BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BERLAKANG
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang banyak dikembangkan dan mempunyai peran penting bagi subsector
perkebunan (BPPP,2007). Kegiatan budidaya kelapa sawit dimulai dari pembukaan
lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharan dan kegiatan panen. Kegiatan panen
merupakan pekerjaan memotong tandan buah segar dari pokok hingga ke TPH dan
dilanjutkan pengangkutan ke pabrik. Hasil panen
yang tinggi harus didukung harus didukung oleh kualitas TBS yang baik
pula sesuai dengan kriteria yang diinginkan perusahaan. Sehingga kuantitas dan
kualitas harus terjaga sebaik mungkin. Didalam mengupayakan kualitas yang baik
dari hasil panen dapat dipastikan saat buah diperiksa di TPH, di TPH buah di
periksa dan disortir sesuai kriteria panen yang ditentukan oleh kerani panen.
Buah yang tidak sesuai kriteria matang panen akan dicap buah mentah dan akan
didendakan kepada pemanen.
Pemeriksaan buah di TPH dilakukan oleh
kerani panen dengan berpatokan nomor pemanen yang tertuliskan di tangkai buah
yang telah dicangkam kodok. Penomoran buah di TPH dibuat menggunakan crayon
yang diberikan dari pihak kebun dan diwajibkan menomori setiap buah di TPH.
Tetapi kondisi saat ini, buah yang di nomori di TPH hanya satu sampai tiga buah
saja dari jumlah keseluruhan buah yang telah disusun di TPH. Pada SOP Asian
Agri AA-APM-OP-1100.18-R2 pada poin 10.6.2.4 berisi tentang bahwa pemeriksaan
mutu buah di TPH adalah “TBS yang telah tersusun rapi di TPH dan telah di
nomori sesuai nomor pemanen”. Berdasarkan pendapat pemanen, mereka tidak mau
menomori setiap buah di TPH dikarenakan terlalu banyak buah yang harus ditulis
satu persatu, apalagi bila kondisi buah sedang AKP tinggi.
Penomoran setiap buah di TPH sangat
diperlukan karena berguna memberi identitas pada setiap buah yang telah siap
diangkut ke PMKS. Pemberian identitas ini sangat berguna untuk memperkecil
resiko kecurangan yang bisa terjadi dilapangan seperti buah pindah TPH yang
dikarenakan pemanen mengambil buah pemanen lain dan buah terperiksa dua kali
yang dapat berdampak menurunkan BJR, buah tidak di periksa kerani hanya
menerima laporan dari pemanen jumlah janjang nya. Kasus utama yang sering
terjadi juga seperti ditemukannya buah mentah saat grading di PMKS, selama ini
hanya dapat diketahui mandorannnya namun tidak dapat mengetahui pelaku
pemanennya sendiri sehingga pedendaan tidak dapat diberikan hingga ke pelaku
bahkan ada pula buah yang tidak di beri cap kerani sehingga sumber identitas
buah semakin tidak dapat diketahui. Dengan adanya penomoran setiap buah di TPH
maka kualitas buah dapat ditingkatkan, pedendaan dapat lebih tepat,
kesalahan-kesalahan diatas dapat diminimalkan dan kejelasan identitas buah saat
di periksa dapat diketahui sumbernya.
Pada salah satu perusahaan perkebunan
sawit lain diluar Asian Agri sendiri telah melakukan konsep penomoran setiap
buah di TPH menggunakan cap gincu, yang mana cap dibentuk no pemanen
menggunakan sandal swallow dan pewarnanya menggunakan gincu guna memberi identitas
pada buah yang dipanen.
1.2.
Masalah
·
Buah yang tersusun
di TPH di nomori dengan nomor pemanen hanya sebagian.
·
Buah tidak di nomori
dapat berdampak keluarnya buah mentah.
·
Pada saat grading
di PMKS sering ditemukan buah mentah yang hanya diketahui mandorannya namun
tidak diketahui pemanennya sehingga pedendaan hanya dapat dilakukan ke kerani
panen dan mandoran tersebut.
·
Kemampuan kerani
terbatas memeriksa 100% TBS di TPH sehingga TBS yang diperiksa keliling adalah
yang paling dicurigai mentah.
1.3.
Tujuan
·
Meningkatkan
kualitas buah yang terkirim ke PMKS
·
Menurunkan
persentasi buah mentah.
·
Mempermudah
pemberian identitas jelas disetiap TBS.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Teori
Tujuan utama dari penanaman kelapa
sawit yaitu menghasilkan produksi yang optimal. Untuk mendapatkan produksi yang
optimal maka segala aspek harus menjadi perhatian Manajemen. Selain produksi
yang tinggi kualitas TBS juga menjadi strategi untuk menghasilkan CPO yang
bermutu dengan rendemen tinggi.
Pekerjaan diperkebunan
kelapa sawit hanya terdiri dari 3 komponen, yaitu: Potong buah, Transportasi
dan Pengolahan. Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan
merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah
indikator akan dimulainya pengembalian investasi yang telah ditanamkan dalam
budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi
yang tinggi dengan mutu yang baik dan
tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman semusim,
pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi
tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa.
Lebih
terperinci kegiatan potong buah terdiri dari bagiannya yaitu:
1.
Memonitoring pusingan
potong buah
2.
Pekerjaan potong buah
3.
Kutib brondolan
4.
Mutu buah
5.
Sistem Panen
6.
Losses
Produksi yang menjadi sumber penghasilan perusahaan dapat
di kelola lebih baik lagi jika biaya yang dikeluarkan untuk produksi tersebut
rendah pula. Lebih tepatnya biaya (Rp/kg) akan rendah jika output yang
diperoleh lebih tinggi dengan kualitas yang baik pula.
Kualitas TBS sendiri hingga sekarang belum dapat tercapai 100% terkhusus untuk
target 0% buah mentah. Buah mentah sendiri sering kali ditemukan di PMKS saat
dilakukan greading yang mana TBS tersebut tidak memiliki nomor panen yang dapat
dijadikan acuan pemberian sanksi kepada pemanen yang melanggar peraturan matang
panen. Untuk sampai pada tahap tersebut banyak hal
yang diperhatikan dari taksasi hingga proses panen dan supervisi dilapangan. (Sunarko, 2009).
Mutu buah dilapangan turun dapat
disebabkan dikarenakan pengawasan terhadap kerja pemanen yang kurang oleh supervisi
sehingga para pemanen selalu mencari kesempatan untuk menurunkan buah yang
masih belum masuk kriteria matang panen,dengan ini perlu dilakukan supervisi
yang baik untuk menghasilkan mutu buah yang baik pula, pedendaan merupakan
system untuk membuat jera para pemanen yang tidak mengikuti peraturan
berdasarakan kriteria matang panen.
2.2 Hipotesis
·
Meningkatkan
ketelitian pemeriksaan mutu buah di TPH untuk mengurangi resiko terkirim nya
buah mentah ke PMKS
·
Pedendaan buah
mentah untuk mengurangi resiko terpotongnya buah mentah oleh pemanen.
·
Semua buah yang
terkirim ke PMKS memiliki identitas jelas.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Pelaksanaan Percobaan
Percobaan
ini dilakukan di afdeling 2 Kebun Badang, PT.Dasa Anugerah Sejati. Percobaan
ini penggunaan alat gancu panen bernomor akan dilakukan pada mandoran yang
paling bermasalah buah mentah di afdeling 2. Percobaan ini akan dilakukan 2
perlakuan dengan membandingkan penomoran TBS menggunakan crayon dengan menggunakan
gancu panen bernomor. Perlakuan diambil sampel masing 5 orang menggunakan gancu
panen bernomor dan 5 orang lagi menggunakan crayon untuk mendapatkan TMS
penomoran buah 100%.
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah gancu yang telah diberi nomor
pemanen, alat tulis, format pemeriksaan mutu buah. Percobaan ini dilakukan
untuk mengamati penomoran tiap TBS di TPH menggunakan gancu panen bernomor dan
crayon.
Tabel 1. Perhitungan biaya pembuatan
alat
Gambar 1. Gancu panen bernomor
3.1.1 Perlakuan
(Before)
·
Susun buah di TPH
·
Susun berondolan
·
Nomori setiap buah
di TPH menggunakan Crayon (Mnt/TBS)
3.1.2 Perlakuan
(After)
·
Susun buah di TPH
·
Susun berondolan
·
Nomori setiap buah
di TPH menggunakan gancu panen bernomor
3.2 Tahapan
Percobaan
3.2.1 Buah
dilangsir ke TPH
Percobaan ini dilakukan pada areal
afdeling 2 kebun badang, yaitu pemanen melangsir buah dari ancak ke TPH
menggunakan angkong.
3.2.2 Buah
disusun di TPH
Setelah
buah dilangsir, buah disusun di TPH membentuk persegi dengan susunan 4 TBS. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan dan penghitungan oleh kerani panen
dan pengangkutan dengan BIN System.
3.2.3 Buah di
nomori per TBS
Setelah
buah disusun buah dinomori satu persatu menggunakan gancu panen bernomor dengan
cara mengetok nomor pada gancu ke tangkai TBS yang telah dicangkam kodok.
Sehingga penomoran semua TBS di TPH dapat lebih cepat dilakukan dikarenakan
sebelum nya menomori buah menggunakan crayon hanya menomori 1 buah per TPH.
Dengan cara ini buah telah diberi identitas yang jelas sumber asal pemanen, dan
lokasi ancak pun dapat diketahui.
BAB IV
SUMBER DATA
Dalam pengamatan di lakukan
perbandingan jumlah buah yang dinomori pemanen dengan mengambil sampel 2
mandoran masing-masing sampel 5 orang pemanen. Dari data yang didapat terlihat
perbedaan persentasi buah yang di nomori pada tabel 2.
Tabel 2.
Persentasi buah yang di nomori pemanen
Hasil pengamatan diatas dapat
dilihat penggunaan gancu panen bernomor dapat menomori buah 100% di TPH
sementara pemanen yang tidak menggunakan gancu panen bernomor hanya menomori
buahnya rata-rata 25% dari total TBS yang di periksa di TPH.
Tabel 3. Daftar buah mentah Afdeling II
Dari data diatas dapat dilihat bahwa
buah mentah afdeling 2 hasil pemeriksaan mutu buah, jumlah buah mentah
terbanyak pada bulan mey adalah sebanyak 82 TBS di mandoran C, sedangkan dibulan
juni jumlah buah mentah pada mandoran C turun menjadi 34 TBS, dan terus
mengalami penurunan di bulan juli menjadi 6. Penurunan TBS mentah hasil grading
di pabrik terjadi semenjak dilakukannya percobaan alat gancu panen bernomor
yang dimulai pada bulan juni. Pada aplikasi gancu panen bernomor dilakukan pada
1 mandoran yang paling bermasalah di afdeling 2 yaitu mandoran C, yang mana
mandoran C penyumbang kurang lebih 90% buah mentah afdeling 2. Dari data diatas
dapat terlihat penurunan buah restan dari bulan mey ke juni yang mengalami
penurunan drastis sejak perlakuan alat gancu panen bernomor yang mengakibatkan
pemanen tidak berani menurunkan buah mentah.
Dalam tabel 2 masih terlihat adanya
buah mentah di bulan agustus, namun masih terlihat adanya buah mentah, tetapi
pada 5 sampel yang diamati merupakan pemanen yang paling sering menghasilkan
buah mentah sebelum dilakukan implementasi Gancu Panen bernomor, dapat terlihat
penurunan buah mentah pada tabel 4.
Tabel 4. Penurunan
buah mentah sampel 5 pemanen.
Dalam proses kegiatan panen dapat
dilihat di gambar 2 yang menunjukkan titik dimana potensi buah mentah
dihasilkan dan terdeteksi tetapi tidak dapat didendakan dikarenakan tidak
memiliki identitas. Pada gambar 2 terlihat pada saat pemanen memotong buah
merupakan sumber pertama buah mentah dihasilkan yang dikarenakan pemanen
mengejar cepat mencapai output, dan pada titik ke dua adalah di TPH yang mana
saat buah mentah tersebut tidak diberikan denda atau pun tidak diperiksa maka
akan membuat pemanen mengulangi mengeluarkan buah mentah. Pada titik ketiga
merupakan titik dimana buah mentah yang tidak terdenda ataupun tidak diperiksa
di afdeling dapat terdeteksi saat grading panen. Tetapi pada grading PMKS
pedendaan hanya dapat dilakukan kepada mandor dan kerani dengan pemotongan
premi tetapi tidak dapat dilakukan pedendaan kepada pemanen pelaku buah mentah.
Gambar 2. Flipchart potong buah
Grafik 1. Perbandingan
buah mentah hasil Grading PMKS
Dari grafik 1 diatas dapat dilihat
terdapat penurunan dan kenaikan buah mentah hasil pemeriksaan mutu buah
terutama yang mengalami penurunan dari bulan juni ke mey semenjak dilakukannya
percobaan pemberian identitas penomoran buah, dikarenakan dengan penomoran buah
ini maka pemanen akan takut untuk mengeluarkan buah mentah dikarenakan pasti
akan diketahui pemiliknya saat ditemukan di PMKS.
Temuan
buah mentah di PMKS sendiri mengalami penurunan pada bulan juni yang merupakan
saat dimulainya aplikasi gancu panen bernomor. Penurunan sendiri mencapai dari
90 TBS menjadi 45 TBS di bulan juni.
Afdeling
dua sendiri menggunakan system pemberian identitas pada buah ini hanya masih
satu mandoran yang paling bermasalah dikarenakan sedang dalam tahap percobaan,
kedepannya akan lebih dikembangkan lagi agar dapat digunakan penuh pada satu
afdeling.
Tabel 5. Data
Observasi kegiatan penomoran TBS di TPH
Dari data tabel diatas dapat dilihat
perbedaan waktu yang didapatkan saat pemanen menomori buah dengan menggunakan
crayon dan menggunakan gancu bernomor, menomori TBS dengan gancu bernomor hanya
membutuhkan waktu sebanyak 2 detik per TBS, jika pemanen mengeluarkan buah
sebanyak 100 tandan per hari maka hanya membutuhkan waktu sebanyak 200 detik
per hari atau sama dengan 3,3 menit per hari. Jadi system penomoran buah dengan
gancu ini sangat efektif untuk memberi identitas pada buah dikarenakan tidak
mengganggu proses kerja dan tidak menghabiskan waktu yang lama untuk menomori
buah.
Gambar 3.
Penomoran buah di TPS dengan menggunakan crayon
Gambar
diatas menunjukkan proses penomoran buah menggunakan crayon dengan cara satu
persatu, penomoran 1 TBS membutuhkan waktu rata-rata 5,9 detik/janjang, bila
dalam satu hari menghasilkan minimal 100 janjang, maka membutuhkan waktu lebih
lama.
Gambar 4. Buah yang telah dinomori
menggunakan gancu panen bernomor
Dari gambar diatas dapat hasil
penggunaan gancu panen bernomor, buah dinomorin semua setiap TPH dan nomor yang
dibuat dapat terlihat jelas pada tangkai TBS. Penomoran TBS menggunakan gancu
panen bernomor membutuhkan waktu lebih sedikit yaitu hanya 2 detik/janjang.
BAB V
ANALISIS
PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan di
Afdeling 2 KBD pada mandoran C menggunakan system pemberian identitas pada TBS
yaitu menggunakan Gancu Panen Bernomor. Pada percobaan ini gancu yang di modif
diberi nomor adalah gancu yang biasa dipakai pemanen, hal ini dilakukan agar
kenyamanan pemakaian gancu tetap sama sehingga tidak ada tidak ada perbedaan
berat pada alat yang biasa dipakai.
Hasil observasi yang dilakukan
menunjukkan penggunaan alat gancu panen bernomor tidak memakan waktu yang lama
untuk menomori setiap buah di TPH, sehingga tidak menjadi beban kerja baru
untuk pemanen, dikarenakan hanya membutuhkan waktu 2 detik/janjang untuk
menomori TBS di TPH. Berikut data hasil observasi TMS di Afdeling 2 KBD
perbandingan antara waktu penomoran buah menggunakan crayon dan waktu jika
menggunakan gancu panen bernomor.
Grafik 2. Data
perbandingan TMS penggunaan gancu dan crayon.
Dengan system ini diharapkan buah
mentah yang dikirim ke PMKS dapat diturunkan secara drastis guna mempertahankan
kualitas KMP 2 yang diharapkan. Buah mentah sering kali ditemukan di PMKS tanpa
identitas yang mengakibatkan sanksi tidak dapat diberikan tepat sasaran. Bahkan
ada pula dapat ditemukan buah mentah yang tidak bernomor dan tanpa tanda
pemeriksaan kerani, sehingga identitas buah jelas-jelas tidak dapat diketahui
sepenuhnya.
Gambar 5. Buah
mentah yang hasil greading di PMKS
Pada gambar diatas dapat dilihat
buah mentah yang didapatkan dari hasil sortir di PMKS, dari 8 TBS yang mentah,
hanya 3 yang memiliki nomor panen, sehingga sisa buah yang tidak bernomor tidak
diketahui siapa pemanennya dan tidak dapat didendakan langsung kepada pemanen.
Tabel 6. Potensial
Denda
Dengan system ini buah mentah yang
didapat hasil grading PMKS tidak dapat didendakan ke pemanen rata-rata sebesar
Rp.365.000 per afdeling, jika ditotalkan dalam hitungan kebun maka denda tidak
terbayar adalah Rp.1.825.000 per kebun. Dengan
ini potensi saving cost yang dapat disimpan mulai dari bulan September
hingga desember adalah sebesar Rp. 7.300.000. Nilai ini memang kecil tetapi
yang ingin dicapai dari alat Gancu Panen Bernomor ini merupakan peningkatan
kualitas TBS panen 0% buah mentah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Gancu panen
bernomor dapat memberi identitas pada setiap TBS yang dikirim ke PMKS.
2.
Pemberian
identitas pada TBS mampu menurunkan pengiriman buah mentah ke PMKS.
3.
Dengan alat ini
dapat menghemat budget alat tulis pada pekerjaan panen.
4.
Alat gancu panen
bernomor dapat selalu dibawa karena merupakan alat utama pada kegiatan panen.
5.
Sanksi buah mentah
tepat sasaran langsung kepada pemanen yang melakukan.
5.2. Saran
1.
System ini harus
dilakukan dengan konsisten dan tegas, agar setiap pemanen dapat terus melakukan
penomoran pada setiap TBS
2.
Metode ini sangat
baik digunakan untuk TBS tanaman muda maupun tua.
Daftar Pustaka
Pahan, i. 2014. Pedoman manajemen Agribisnis dari hulu hingga hilir. Jakarta. Penebar swadaya.
Sunarko. 2009.
Budidaya dan pengelolaan kebun kelapa
sawit dengan sistem kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Badan Penelitian dan
pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa
Sawit. Depertemen Pertanian. Jakarta
Sukadi, 2014. Teknik
Memanen Kelapa Sawit. Balai Besar Pelatihan Pertanian. Kalimantan Selatan.
Masukkan Komentar di bawah