BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kapasitas
lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya
drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini
terjadi 2 – 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus
oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua
terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini
berada di antara 5 – 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada
kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler
selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban
tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile.
Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat
untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya.
Oleh
karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di
bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali.
Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan
maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan
untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung dari textur
lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai
kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 – 3 inches.
1.2
TUJUAN
Untuk mengetahui cara
mengukur Kadar Air Lapang, pada saat tanah dalam keadaan jenuh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
LANDASAN TEORI
Tanah dalam bahasa inggris disebut
soil, menurut Dokuchnev tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga
terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari
kulit bumi.
Kata “tanah” seperti banyak kata
umum lainnya, mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian tradisional,
tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan, tanpa
memperhitungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang kelihatan atau tidak.
Tanah menutupi permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung,
terkecuali pada batuan tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau
tertutup air dalam , atau pada lapisan es terbuka suatu gletser.
Tanah merupakan suatu benda alam
yang tersusun dari padatan ( mineral dan organik ), cairan dan gas yang
menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh horizon –
horizon atau lapisan – lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai
hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan, dan transformasi
energy dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar didalam suatu
lingkungan alami.
Ada 3 ( tiga ) hal penting dari
definisi ini :
-
Tanah itu
berbentuk dan berkembang dari proses – proses alami.
-
Adanya
diferensiasi profil tanah membentuk horizon – horizon.
-
Terdapat
perbedaan yang mencolok antara sifat – sifat bahan induk dengan horizon –
horizon tanah yang berbentuk terutama dalam hal morfologi, kimiawi, fisik, dan
biologi (Sutedjo, 1991 ).
Batas atas dari tanah adalah batas
antara tanah dan udara, air dangkal, tumbuhan hidup, atau bahan tumbuhan yang
belum mulai terlapuk. Wilayah yang dianggap tidak mempunyai tanah, apabila
permukaan secara permanen tertutup oleh air yang terlalu dalam ( secara tipikal
>2,5 m ) untuk tumbuhan tanaman – tanaman berakar. Batas horizontal tanah
adalah wilayah dimana tanah berangsur beralih kedalam, area tandus, batuan atau
es.
Batas bawah yang memisahkan dari
bahan bukan tanah yang terletak dibawahnya adalah yang paling sulit ditetapkan.
Tanah tersussun dari horizon – horizon dekat permukaan bumi yang berbeda
kontras terhadap bahan induk dibawahnya, telah mengalami perubahan interaksi
antara iklim, relief, dan jasad hidup selama waktu pembentukannya.
Tanah terdiri dari 5 ( lima )
komponen yaitu bahan mineral, bahan organic, udara, air, dan jasad renik. Bahan
penyusun tanah yakni bahan organik, bahan mineral, dan air merupakan satu
kesatuan yang bercampur didalam tanah sehingga sulit dipisahkan satu sama
lainnya ( Sitanala, 1980 ).
Jenis – jenis tanah :
Ø Organosol ( Tanah Gambut )
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari
hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu
lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat, dan kandungan unsur hara
rendah.
Ø Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran
sungai.
Ø Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang
memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung.
Ø Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu dengan
lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku
yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna.
Ø Latosol
Latosol tersebar didaerah beriklim basah, curah hujan
lebih dari 300mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300 – 1000 meter diatas
permukaan laut.
Ø Grumusol
Berasal dari batu kapur, batuan lempung. Tersebar
didaerah iklim subhumid atau soborid dan curah hujan <2500mm span="span" tahun.="tahun.">
Ø Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa. Tersebar
didaerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan >2500mm/tahun.
Ø Podsol
Berasal dari batuan induk pasir.
Ø Andosol
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk abu vulkanik.
Terdapat didaerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2500mm/tahun tanpa
bulan kering. Umumnya terdapat pada ketinggian >800m dengan warna cokelat,
abu – abu hingga hitam (Baver, 1965 ).
BAB
III
METODE
ILMIAH
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini diadakan pada hari kamis tanggal 15
November 2012 yang diadakan di laboratorium ilmu tanah fakultas pertanian
Universitas Negeri Jambi
3.2 ALAT DAN BAHAN
ALAT-ALAT
-
Cawan
-
Timbangan elektrik
-
Oven
-
PISAU CARTER
-
BOTOL AIR
BAHAN-BAHAN
-
TANAH
-
AIR
3.3 CARA
KERJA
-
Ambilah sampel tanah yang telah disimpan dan di
ayat sebelumnya dan pasir yang telah kita bawa dari lapangan sebelumnya.
-
Potong bagian atas dari botol air ukuran 1L dan
masukkan tanah yang telah disiapkan tadi, dengan perbandingan pasir ¾ botol dan
selebihnya diisi tanah yang telah diayat sampai hampir penuh.
-
Setelah semuanya rata, masukkanlah air secara
perlahan sampai menyerap basah pada batas antara pasir dan tanah.
-
Setelaj itu beri pipet diatas, sebagi jalur
penguapannya dan tutuplah butol tersebut dengan plastik.
-
Diamkan selama 2x24 jam.
-
Setelah 2x24 jam, ambilah sampel tersebut dan
timbang sebanya 10gr lalu masukkan dalam cawan dan keringkan kedalam oven
selama 2x 24 jam.
-
Setelah pengopenan selesai, timbanglah berat
kering tanah tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAB PEMBAHASAN
HASIL PRAKTIKUM
KELOMPOK
|
BERAT BASA
|
BERAT KERING
|
PERSENTASE
|
1
|
10gr
|
6,9
|
44.9%
|
2
|
10gr
|
7,3
|
37%
|
3
|
10gr
|
7,2
|
38,9%
|
4
|
10gr
|
7,2
|
38,9%
|
5
|
10gr
|
6,6
|
51,5%
|
6
|
10gr
|
6,9
|
44,9%
|
PEMBAHASAN
Hasil data
diatas merupakan hasil dari data sampel tanah yang keadaan tanahnya yang sudah
di jenuhkan. Perbedaan Kadar Air Kapasitas Lapang tanah pada saat keadaan jenuh
dengan keadaan pada saat pengambilan sampel dilapangan memiliki perbedaan namun
perbedaanya tidak terlalu berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena kandungan
tanah yang masih sama.
Namun dalam keadaan jenuh pori –
pori tanah yang terisi oleh air akan lebih besar di banding pada saat
pengambilan sampel tanah di lapangan. Hal ini dpat dilihat dari hasil Kadar air
lapang rata – rata dari setiap sampel. Bahwa persentase Kadar Air Lapang tanah
tersebut lebih dari 25 %.
Kadar Air dalam Kapasitas Lapang
tanah tersebut lebih besar. Itu disebabkan karena kandungan organik tanah
tersebut lebih mendominasi sehingga air yang terikat pada pori-pori tanah
semakin banyak. Hal itu di karenakan sifat organik yang sangat baik dalam hal
mengikat air. Organik dapat mengikat air 6 kali dari berat organik tersebut.
Dan pada saat tanah dijenuhkan dengan air maka kadar air lapang tanah tersebut
lebih besar lagi dibanding pada saat sampel tanah berasal dari tanah yang
diambil dari lapangan.
BAB
V
PENUTUP
KESIMPULAN
Semakin tinggi Kadar Air Lapang Tanah maka kandungan organik dari tanah tersebut semakin besar.
Jika
tanah di jenuhkan kandungan air yang mengisi pori tanah air akan menjadi lebih
besar, sehingga Kadar Air Kapasitas Lapang pada saat tanah di jenuhkan
persentasenya akan lebih besar di banding dengan pada saat mengambil sampel
tanah dari lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sarwono, 2010. Ilmu tanah.akademika
Pressindo, Jakarta
Erizal, Dr, Ir, MAgr ,2009. Bahan
Kuliah , Mekanika Tanah , Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tito Sucipto,
Shut, Msi, 2009, PENENTUAN KADAR AIR DALAM SEL KAYU, Karya Tulis, Departmen
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Robby primadani, 2006, KADAR AIR TANAH PADA KAPASITAS LAPANG,
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan Matematika-IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Masukkan Komentar di bawah