Robot Ibrahim karya mahasiswa Universitas Brawijaya

Tarian Robot Ibrahim karya mahasiswa Universitas Brawijaya

Robot 'Ibrahim' hasil karya delapan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang lolos mewakili regional IV dalam Kontes Robot Seni Indonesia yang digelar di Semarang pada Juni mendatang.
Dosen pembimbing tim robot KRSI Universitas Brawijaya (UB) Malang Goegoes Dwi A.N di Malang, mengatakan, Ibrahim merupakan generasi keempat KRSI yang dikeluarkan Teknik Elektro UB pada ajang kontes robot.

"Tiga generasi sebelumnya adalah El Hawa, D'Furqon, dan El Fazza. Kami sangat gembira bisa meloloskan Ibrahim ke ajang nasional, meski dengan komponen seadanya, karena keterbatasan dana," kata Goegoes, Selasa (30/4). Demikian dikutip antara.

Untuk menyiasati keterbatasan dana tersebut, kata dia, robot-robot yang diciptakan sebelumnya sering menjadi kanibal bagi robot yang lain.

Pada tahun ini, Ibrahim memenuhi aturan panitia yang mengambil tema "Hanuman Duta", dengan Degree of Freedom (DoF) mencapai 26, atau telah melampaui persyaratan dari 21 DoF yang ditetapkan. DoF adalah kemampuan gerak tarian yang ditampilkan melalui motor servo.

Selain motor servo, komponen lain yang terpasang adalah sensor suara dan kamera.

Sensor suara tersebut mengindikasi robot untuk bergerak mengiringi musik yang dimainkan, sedangkan kamera dimanfaatkan untuk melintasi arena yang telah ditentukan melalui sensor warna.

Menurut Goegoes, kamera ini merupakan fitur baru milik Ibrahim. Dengan segala fiturnya, Ibrahim berhasil menduduki posisi kedua di wilayah regional IV setelah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), sehingga keduanya berhak maju dalam KRSI tingkat nasional di Semarang pada pertengahan Juni mendatang.

Pada ajang KRSI nasional nanti, setidaknya ada 16 tim dari seluruh Indonesia. Kompetitor terberat bagi UB adalah PENS, UGM, ITB, Universitas Negeri Padang, serta Universitas Indonesia.

Agar pada ajang KRSI tingkat nasional nanti Ibrahim bisa unggul, kata dia pihaknya akan memodifikasi robotnya, di antaranya dengan menambah sensor keseimbangan agar robot tidak terjatuh saat melakukan gerakan.

Selain itu, desain juga diupayakan lebih sederhana, modifikasi perangkat lunak agar robot lebih stabil guna mengapresiasi musik saat dimatikan, serta menambah style gerakan hingga 32 DoF.

Mengenai lama pengerjaan robot Ibrahim tersebut, Goegoes mengatakan selama tiga sampai empat bulan, dimulai dari masalah mekanis, elektrik, hingga perangkat lunak.

Dari sisi mekanis, masih ada kelemahan dalam estetika, karena komponen "body" diperoleh di pasaran. "Kita masih mengandalkan komponen 'body' dari membeli di pasaran, sedangkan kompetitor lainnya banyak yang membuat sendiri melalui mesin CNC molding. Harga mesin ini sangat mahal, yakni lebih dari Rp 500 juta," ujarnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Masukkan Komentar di bawah