orag rimba di Jambi hidup di tiga wilayah ekologis yang berbeda,
yaitu orang rimba yang tinggal di sekitar Taman nasional Bukit 12, wilayah
utara Provinsi Jambi (Taman Nasional Bukit 30), dan wilayah selatan Provinsi
Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatera).
Departemen Sosial dalam data dan informasi Depsos RI
1998 (Sasmita, 2009) menyebutkan asal usul orang rimba dimulai sejak tahun 1624
M ketika kesultanan Palembang dan kerajaan Jambi yang sebenarnya masih satu
rumpun tetapi terus menerus bersitegang sampai pecahnya pertempuran di Air
Hitam pada tahun 1929 M. Hal ini menunjukkan mengapa saat ini ada dua kelompok
orang rimba dengan bahasa, bentuk fisik, tempat tinggal, dan adat istiadat yang
berbeda.
Menurut berbagai hikayat dari penuturan lisan yang
dapat ditelusuri seperti Cerita Buah Gelumpang, Tambo Anak dalam (Minangkabau),
Cerita Orang Kayo Hitam, Cerita Sri Sumatera Tengah, Cerita Perang Bagindo Ali,
Cerita Perang Jambi dengan Belanda, Cerita Tambo Sriwijaya, Cerita Turunan Ulu
besar dan Bayat, Cerita tentang Orang Kubu, yang mana dari hikayat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa orang rimba berasal dari tiga turunan, yaitu:
1)
Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya
tinggal di wilayah Kabupaten Batanghari,
2)
Keturunan dari Minagkabau, umunya di
Kabupaten Bungo dan Tebo sebagian Mersam (Batanghari),
3)
Keturunan dari Jambi asli, yaitu orang
rimba Air Hitam Kabupaten sarolangun (Muchlas, 1975).
Menurut Van Dogen (Tempo dalam Sasmita, 2009)
menyebutkan bahwa orang rimba sebagai orang primitif yang taraf kemampuannya
masih sangat rendah dan tak beragama. Dalam hubungannya dengan dunia luar orang
rimba mempraktekkan silent trade, yaitu melakukan transaksi dengan bersembunyi
di dalam hutan dan melakukan barter, mereka meletakkan barangnya di pinggir
hutan kemudian orang melayu akan mengambilnya dan menukarnya, gonggongan anjing
merupakan tanda bahwa barang telah ditukar.
Menurut Koentjaraningrat (1993) asal mula adanya
masyarakat terasing dapat dibagi dua. Pertama, menganggap bahwa masyarakat
terasing merupakan sisa-sisa dari suatu produk lama yanng tertinggal di
daerah-daerah yangg tidak dilewati penduduk sekarang. Kedua, masyarakat
terasing merupakan bagian dari penduduk sekarang yang karena peristiwa
peristiwa tertentu diusir atau melarikan diri ke daerah-daerah terpencil
sehingga mereka tidak mengikuti perkembangan dan kemajuan penduduk sekarang.
Orang rimba mempunyai budaya melangun, yaitu
meninggalkan anggota keluarga yang meninggal atau sakit yanng tidak bisa sembuh
di suatu tempat. Mereka mengangap tempat tersebut sial dan untuk dapat lebih
cepat menghilangkan kesedihan. Sistem kepercayaan tradisional orang rimba di
Provinsi Jambi adalah sejalan dengan faham pollytheisme yang bersifat animisme
dan dinamisme. Mereka mempercayai roh-roh halus dan juga percaya kepada
tempat-tempat tertentu yang dikeramatkan.
Bagi orang rimba hutan merupakan
harta yang tiada ternilai harganya, yaitu sebagai tempat mereka hidup, beranak pinak,
sumber pangan, sampai pada tempat dilakukannya adat istiadat yang berlaku bagi
mereka. Begitu pula sungai sebagai sumber air mnum dan berbagai fungsi lainnya.
2. Karakteristik Masyarakat Berburu
dan Meramu
Nomaden didefinisikan sebagai
orang/kelompok yang memiliki harta benda minimal, termasuk barang seni dan alat
teknologi. Untuk memburu, membuka
ladang, menebang pohon, dan lain-lain mereka memakai peralatan yang terbuat
dari kayu dan besi. Mereka tidak terdorong atau tergoda mempunyai harta benda
yang tidak termasuk kebutuhan primer karena akan menyulitkan mereka
berpindah-pindah.
Sebelum memiliki kain unuk cawat
(kancut) orang rimba membuat cawat dari kulit kayu yang dipukul-pukul hingga
lembut. Dimana laki-laki memakai cawat dari kain dan perempuan memakai kain
panjang yang dikenakan dari sampai bawah
lutut atau kadang-kadang betis. Pakaian seperti itu merupakan pakaian
tradisional orang rimba yang memudahkan mereka bergerak cepat di dalam hutan
karena mereka butuhkan untuk mengejar binatang buruan atau untuk menghindari
dari hal-hal yang berbahaya (Muntholib, 1995).
3. Sebab-sebab Munculnya
Perladangan
Sistem perladangan berpindah
merupakan titik awal kearifan tradisional masyarakat di dalam memanfaatkan
lahan. Perkembanggan sistem in tereskalasi sedemikian rupa dari waktu ke waktu
yang akhirnya berubah menjadi suatu tradisi. Tradisi ini tidak hanya terfokus
pada kegiatan berladang, namun juga pada kegiatan pemanfaatan lahan yang lain
seperti kebun rakya (Havizianor dalam Sasmita, 2009).
H.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Dua
Belas (TNBD) Provinsi Jambi. Kawasan TNBD secara administratif meliputi tiga
wilayah Kabupaten dalam Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Sarolangun, dan Kabupaten Tebo serta terdapat beberapa desa yang berbatasan
langsung dengan kawasan TNBD. Mengingat kelompok orang rimba yang berada di
Kabupaten Sarolangun merupakan kelompok orang rimba yang sudah tinggal menetap
dan melakukan perladangan maka dianggap tepat dijadikan sebagai lokasi
penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang dalam pandangan orang rimba sendiri yaitu memberikan definisi tentang
sesuatu menurut si pelaku yang mengalami peristiwa tersebut (Pelto dalam
Muntholib, 1995). Data/informasi yang dijadikan bahan analisis merupakan
data/informasi kualitatif yang diperoleh dari responden atau informan. Sumber
data/informasi utama dalam pernelitian ini adalah informan, sedangkan responden
hanya merupakan sumber data/informasi pelengkap. Responden dipilih secara
sengaja (purposive) atas pertimbangan
keterwakilan aspek permasalahan yang diteliti (Sitorus dalam Sardi, 2010).
Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan historis untuk membuat rekontruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, menevaluasi,
memverifikasikan, serta mensitesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat (Sumadi, 1989).
Metode
pengumpulan data penelitian menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam
(in-depth interview). Analisis data
dilakukan dengan bertumpu pada empat “sumbu” yang terintregasi, yaitu
pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.
I.
JADWAL
KEGIATAN
Adapun
jadwal kegiatan dalam penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dengan
uraian sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal
Pelaksanaan Penelitian
No
|
Uraian kegiatan
|
Bulan Ke-
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
Survei Lokasi dan Pembuatan
proposal
|
X
|
X
|
||||
2
|
Mensurvei pihak-pihak
yang berhubungan dengan penelitian
|
X
|
|||||
3
|
Penelitian di
lapangan dan pengolahan data
|
X
|
X
|
||||
4
|
Pembuatan laporan dan
evaluasi
|
X
|
J.
RANCANGAN
BIAYA
Adapun rincian biaya yang dibutuhkan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Bahan Habis Pakai
Pembuatan
proposal 4 rangkap Rp. 100.000,00
Pembuatan
laporan kemajuan Rp. 100.000,00
Pembuatan
laporan akhir Rp. 100.000,00
Pembuatan
angket/kuisioner Rp. 100.000,00
B.
Peralatan Penunjang PKM
Alat
perekam (walkman) Rp. 100.000,00
Buku
agenda penelitian Rp. 50.000,00
Buku-buku
literatur penunjang Rp. 500.000,00
C.
Perjalanan
Survei
lokasi 5 orang X Rp. 100.000,00 Rp. 500.000,00
Penelitian
5 orang X Rp. 100.000,00 Rp.
500.000,00
Akomodasi
5 orang selama penelitian Rp.
5.000.000,00
TOTAL Rp7.050.000,00
DAFTAR
PUSTAKA
Koentjaraningrat, 1992. Masyarakat terasing di Indonesia. PT.
Gramedia Pustaka
Utama,
Jakarta.
Muchlas, Munawir. 1975. Sedikit tentang Kehidupan Suku Anak Dalam (Orang Kubu) di Provinsi Jambi. Kanwil Depsos
Provinsi Jambi, Jambi.
Muntholib,
Soetomo. 1995. Orang Rimbo: Kajian
Struktural – Fungsional
Masyarakat Terasinng di Makekal,
Provinsi Jambi.
Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Sardi, Idris. 2010. Konflik Sosial dalam Pemanfaatan Sumber daya
Hutan (Studi
Kasus
di Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi).
Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Sasmita,
Karno. 2009. Etnoekologi Perladangan
Orang Rimba (Studi Kasus di
Taman
Nasional Bukit Dua Belas Jambi). Universitas Gajah
Mada.
Yogyakarta.
Suryabrata,
Sumadi. 1989. Metodologi Penelitian.
CV. Rajawali. Jakarta
Lampiran
1
BIODATA
KETUA
1
|
NAMA
|
NINGSIH
SUSANTI
|
2
|
TEMPAT TANGGAL
LAHIR
|
M. BARU, 26
JUNI 1989
|
3
|
JENIS KELAMIN
|
PEREMPUAN
|
4
|
NOMOR INDUK
MAHASISWA (NIM)
|
DIB207038
|
5
|
FAKULTAS /
JURUSAN
|
PERTANIAN /
AGROBISNIS
|
6
|
ALAMAT
FAKULTAS / UNIVERSITAS
|
JL. JAMBI
MUARA BULIAN KM 15
|
7
|
NO. TELP.
FAKULTAS / UNIVERSITAS
|
0741 583051
|
8
|
ALAMAT RUMAH /
TEMPAT TINGGAL
|
PURI MASURAI 1
BLOK J.17
|
9
|
NO. TELP.
RUMAH / HP
|
085268980190
|
10
|
LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN :
|
|
1.SD / TAHUN TAMAT
|
SD N 155/VI M. BARU/ 2001
|
|
2.SMP / TAHUN
TAMAT
|
SMP M.
BARU/2004
|
|
3.SMA / TAHUN
TAMAT
|
MA NURUL
HUDA/2007
|
|
11
|
ORGANISASI
YANG DIIKUTI
|
BEM UNJA, UKM
ROHIS AR-RAHMAN UNJA, TYMAC, KAMMI, MISETA
|
12
|
NAMA AYAH
|
SUYANI
|
13
|
NAMA IBU
|
SUPARTINI
|
14
|
PEKERJAAN
ORANG TUA (AYAH)
|
TANI
|
15
|
PENGHASILAN
ORANG TUA
|
RP.
2.000.000,-
|
16
|
ALAMAT ORANG
TUA
|
DS. M. BARU RT
16 KEC. AIR HITAM KAB. SAROLANGUN PROV. JAMBI
|
Jambi, 20 Oktober 2010
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Agrobisnis
Yang membuat,
Ir.
A. WAHAB THALIB NINGSIH SUSANTI
NIP.
194711141975031001 NIM.
D1B207038
Lampiran 2
BIODATA
ANGGOTA
1
|
NAMA
|
AMI
|
2
|
TEMPAT TANGGAL
LAHIR
|
S. KARMEO, 29
OKTOBER 1989
|
3
|
JENIS KELAMIN
|
PEREMPUAN
|
4
|
NOMOR INDUK
MAHASISWA (NIM)
|
D1B009005
|
5
|
FAKULTAS /
JURUSAN
|
PERTANIAN /
AGROBISNIS
|
6
|
ALAMAT
FAKULTAS / UNIVERSITAS
|
JL. JAMBI
MUARA BULIAN KM 15
|
7
|
NO. TELP.
FAKULTAS / UNIVERSITAS
|
0741 583051
|
8
|
ALAMAT RUMAH /
TEMPAT TINGGAL
|
PURI MASURAI 1
BLOK J.17
|
9
|
NO. TELP.
RUMAH / HP
|
085266141186
|
10
|
LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN :
|
|
1.SD / TAHUN TAMAT
|
SDN 235GENTAR ALAM/2001
|
|
2.SMP / TAHUN
TAMAT
|
SMPN 10 BATANGHARI/2004
|
|
3.SMA / TAHUN
TAMAT
|
SMAN 3 BATANGHARI/2007
|
|
11
|
ORGANISASI
YANG DIIKUTI
|
UKM ROHIS
AR-RAHMAN UNJA, TYMAC, KAMMI, MISETA
|
12
|
NAMA AYAH
|
TRIMO (ALM)
|
13
|
NAMA IBU
|
JUMIAH
|
14
|
PEKERJAAN
ORANG TUA (AYAH)
|
TANI
|
15
|
PENGHASILAN
ORANG TUA
|
RP.
2.200.000,00
|
16
|
ALAMAT ORANG
TUA
|
JL. MA.
TEMBESI-SAROLANGUN DESA SIMPANG KARMEO RT 04 KEC. BATIN XXIV KAB. BATANGHARI
PROV. JAMBI
|
Jambi, 20 Oktober 2010
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Agrobisnis
Yang membuat,
Ir. A. WAHAB THALIB AMI
NIP.
194711141975031001 NIM.
D1B009005
Lampiran 3
BIODATA
ANGGOTA
1
|
NAMA
|
|
2
|
TEMPAT TANGGAL
LAHIR
|
|
3
|
JENIS KELAMIN
|
|
4
|
NOMOR INDUK
MAHASISWA (NIM)
|
|
5
|
FAKULTAS / JURUSAN
|
PERTANIAN /
|
6
|
ALAMAT
FAKULTAS / UNIVERSITAS
|
|
7
|
NO. TELP.
FAKULTAS / UNIVERSITAS
|
|
8
|
ALAMAT RUMAH /
TEMPAT TINGGAL
|
|
9
|
NO. TELP.
RUMAH / HP
|
|
10
|
LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN :
|
|
1.SD / TAHUN TAMAT
|
||
2.SMP / TAHUN
TAMAT
|
||
3.SMA / TAHUN
TAMAT
|
||
11
|
ORGANISASI
YANG DIIKUTI
|
|
12
|
NAMA AYAH
|
|
13
|
NAMA IBU
|
|
14
|
PEKERJAAN
ORANG TUA (AYAH)
|
|
15
|
PENGHASILAN
ORANG TUA
|
|
16
|
ALAMAT ORANG
TUA
|
Jambi, 20 Oktober 2010
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Agrobisnis
Yang membuat,
Ir. A. WAHAB THALIB AMI
NIP.
194711141975031001 NIM.
D1B009005
Lampiran 4
BIODATA
DOSEN PEMBIMBING
1.
Nama : Idris
sardi, S.P, M.Si
2.
NIP :
3.
Tempat dan Tanggal Lahir :
4.
Pendidikan
:
5.
Alamat :
6.
dll
Masukkan Komentar di bawah