I.
Pengaruh Pemberian Hormon Perangsang Akar
(Rootone F) Terhadap Pertumbuhan Akar Pada Stek Tanaman Buah-Buahan
II.
Tujuan
Tujaan dari pelaksanaaan praktikum budidaya
tanaman hortikultura kali ini adalah :
-
Mahasiswa
mampu melakukan penyetekan secara baik dan benar,
-
Mahasisiwa
mengetahui pengaruh pemberiaan hormon perangsang akar ( rootone F) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman yang dilakukan penyetekan.
-
Mahasiswa
mampu melakukan perawatan selama masa penyetekan berlangsung sampai pada
membentuk satu individu baru.
III.
Tanggal Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum penyetekan dilakukan pada
;
- Tanggal :13
Mei 2011 s/d 17 Juni 2011
- Waktu :15.00
wib pada hari jum’at dan 09.00 wib pada hari Saptu
- Tempat : Rumah Kaca, Kebun Percobaaan Fakultas Pertanian,
Universitas Jambi.
IV.
Bahan dan alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam penyetekan
meliputi
-
Alat
a. Cangkul
|
e. Follybag ukuran
2 kg
|
b. Gunting
|
|
c. Pisau
|
|
d. Kertas lebel
|
|
|
|
-
Bahan
a. Rootone F
|
c. Air
|
b. bahan yang akan di stek dalam hal ini adalah
- dongdong ( stek batang )
- sukun (stek akar)
-jambu air (stek batang )
|
d. tanah yang memiliki kan dungan hara tinggi (tanah humus)
|
V.
Metode kerja
a.
penyiapan media
Penyiapan media dilakukan agar nantinya stek dapat
lebih cepat berkembang dalam karna pada kali ini tempat perawatan stek di
letakan dalam folly bag dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ;
Tanah yang akan dijadikan media
sebaiknya tanah yang memiliki kandungan hara yang tinggi dan juga memiliki
aerasi yang baik, memiliki sruktur yang halus dan tekstur yang kasar. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut maka tanah yang akan dijadikan media telebih
dahulu dapat dilakukan percampuran dengan bahan organi tanah dan pasir dengan
perbandingan 2 :1 : 1, dan dilakukan peyaringan untuk memisahkan sampah atau
bnda asing yang mingkin dapat tercampur.
Tanah yang sudah disaring kemudian
dimasukan ke dalam folly bag 2 kg sampai ¾ bagian. Follybag yang sudah terisi
kemudian di diamkan selama 1 minggu sebelum nantinya dipakai untuk penanaman
stek.
b.
penyetekan
Ada berberapa metode yang berbeda jika kita gunakan bagian
stek yang berbeda, macam-macam stek berdasarkan bagian tumbuhan terbgi 3 yakni
: stek batang, stek daun, stek akar, stek mata tunas, stek pucuk, stek umbi
(umbi palsu, umbi lapis, umbi batang, umbi akar, umbi batang.
Pada praktikum kali ini kita akan
melakukan penyetekan batang dan akar, dan mengunakan tanaman buah-buahan
sebagai bahan stek, hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah ;
a. Stek Batang
Disebut stek batang karna bahan yang
diambi adalah pada bagian batang atau cabang dari puhon induk, berberapa
tanaman yang dapat dilakukan penyetekan dengan metode ini adalah kedongdong,
jambu air, markisa, delima, jeruk, advokad, dan juga berberapa dari tanaman
hias seperti kembang sepatu, mawar bahkan melati.
Stok yang diambil haruslah berasal
dari tanaman induk yang sehat dan terbebas dari penyakit dan hama. Pilih lah bagian seperti cabang yang
paling tidak sudah berusia 1 tahun atau lebih, berdaun hijau tua, berkulit coklat
dan juka terkelupas bagian luarnya masih terlihat warna hijau didalamnya.
Cabang ini biasanya memiliki kandungan hormon yang tinggi, hormone yang banyak
terkandung adalah auxin, nitrogen dan karbohidrat yang tinggi. Keadaan seperti
ini akan mendorong percepatan dalam pertumbuhanya.
Cabang yang terlalu tua sangat sulit
menghasilkan tunas bahkan akar, hal ini diakibatkan oleh regenerasi sel yang
lambat. Sedangkan untuk cabang yang terlalu muda akan cepat kehilangan air
mengalami kekeringan dan akhirnya mati sebelum menghasilkan akar baru.
Cara pembuatanya
adalah ;
Ø Cabang stek berukuran 15 – 20 cm, dengan mata
tunas 3-4 mata tunas disetiap potongan.
Ø Batang minimal berdiameter 1 cm yang diambil
dari bagian tengah cabang, kira-kira 0,5 dari mata tunas paling bawah dan 1 cm
dari mata tunas paling atas.
Ø Pemotongan dapat dilakukan dengan guting atau
pisau yang tajam sehingga hasil potongan rapi dan tidak terdapat kerusakan.
Ø Sisakan berberapa daun dan potong 3/4 dari daun
untuk mengurangi penguapanya.
b. Stek Akar
Untuk perbanyakan mengunakan akar,
stok yang diambil berasal dari tanaman yang masih muda dan tumbuh sehat. Hal
ini dikarenakan akar masih pada fase juvenile yakni tanaman tersebut masih
dalam pertumbuhan aktif.
Regenerasi tanaman baru dari stek
akar sangat tergantung dari tanaman, juga dengan factor lingkungan. Tanaman
yang diperbanyak dengan cara ini cukup banyak, misalnya saja tanaman semak,
tanaman yag merambat, tanaman tahunan, sapai pada tanaman dataran tinggi contoh
cemara, jambu biji, jeruk keprok, dan sukun, dsb.
Akar yang digunakan adalah akar
lateral, yaitu akar yang tumbuh ke arah samping sejajar dengan arah permukaan
tanah, sebaiknya pilih akar sebesar 1 cm dan tidak kering jika terkendala oleh
tempat yang jauh, yaitu dapat mengunakan daun pisang atau karung goni basah.
Akar sukun dipotong menjadi
sepanjang 10-15 cm dengan diameter 1-2 cm bagian ujung ditandai dan dipotong
miring hal ini agar dalam penanamannya tidak terjadi kesalahan.
Cara memperoleh
stek akar yakni dengan cara ;
Ø Akar yang telah terambil dan memenuhi syarat
dipotong sepanjang 5-10 cm mengunakan pisau atau gunting yang tajam.
Ø Akar yang lebih dekat ke pangkal dipotong serong
dan diberi fungisida agar tidak terkena jamur
Ø Penyemaian dilakukan dalam media pasir setebal 7
-10 cm
Ø Posisinya dapat dibaringkan atau ditegakan
tergantung dari posisi jarak tanam. Untuk posisi dibaringkan jarak tanamnya
adalah 2-3 cm dan 4-5 cm untuk tegak.
Ø Media semai diusahakan agar tetap lembap dapat
dengan cara disiram 2 kali sehari pagi dan sore.
Ø Penyemaian harus tertutup plastic untuk
menguragi penguapan dan mempertahankan kelembapan.
Ø Stek dapat dipindahkan ke folibag jika akar
sudah tumbuh banyak.
c. Perawatan
Perawatan yang biasa dilakukan adalah menjaga
kelembapan dengan menyiram 2 kali sehari atau disesuaikan dengan kondisi tanah,
dan juga perawatan dengan membuang gulma dan pengganggu tanaman yang lain yang
mungkin dapat menggangu tumbuha kembang stek. Menjaga stek dalam kondisi baik
adalah hal yang penting karna jika terjadi kesalahan maka stek yang diharapkan
tidak akan tumbuh sebagai mana mestinya.
VI.
Prinsip teori
Stek berasal dari kata stuk (Bahasa
Belanda) dan cuttage
( Bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya,
perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan tanaman induk kedalam media,
agar tumbuh menjadi tanaman baru.
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman
seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar,
untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya
adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun
sekaligus.
Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan
tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang
berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah.
Kelemahan dari perbanyakan dengan cara ini
membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan
biaya yang banyak. Selain hal tersebut juga tidak semua tanaman
dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah,
terlebih jika dilakukan oleh hobiss atau penangkar pemula.
Perbanyakan dengan stek pada umumnya dilakukan
pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang , namun pada beberapa tanaman
seperti asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Perbanyakan tanaman
dengan stek meliputi stek batang, stek bertunas daun, stek daun, stek akar,
stek mata, stek umbi ( meliputi umbi lapis, umbi palsu, umbi batang, umbi akar
dan akar batang).
Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan karena
tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan tidak rumit.
Keunggulan teknik ini adalah dapat meng hasilkan tanaman baru dalam jumlah
banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat sedikit atau terbatas.
Namun pada kenyataannya tidak semua tanaman dapat diperbanyak
dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari
induknya saja yang dapat diperbanyak dengan teknik ini, misalnya anggur,
kedondong, sukun , jambu air dsb.
Kelemahan baik secara fisisologis maupun
morfologis adalah hasil perbanyakan dengan cara ini memiliki akar serabut
sehingga mudah roboh pada keadaan iklim kurang mendukung ( ekstrim)
misalnya angin yang kencang, tanah selalu jenuh air, dsb. Hal ini
disebabkan karena hasil perbanyakan tanaman yang ditanam dengan
stek perakarannya dangkal.
Proses pembentukan akar adventif dapat dibagi menjadi 3
fase yaitu:
§
Differensiasi
seluler yang diikuti oleh inisiasi, yaitu permulaan pertumbuhan dari sekelompok
sel-sel merismatik, keadaan ini biasanya disebut inisiasi akar,
§
Differensiasi
dari kelompok sel-sel tersebut diatas, menjadi primodia akar ( bakal
akar) yang dapat dilihat ( recognizeable root primordia).
§
Pertumbuhan
dan pemunculan akar-akar baru yang meliputi pelebaran dari jaringan lain dari
batang, dan pembentukan hubungan vaskular dengan jaringan penghubung
yang menghubungkan bagian yang terluka pada batang yang distek
dengan jaringan vaskular.
Dimana akar mula-mula terbentuk adalah
pertanyaan yang sangat menarik dan hal inilah yang merangsang banyak
peneliti untuk meneliti asal mula keluarnya akar pada berbagai tanaman.
Lokasi tepat dimana akar mula-mula terbentuk
menurut Langster dan Willey ( 1982),
adalah pada batang yang mengalami pelukaan. Artinya dimana ada pelukaan akan
merangsang atau menginduksi akar, yang biasanya didahului atau bersamaan dengan
pembentukan kalus tergantung pada jenis tanamannya. Menurut Barney ( 1987),
pada kebanyakan tanaman hortikultura buah-buahan biasanya kalus terbentuk
dahulu baru diikuti oleh adventious root.
Menurut Winners ( 1975), akar adventif adalah
akar yang muncul karena adanya pelukaan, akar ini pada stek batang berasal dari
sekelompok sel yang yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, kelompok sel
inilah yang kemudian berkembang menjadi sel merismatik.
Pada tanaman tomat dan labu, asal akar adventif
adalah didalam parenkhim floem. Sedangkan untuk tanaman rumput- rumputan
dan kebanyakan familia Graminae asal akar adventif pada stek batang
berasal dari adanya pembelahan dari sekelompok sel-sel yang kecil yang berada
diantara berkas pembuluh vaskular. Sekelompok sel-sel tersebut terus
membelah, dan akhirnya membentuk primordia akar. Setelah primordia
akar terbentuk, pembelahan sel terus berlanjut, dan selanjutnya sel
tersebut menjadi kelompok sel yang tampak sebagai ujung akar ( root tip) .Untuk
tanaman berkayu, dimana terdapat satu atau lebih lapisan dari floem dan xylem
sekunder, asal akar adventif biasanya dari floem sekunder muda.
Waktu untuk keluarnya akar adventif sangat bervariasi
tergantung dari banyak faktor yaitu faktor endogenous, eksogenous dan
interaksi dengan lingkungan.
Pembentukan akar adventif dibatasi oleh
faktor-faktor inherent ( faktor bawaan dari tanaman) yang tidak
ditranslokasikan didalam jaringan tanaman. Namun dari beberapa pustaka
dikatakan bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak bergerak (immobile)
yang terletak didalam sel, mungkin berupa enzim-enzim tertentu dan nutrien
serta faktor-faktor endogen yang mudah ditranslokasi saling berinteraksi untuk
menciptakan kondisi yang favorable untuk perakaran.
Stek akar yang diambil dari tanaman yang muda
atau yang telah memasuki fase juvenil, lebih cepat berakar dari yang
tua. Secara fisiologis hal ini menurut Baker ( 1979), dapat disebabkan
karena adanya faktor endogenus yaitu adanya auksin untuk merangsang
perkembangan akar adventif dan masih tingginya cytokinin didalam tanaman yang
dapat merangsang keluarnya akar pada bagian bawah tanaman ( akar
asli), namun pada banyak kasus yang sering terjadi adalah akar keluar pertama
kali dibawah pucuk adventif, dari akar selain akar yang mengalami pemotongan.
Pada beberapa penelitian pada tanaman hias
biasanya tanaman yang pertumbuhan bagian atasnya baik (bagian atas dari tanaman
induk), akan diikuti dengan pertumbuhan akar yang juga baik apabila dilakukan
penyetekan akar.
Terdapat hubungan yang sangat erat antara
sifat-sifat anatomi batang dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan akar.
VII.
Hasil pengamatan
Pengamatan dilakaukan 5 kali dalam
rentang waktu praktikum 2 bulan dengan hasil yang diperoleh* :
Pengamatan 1.
No
|
Jenis tanaman
|
Banyak daun (helai)
|
Banyak tunas
(buah)
|
1.
|
Tanaman
jambu 1
|
-
|
2
|
2.
|
Tanaman
jambu 2
|
-
|
-
|
3.
|
Tanaman
kedondong
|
-
|
-
|
4.
|
Tanaman
sukun
|
-
|
-
|
Pengamatan 2.
No
|
Jenis tanaman
|
Banyak daun
|
Banyak tunas
|
1.
|
Tanaman
jambu 1
|
2
|
2
|
2.
|
Tanaman
jambu 2
|
-
|
1
|
3.
|
Tanaman
kedondong
|
-
|
-
|
4.
|
Tanaman
sukun
|
-
|
-
|
Pengamatan 3.
No
|
Jenis tanaman
|
Banyak daun
|
Banyak tunas
|
1.
|
Tanaman
jambu 1
|
4
|
3
|
2.
|
Tanaman
jambu 2
|
2
|
6
|
3.
|
Tanaman
kedondong
|
-
|
-
|
4.
|
Tanaman
sukun
|
-
|
1
|
Pengamatan 4.
No
|
Jenis tanaman
|
Banyak daun
|
Banyak tunas
|
1.
|
Tanaman
jambu 1
|
6
|
2
|
2.
|
Tanaman
jambu 2
|
-
|
-
|
3.
|
Tanaman
kedondong
|
-
|
-
|
4.
|
Tanaman
sukun
|
2
|
1
|
Pengamatan 1.
No
|
Jenis tanaman
|
Banyak daun
|
Banyak tunas
|
1.
|
Tanaman
jambu 1
|
9
|
2
|
2.
|
Tanaman
jambu 2
|
-
|
-
|
3.
|
Tanaman
kedondong
|
-
|
-
|
4.
|
Tanaman
sukun
|
3
|
1
|
* hasil yang tertera
diatas adalah hasil dari kumpulan data yang pada pengamatanya dilakukan 2 kali
dalam 1 minggu dan diambil rata-ratnya.
VIII. Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh terjadi kematian pada
jambu air no 2 hal ini diakibatkan oleh pemilihan bibit stek dengan mengambil
bagian tanaman yang mulai menghasilkan bungan.
Pada waktu akar adventif telah terbentuk maka akan terjadi perubahan
yang sangat besar pada proses metabolik. Sintesis protein terjadi sebelum
inisiasi akar, peranan protein adalah untuk menghambat inhibitor-inhibitor yang
akan mempengaruhi proses metabolik dalam pembentukan akar. Sebagai contoh enzim
peroksidase mendekstruksi inhibitor- inhibitor tertentu yang akan
menghambat proses metabolik dalam pembentukan akar adventif.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kalus dan akar
yang sedang terbentuk adalah sink untuk terjadinya gerakan
karbohidrat terlarut dari bagian atas stek tersebut kearah bawah. Maka
jika pengambilan bibit dilakukan pada masa pembunggaan kondisi tanaman sedang
tidak menyipan sumber makanannya.
Pada beberapa pustaka menunjukan bahwa polaritas
dari jaringan batang sangat kuat, sifat ini disebabkan oleh komponen selular
individual, karena betapa kecilnyapun potongan stek, regenerasi secara
konsisten terjadi secara polar. Pada waktu sepotong akar dipotong menjadi dua
segmen, dua permukaan yang bersentuhan sebelum dipotong adalah serupa dalam
segala hal, namun pada saat terjadi regenerasi dari pucuk dan akar, satu
permukaan potongan menjadi akar dan permukaan potongan lainnya menjadi batang.
IX.
Kesimpulan
Dari hasil di atas dapat disimpulkan
untuk hasil stek yang baik ada berberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti
keadaan induk dari stek sebagi penentu ketahanan stek untuk menghadapi fase
sulit dimana akar pada tanaman digantikan, kemudia keadaan fisiologi tanaman
sebagai patokan kesiapan perbanyakan dengan cara stek. Maka diharapkan melalui
pemahaman awal ini stek akan tumbuh menjadi individu yang sifatnya sama seperti
induknya.
DAFTAR PUSTAKA.
Devianiduaja,
Made. Bahan Ajar PembiakanVegetatif Buku
II Setek. Oktober 2008. Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
Masukkan Komentar di bawah