Dinding sel
Sel tumbuhan dipisahkan oleh dinding sel yang
transparan.
Dinding sel adalah struktur di luar membran
plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel
merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya
berbeda.
Dinding sel
menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena
dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring
(filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan
air yang masuk ke dalam sel.
Dinding
rumah terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada
tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi
memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari
glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).racun
Bagian lain
di dalam sel:
- membran plasma
- nukleus
- jaringan endoplasma
- ribosom
- mitokondria
- badan golgi
- vakuola
- sitoplasma
- kloroplas
·
Vakuola
·
·
Vakuola
ditunjukkan oleh nomor 10
·
Vakuola merupakan
ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap
dalam bahasa
Inggris)yang berupa
rongga yang diselaputi membran (tonoplas). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Selain
itu, Vakuola juga berisi asam organik, asam amino, glukosa, gas, garam-garam
kristal, alkaloid. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler
tingkat rendah.
·
Vakuola
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Vakuola Kontraktil dan Vakuola nonkontraktil
(vakuola makanan). Vakuola kontraktil berufngsi sebagai osmoregulator yaitu
pengatur nilai osmotik sel atau ekskresi. Vakuola nonkontraktil berfungsi untuk
mencerna makanan dan mengedarkan hasil makanan.
·
Pada sel daun dewasa, vakuola mendominasi sebagian besar ruang sel
sehingga seringkali sel terlihat sebagai ruang kosong karena sitosol terdesak ke bagian tepi dari sel.
·
Fungsi Vakuola:
1. Tempat penyimpanan zat cadangan makanan seperti amilum dan glukosa 2. Tempat
menyimpan pigmen (daun, bunga dan buah) 3. Tempat penyimpanan minyak atsirik
(golongan minyak yang memberikan bau khas seperti minyak kayu putih) 4.
Mengatur tirgiditas sel (tekanan osmotik sel) 5. Tempat penimbunan sisa
metabolisme dan metabolik sekunder seperti getah karet, alkaloid, tanin, dan
kalsium oksabit
·
Bagi
tumbuhan, vakuola berperan sangat penting dalam kehidupan karena mekanisme
pertahanan hidupnya bergantung pada kemampuan vakuola menjaga konsentrasi
zat-zat terlarut di dalamnya. Proses pelayuan, misalnya, terjadi karena vakuola kehilangan tekanan turgor pada dinding sel. Dalam vakuola terkumpul pula
sebagian besar bahan-bahan berbahaya bagi proses metabolisme dalam sel karena tumbuhan tidak
mempunyai sistem
ekskresi yang
efektif seperti pada hewan. Tanpa vakuola, proses kehidupan pada sel akan
berhenti karena terjadi kekacauan reaksi biokimia.
·
Tonoplas
·
Tonoplas
pada dinding sel tanaman.
·
Tonoplas atau membran
vakuola adalah membran tunggal yang menyelimuti vakuola dan memisahkan sitosol dari getah tumbuhan serta sangat
penting bagi sel tumbuhan dan sel cendawan.[1][2] Membran ini menyerupai membran plasma, namun berbeda fungsinya dan sering
agak lebih tipis (7,5 nm).[1] Membran plasma mengendalikan
keluar-masuknya linarut (zat terlarut) di sitoplasma , sedangkan tonoplas mengangkut
linarut keluar-masuk vakuola, jadi mengendalikan potensial air sel.[1] Potensial air khususnya penting pada sel penjaga dari perangkat stomata. Kalium dan ion lain dipompa ke dalam dan ke luar vakuola sel
penjaga; air mengikutinya secara osmotik sehingga sel itu menggembung atau
mengempis, hasilnya stomata membuka atau menutup.[1] Pada dasarnya, tonoplas berasal
dari retikulum
endoplasma, tapi
diduga melalui perangkat Golgi seperti halnya membran plasma (plasmalema).[1] kadang-kadang, retikulum endoplasma
menggembung langsung membentuk vakuola.
·
Kristal
·
· 
·
Kristal atau hablur
adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya
berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan.
Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom
dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum,
kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan
polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.
·
Struktur
kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan,
dan tekanan ambien. Proses terbentuknya
struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
·
Meski proses
pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu
cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi
karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat
mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf
atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga
disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan
gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa
Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang
menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial,
silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.
·
Struktur
kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau
kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar.
Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan
garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan
kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk
bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan
menyeluruh. Gaya Van der
Waals lemah juga
dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang
menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit.
·
Kebanyakan
material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat
berefek besar pada sifat-sifat material tersebut.
·
Meskipun
istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal"
merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap
kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam.
Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara
atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal
tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.
·
Beberapa
material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.
·
Kelakuan
cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat
optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik.
Plastid
Plastid adalah salah satu organel pada sel-sel (tumbuhan dan alga). Organel ini paling dikenal dalam bentuknya yang
paling umum, kloroplas, sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
Plastid
dalam sel dikenal dalam berbagai bentuk, yaitu
- proplastid, bentuk belum "dewasa" atau bentuk plastid yang belum membentuk pigmen
- leukoplas, bentuk dewasa tanpa mengandung pigmen, ditemukan terutama di akar
- kloroplas, bentuk aktif yang mengandung pigmen klorofil, ditemukan pada daun, bunga, dan bagian-bagian berwarna hijau lainnya
- kromoplas, bentuk aktif yang mengandung pigmen karotena, ditemukan terutama pada bunga dan bagian lain berwarna jingga
- amiloplas, bentuk semi-aktif yang mengandung butir-butir tepung, ditemukan pada bagian tumbuhan yang menyimpan cadangan energi dalam bentuk tepung, seperti akar, rimpang, dan batang (umbi) serta biji.
- elaioplas, bentuk semi-aktif yang mengandung tetes-tetes minyak/lemak pada beberapa jaringan penyimpan minyak, seperti endospermium (pada biji)
- etioplas, bentuk semi-aktif yang merupakan bentuk adaptasi kloroplas terhadap lingkungan kurang cahaya; etioplas dapat segera aktif dengan membentuk klorofil hanya dalam beberapa jam, begitu mendapat cukup pencahayaan.
Plastid
adalah organel vital pada tumbuhan. Fungsinya adalah sebagai tempat
fotosintesis, sintesis asam-asam lemak, serta beberapa fungsi sehari-hari
sel.
Secara evolusi plastid dianggap sebagai prokariota
yang bersimbiosis ke dalam sel eukariota dan kemudian kehilangan sifat otonomi
penuhnya. Teori endosimbiosis ini mirip dengan yang terjadi
terhadap mitokondria namun introduksi plastid dianggap
terjadi lebih kemudian.
Kloroplas
Bagian-bagian
Chloroplast.
Kloroplas atau Chloroplast adalah plastid yang mengandung klorofil. Di dalam kloroplas berlangsung
fase terang dan fase gelap dari fotosintesis tumbuhan. Kloroplas terdapat pada hampir
seluruh tumbuhan, tetapi tidak umum dalam semua sel. Bila ada, maka tiap sel dapat memiliki satu sampai
banyak plastid. Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya berbentuk cakram
(kira-kira 2 x 5 mm, kadang-kadang lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal
dalam sitoplasma tetapi bentuk dan posisinya
berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Pada ganggang, bentuknya dapat seperti mangkuk,
spiral, bintang menyerupai jaring, seringkali disertai pirenoid.
Kloroplas matang pada beberapa ganggang , biofita dan likopoda dapat memperbanyak diri dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi melalui pertumbuhan dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Secara khas kloroplas dewasa mencakup dua membran luar yang menyalkuti stroma homogen, di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase gelap. Dalam stroma tertanam sejumlah grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid yang berupa gelembung bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid menyimpan pigmen-pigmen fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase fotosintesis yang bergantung pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela intergrana yang bebas pigmen.
Prokariota yang berfotosintesis tidak mempunyai kloroplas, tilakoid yang banyak itu terletak bebas dalam sitoplasma dan memiliki susunan yang beragam dengan bentuk yang beragam pula. Kloroplas mengandung DNA lingkar dan mesin sistesis protein, termasuk ribosom dari tipe prokariotik.
Kloroplas matang pada beberapa ganggang , biofita dan likopoda dapat memperbanyak diri dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi melalui pertumbuhan dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Secara khas kloroplas dewasa mencakup dua membran luar yang menyalkuti stroma homogen, di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase gelap. Dalam stroma tertanam sejumlah grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid yang berupa gelembung bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid menyimpan pigmen-pigmen fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase fotosintesis yang bergantung pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela intergrana yang bebas pigmen.
Prokariota yang berfotosintesis tidak mempunyai kloroplas, tilakoid yang banyak itu terletak bebas dalam sitoplasma dan memiliki susunan yang beragam dengan bentuk yang beragam pula. Kloroplas mengandung DNA lingkar dan mesin sistesis protein, termasuk ribosom dari tipe prokariotik.
Struktur
Kloroplas Kloroplas
terdiri atas dua bagian besar, yaitu bagian amplop dan bagian dalam.Bagian
amplop kloroplas terdiri dari membran luar yang bersifat sangat permeabel,
membran dalam yang bersifat permeabel serta merupakan tempat protein transpor
melekat, dan ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan
membran dalam. Bagian dalam kloroplas mengandung DNA , RNAs, ribosom, stroma (tempat terjadinya reaksi gelap), dan granum. Granum terdiri atas membran tilakoid (tempat terjadinya reaksi terang) dan ruang tilakoid (ruang di antara membran tilakoid). Pada tanaman C3,
kloroplas terletak pada sel mesofil. Contoh tanaman C3 adalah padi (Oryza sativa), gandum (Triticum aestivum), kacang kedelai (Glycine max), dan kentang (Solanum tuberosum). Pada
tanaman C4, kloroplas terletak pada sel mesofil dan bundle sheath
cell. Contoh tanaman C4 adalah jagung (Zea mays) dan tebu (Saccharum officinarum).
Genom
Kloroplas Kloroplas
pada tanaman tingkat tinggi merupakan evolusi dari bakteri fotosintetik menjadi
organel sel tanaman. Genom kloroplas terdiri dari 121 024 pasang nukleotida
serta mempunyai inverted repeats (2 kopi) yang mengandung gen-gen rRNA (16S dan
23S rRNAs) untuk pembentukan ribosom. Genom kloroplas mempunyai subunit yang
besar yaitu penyandi ribulosa biphosphate carboxylase. Protein yang
terlibat di dalam kloroplas sebanyak 60 protein. 2/3nya diekspresikan oleh gen
yang terdapat di inti sel sementara 1/3nya diekspresikan dari genom kloroplas.
.
Badan Golgi
Mikrograf
badan Golgi, terlihat sebagai tumpukan cincin setengah lingkaran berwarna hitam
di bagian bawah gambar. Sejumlah vesikel bulat terlihat di sekitar organel ini.
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi,
kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi
ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat
hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang
melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi,
sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada
tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi
ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang
bernama Camillo
Golgi.
Struktur
Struktur
badan Golgi berupa berkas kantung berbentuk cakram yang bercabang menjadi
serangkaian pembuluh yang sangat kecil di ujungnya. Karena hubungannya dengan
fungsi pengeluaran sel amat erat, pembuluh mengumpulkan dan membungkus
karbohidrat serta zat-zat lain untuk diangkut ke permukaan sel. Pembuluh itu
juga menyumbang bahan bagi pembentukan dinding sel.
Badan golgi
dibangun oleh membran yang berbentuk tubulus dan juga vesikula. Dari tubulus
dilepaskan kantung-kantung kecil yang berisi bahan-bahan yang diperlukan
seperti enzim–enzim pembentuk dinding sel.
Badan Golgi
merupakan bagian sel yang hampir serupa dengan Retikulum Endoplasma. Hanya
saja, Badan Golgi terdiri dari berlapis-lapis ruangan yang juga ditutupi oleh
membran. Badan Golgi mempunyai 2 bagian, yaitu bagian cis dan bagian trans.
Bagian cis menerima vesikel-vesikel [vesicle] yang pada umumnya
berasal dari Retikulum Endoplasma Kasar. Vesikel ini akan diserap ke ruangan-ruangan
di dalam Badan Golgi dan isi dari vesikel tersebut akan diproses sedemikian
rupa untuk penyempurnaan dan lain sebagainya. Ruangan-ruangan tersebut akan
bergerak dari bagian cis menuju bagian trans. Di bagian inilah
ruangan-ruangan tersebut akan memecahkan dirinya dan membentuk vesikel, dan
siap untuk disalurkan ke bagian-bagian sel yang lain atau ke luar sel.
Fungsi
Skema
transpor di dalam badan Golgi. 1. Vesikel retikulum endoplasma, 2. Vesikel
eksositosis, 3. Sisterna, 4. Membran sel, 5. Vesikel sekresi.
Fungsi badan
golgi:
1. Membentuk
kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar
kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk
membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung
yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk
dinding sel tumbuhan
4. Fungsi
lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk
memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat
untuk memodifikasi protein
6. Untuk
menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk
membentuk lisosom
8. Membentuk
Akrosom pada spermatozoa
Dalam badan
golgi terdapat variasi coated vesicle, antara lain
Clathrin-coated
adalah yang pertama ditemukan dan diteliti. tersusun dari clathrin dan adaptin.
interaksi lateral antara adaptin dengan clatrin membentuk formasi tunas. jika
tunas clathrin sudah tumbuh, protein yang larut dalam sitoplasma termasuk
dynamin akan membentuk cincin di setiap leher tunas dan memutusnya.
COPI-coated
memaket tunas dari bagian pre-golgi dan antar cisternae. beberapa protein
COPI-coat memperlihatkan sekuens yang bermiripan dengan adaptin, dapat diduga
berasal dari evolusi yang bermiripan.
COPII-coated
memaket tunas dari retikulum endoplasma.
terdapat 2
protein dalam badan golgi. Protein Snare V-snare menuju T-snare dan akan
bergabung. T-snare adalah protein yang ada di target sedangkan V-snare adalah
vesikel snare. V-snare akan mencari T-snare dan kemudian akan berfusi menjadi
satu. Protein Rab termasuk ke dalam golongan GTP-ase. protein Rab memudahkan
dan mengatur kecepatan pelayaran vesikel dan pemasangan v-snare dan t-snare
yang diperlukan pada penggabungan membran.
Ribosom
Ribosom adalah organel kecil dan padat dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Ribosom berdiameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan 35%
protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai polipeptida (yaitu protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Di dalam sel, ribosom tersuspensi
di dalam sitosol atau terikat pada retikulum
endoplasma kasar, atau
pada membran inti sel.
Retikulum endoplasma
Retikulum
Endoplasma (RE, atau endoplasmic
reticula) adalah organel yang dapat ditemukan pada semua sel
eukariotik.
Retikulum
Endoplasma merupakan bagian sel yang terdiri atas sistem membran. Di sekitar
Retikulum Endoplasma adalah bagian sitoplasma yang disebut sitosol. Retikulum Endoplasma sendiri
terdiri atas ruangan-ruangan kosong yang ditutupi dengan membran dengan
ketebalan 4 nm (nanometer, 10-9 meter). Membran ini berhubungan
langsung dengan selimut nukleus atau nuclear envelope.
Pada
bagian-bagian Retikulum Endoplasma tertentu, terdapat ribuan ribosom atau ribosome. Ribosom
merupakan tempat dimana proses pembentukan protein terjadi di dalam sel. Bagian
ini disebut dengan Retikulum Endoplasma Kasar atau Rough Endoplasmic
Reticulum. Kegunaan daripada Retikulum Endoplasma Kasar adalah untuk
mengisolir dan membawa protein tersebut ke bagian-bagian sel lainnya.
Kebanyakan protein tersebut tidak diperlukan sel dalam jumlah banyak dan
biasanya akan dikeluarkan dari sel. Contoh protein tersebut adalah enzim dan
hormon.
Sedangkan
bagian-bagian Retikulum Endoplasma yang tidak diselimuti oleh ribosom disebut
Retikulum Endoplasma Halus atau Smooth Endoplasmic Reticulum.
Kegunaannya adalah untuk membentuk lemak dan steroid. Sel-sel yang sebagian
besar terdiri dari Retikulum Endoplasma Halus terdapat di beberapa organ
seperti hati.
Retikulum
endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung
ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada
jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian
banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran
dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan
retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).
Pengertian
lain menyebutkan bahwa RE sebagai perluasan membran yang saling berhubungan
yang membentuk saluran pipih atau lubang seperti tabung di dalam sitoplsma.
Lubang/saluran
tersebut berfungsi membantu gerakan substansi-substansi dari satu bagian sel ke
bagian sel lainnya.
Ada tiga
jenis retikulum endoplasma:
RE kasar Di
permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini
berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai
tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak
memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa
proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan
konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor
pada protein membran sel. RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus
dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik.
Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE
halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion
kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.
RE halus
berfungsi dalam berbagai macam proses metabolisme, trmasuk sintesis lipid,
metabolisme karbohidrat, dan menawarkan obat dan racun
"RE
berfungsi sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri"
Jaring-jaring
endoplasma adalah jaringan keping kecil-kecil yang tersebar bebas di antara
selaput selaput di seluruh sitoplasma dan membentuk saluran pengangkut bahan.
Jaring-jaring ini biasanya berhubungan dengan ribosom (titik-titik merah) yang
terdiri dari protein dan asam nukleat, atau RNA. Partikel-partikel tadi
mensintesis protein serta menerima perintah melalui RNA tersebut (Time Life,
1984).
Jadi fungsi
RE adalah mendukung sintesis protein dan menyalurkan bahan genetic antara inti
sel dengan sitoplasma.
Fungsi Retikulum Endoplasma
- Menjadi tempat penyimpan Calcium, bila sel berkontraksi maka calcium akan dikeluarkan dari RE dan menuju ke sitosol
• Memodifikasi
protein yang disintesis oleh ribosom untuk disalurkan ke kompleks golgi dan
akhirnya dikeluarkan dari sel.
(RE kasar)
(RE kasar
dan RE halus)
•
Menetralkan racun (detoksifikasi) misalnya RE yang ada di dalam sel-sel hati.
•
Transportasi molekul-molekul dan bagian sel yang satu ke bagian sel yang lain
(RE kasar dan RE halus)
Mitokondria
Mitokondria, kondriosom (bahasa Inggris: chondriosome, mitochondrion,
plural:mitochondria) adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup, selain fungsi selular lain,
seperti metabolisme asam lemak, biosintesis pirimidina, homeostasis kalsium, transduksi sinyal selular dan penghasil energi[1] berupa adenosina
trifosfat pada lintasan katabolisme.
Mitokondria
mempunyai dua lapisan
membran, yaitu
lapisan membran luar dan lapisan membran dalam. Lapisan membran dalam ada dalam
bentuk lipatan-lipatan yang sering disebut dengan cristae. Di dalam
Mitokondria terdapat 'ruangan' yang disebut matriks, dimana beberapa
mineral dapat ditemukan. Sel yang mempunyai banyak Mitokondria dapat dijumpai
di jantung, hati, dan otot.
Terdapat hipotesis bahwa mitokondria merupakan organel
hasil evolusi dari sel α-proteobacteria prokariota yang ber-endosimbiosis dengan sel eukariota.[2] Hipotesis ini didukung oleh
beberapa fakta antara lain,
- adanya DNA di dalam mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan entitas yang terpisah dari sel inangnya,
- beberapa kemiripan antara mitokondria dan bakteri, baik ukuran maupun cara reproduksi dengan membelah diri, juga struktur DNA yang berbentuk lingkaran.
Oleh karena
itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang berbeda dengan sistem
genetik inti. Selain itu, ribosom dan rRNA mitokondria lebih mirip dengan yang
dimiliki bakteri dibandingkan dengan yang dikode oleh inti sel eukariot
[Cooper, 2000].
Secara garis
besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang
dikenal sebagai daur atau siklus Krebs.
Struktur
Struktur
umum suatu mitokondrion
Mitokondria
banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan
memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah
dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria
berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur
mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam,
ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper,
2000].
Membran luar
terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung
protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap
molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar
mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran
luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang
berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi
menghasilkan asetil-KoA.
Membran
dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid
dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas
permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang
menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini
meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya
dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam
reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada
matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya
metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar
membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs,
reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks
mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria
(mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium,
kalsium dan kalium
Fungsi mitokondria
Peran utama
mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi dalam
bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat
di transpor dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan
sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk
setiap molekul glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya
dihasilkan dua molekul ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai
fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang
melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria.
Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan empat
kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II
(suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase),
kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan
Adenine Nucleotide Translocator (ANT) [Wallace, 1997]
Siklus Hidup Mitokondria
Mitokondria
dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) seperti sel
bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar
sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria
bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA mitokondria. Proses ini
dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada
bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian
luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi
pemisahan dua bagian mitokondria [Childs, 1998].
DNA mitokondria
Mitokondria
memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial DNA).
MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi membran (prokariotik).
Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas
dianut, yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup
independen yang kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori
endosimbion. Pada makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan
kepada anaknya hanya berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur).
Mitokondria jantan tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang
berada di ekor sperma. Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga
DNA mitokondria jantan tidak diturunkan.
Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.Pada tumbuhan organel ini lebih dikenal sebagai vakuola, yang selain untuk mencerna, mempunyai fungsi menyimpan senyawa organik yang dihasilkan tanaman.
Komposisi
Membran lisosom
Untuk menyediakan pH asam bagi enzim hidrolitik, membran lisosom mempunyai pompa H+ yang menggunakan energi dari hidrolisis ATP. Membrane lisosom juga sangat terglikosilasi yang dikenal dengan lysosomal-associated membrane proteins (LAMP). Sampai saat ini sudah terdeteksi LAMP-1, LAMP-2, dan CD63/LAMP-3. LAMP berguna sebagai reseptor penerimaan kantong vesikel pada lisosom.Enzim hidrolitik
Enzim hidrolitik dibuat pada retikulum endoplasma, yang mengalami pemaketan di badan Golgi dan kemudian ke endosom lanjut yang nantinya akan menjadi lisosom. Untuk prosesnya ini, enzim ini mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat (M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N.Seluruh glikoprotein yang ditransfer oleh retikulum endoplasma ke cis Golgi memiliki rantai oligosakarida terikat-N yang identik, dengan manosa di ujung terminalnya. Untuk membentuk manosa 6-fosfat, cis Golgi membutuhkan situs pengenalan, yang disebut signal patch, yang memiliki situs H3N+–MMSFVSLLLVGILFWATEAEQLTKCEVFQ–...–COO−
Pembentukan M6P ini memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac fosfotransferase yang berfungsi untuk mengikat enzim hidrolitik secara spesifik dan menambah GlcNac-fosfat ke enzim. Kemudian terdapat enzim kedua yang memotong GlcNac sehingga membentuk M6P. Satu enzim hidrolitik mengandung banyak oligosakarida sehingga dapat mengandung banyak residu M6P. Setelah itu, dari cis Golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans Golgi.
M6P yang terikat pada enzim hidrolitik akan berikatan pada reseptor protein M6P yang berada pada jaringan trans Golgi. Reseptor ini terikat pada membran dan berguna untuk pemaketan enzim hidrolitik dengan memasukkan enzim tersebut ke vesikel clathrin coats, dan nantinya vesikel tersebut dikirim ke endosom lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,5–6,7, dan dikeluarkan pada pH 6.
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena adanya penurunan pH (menjadi 5). Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa oleh vesikel transpor dari endosom kembali ke membran trans Golgi untuk digunakan kembali. Transpor, baik menuju endosom atau kebalikannya, membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang terdapat pada ekor sitoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul dengan M6P dikirim ke lisosom; ada yang 'lolos' dari pengepakan dan ditransfer ke luar sel. Reseptor M6P juga terdapat di membran plasma, yang berguna untuk menangkap enzim hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom.
Fungsi
Endositosis
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.Autofagi
Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.Fagositosis
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).Lysosomal storage diseases
Lysosomal storage diseases adalah penyakit keturunan yang memengaruhi metabolisme lisosom, terjadi karena mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan menumpuk dan mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang ditemukan, yaitu sekitar 1 dari 7700 kelahiran manusia. Salah satu contohnya adalah penyakit Pompe.Penyakit Pompe adalah penyakit genetik neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi, anak-anak, dan manusia dewasa, yang membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit ini adalah perkembangan otot lemah, terutama pada otot untuk bernapas dan bergerak. Pada bayi, penyakit ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada gen yang bertanggung jawab untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA) yang terletak pada kromosom 17. Enzim GAA ini hilang atau diproduksi dalam jumlah sedikit. Fungsi enzim ini untuk memecah glikogen, bentuk gula yang disimpan pada otot, sehingga terjadi penumpukan glikogen pada lisosom.
Inti
Inti atau Nukleus biasanya
berhubungan dengan pusat dari sesuatu, tetapi juga dapat berarti:
Dalam ilmu
pengetahuan:
- Inti atom, kumpulan proton dan neutron yang berada di pusat sebuah atom
- Inti sel, organel pengangkut materi genetik pada eukariota
- Inti komet, inti/pusat solid sebuah komet
- Inti galaksi, daerah pusat sebuah galaksi
- Inti es, inti/pusat sebuah kristal es
Asam deoksiribonukleat
Struktur molekul DNA. Atom karbon berwarna
hitam, oksigen
merah, nitrogen
biru, fosfor
hijau, dan hidrogen
putih.
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa
Inggris: deoxyribonucleic acid),
adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul
utama penyusun berat kering
setiap organisme.
Di dalam sel, DNA umumnya terletak di
dalam inti
sel.Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Karakteristik kimia
Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa
(adenina dengan timina dan guanina dengan sitosina) yang membentuk DNA beruntai
ganda.
DNA merupakan polimer
yang terdiri dari tiga komponen utama,Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å[2]. Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada manusia terdiri atas 220 juta nukleotida[3].
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenina (dilambangkan A), sitosina (C, dari cytosine), guanina (G), dan timina (T). Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan guanina berikatan dengan sitosina. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya merupakan molekul RNA.[4]
Fungsi biologis
Replikasi
Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan
urutan nukleotida pada DNA yang digandakan.
Replikasi
merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel
akan membelah diri.
Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri
harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi
genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA
terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat"
dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu
rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk.Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka pilinan rantai DNA.
Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis amatlah kecil.
Penggunaan DNA dalam teknologi
DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan. Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire, Inggris.Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer. Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah satu teknik paling tepercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.
DNA dalam komputasi
DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan sebagai sebuah cara komputasi.Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana untuk masalah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang berbeda.
Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan teknis yang unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan, mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.
Sejarah
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (bahasa Inggris: radioactive tracers).
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: "bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik". Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X pada DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin.
Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang terdiri dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan guanina; dan dua lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat nukleobasa tersebut terhubung dengan glukosa fosfat.[5]
Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk heliks yang berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak antar molekul nukleobasa adalah 0,34 nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat 10 molekul nukleobasa pada setiap putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru diketahui bahwa DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai heliks.
Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah ini.
Konfirmasi akhir mekanisme replikasi DNA dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl yang dilakukan tahun 1958.
Kromatin
Kromatin pada fase-fase siklus sel
(1) Asam deoksiribonukleat rantai ganda. (2) Kromatin (asam deoksiribonukleat
rantai tunggal beserta histon) (3) Kromatin pada interfase (biru) beserta sentromer
(merah) (4) Kromatin padat selama profase (5) Kromosom pada metafase
Kromatin (Chroma: berwarna; tin: benang) adalah
kompleks dari asam deoksiribonukleat, protein
histon
dan protein non histon
yang ditemukan pada inti sel eukariota.[1]
Kromatin merupakan bahan yang mudah diwarnai oleh suatu zat pewarna. [2]
Pada berbagai sel eukariota tingkat tinggi, ada dua bentuk kromatin pada tahap interfase
yaitu eukromatin dan heterokromatin.[3]
Kromatin terfragmentasi dan menggumpal selama mitosis atau meiosis untuk
membentuk wujud seperti batang yang disebut kromosom.[2]
Kromosom yang berkembang dari kromatin terbukti tersusun dari sejumlah besar
protein dan asam-asam nukleat yang sekarang dikenal sebagai asam
deoksiribonukleat.[2]
Dua pasang dari tiap protein histon tersebut yaitu histon H2A, H2B, H3 dan H4 membentuk
oktamer
dengan 145 hingga 147 pasangan basa asam
deoksiribonukleat yang membungkusnya membentuk inti nukleosom.[4]Bentuk
Struktur kromatin serta bentuk kromosom selama interfase dan
pembelahan sel
Pada berbagai sel eukariota tingkat tinggi, ada dua bentuk kromatin pada
tahap interfase
yaitu eukromatin dan heterokromatin. [3]
Suatu gen yang secara normal terekspresi
pada bentuk eukromatin berpindah pada daerah heterokromatin menyebabkan
terjadinya peredaman gen, yaitu
terhentinya ekspresi gen tersebut.[3]
Perubahan bentuk kromatin ini merupakan salah satu mekanisme epigenetika.[5]Eukromatin
Eukromatin merupakan bentuk yang kurang padat, atau yang bentuk terbuka.[3][5] Eukromatin berbentuk padat selama pembelahan sel, tetapi mengendur menjadi bentuk yang terbuka selama interfase.[6] Eukromatin pada pewarnaan histologi kromosom ditunjukkan pada daerah dengan warna lebih terang.[6]Heterokromatin
Heterokromatin merupakan bentuk yang lebih padat, atau bentuk tertutup.[3][5] Heterokromatin sangat padat pada saat pembelahan sel, demikian pula pada saat interfase.[6] Heterokromatin pada pewarnaan histologi kromosom ditunjukkan pada daerah dengan warna lebih padat atau gelap.[6]Struktur
Gambar skematis dari sel hingga pasangan
basa asam deoksiribonukleat
Kromatin terdiri atas kompleks dari protein kromosomal histon dan non histon
dengan DNA sel eukariota.[3]Nukleosom
Nukleosom yang dibentuk oleh asam deoksiribonukleat
(abu-abu) dan histon oktamer (Histon H2A , H2B , H3 and H4 ). Gambar tampak atas.
Asosiasi
pertama asam deoksiribonukleat dengan protein berlangsung dengan histon membentuk
struktur nukleosom. [7]
Empat subunit histon selain H1 akan membentuk suatu butiran protein oktamer dan
setiap subunit terdapat dalam dua rangkap. [7]
Asam deoksiribonukleat kemudian akan melilit butiran oktamer
tersebut. [7]
Pada tiap butiran terbentuk dua lilitan asam deoksiribonukleat yang panjangnya
146 pasangan basa (pb). [7]
Asosiasi ini merupakan inti nukleosom. [7]
Dua pasang dari tiap protein histon H2A, H2B, H3 dan H4 membentuk
oktamer
dengan 145-147 pasangan basa asam
deoksiribonukleat yang membungkusnya membentuk inti nukleosom.[4][6]
Beberapa referensi yang lebih baru menyebutkan asam deoksiribonukleat yang
membangun nukleosom ini adalah 147 pasangan basa.[3][8]
Ada juga referensi yang lebih lama menyebutkan bahwa kompleks serabut asam
deoksiribonukleat dan protein ini yang dapat ditemukan saat interfase
dari sel eukariota yang dibangun dari nukleosom-nukleosom
dan terdiri atas histon oktamer
yang berasosiasi dengan sekitar 200 pasangan basa asam deoksiribonukleat. [9]
Kemudian terhadap unsur inti nukleosom tersebut berasosiasi protein histon H1
serta 20 pasang basa asam deoksiribonukleat, yaitu masing-masing 10 pb
masing-masing di hilir dan hulu asam deoksiribonukleat unsur inti nukleosom. [7]
Satu nukleosom keseluruhannya berasosiasi 166 pb ADN dengan 5 jenis protein
histon. [7]Asam deoksiribonukleat
Asam deoksiribonukleat merupakan bahan genetik yang pembuktiannya pertama kali dilakukan oleh Frederick Griffith pada tahun 1928 yaitu dengan transformasi pada bakteri Streptococcus pneumoniae. [10] Bahan genetik ini pada eukariota selain dijumpai pada inti sel juga dijumpai di dalam organel yang lain, misalnya pada mitokondria dan kloroplas. [10] Prokariota seperti bakteri umumnya memiliki kromosom sirkuler tunggal meskipum ada beberapa bakteri yang memiliki molekul asam deoksiribonukleat tambahan berupa plasmid. [11]
Protein kromosomal
Protein kromosomal yang mengikat DNA secara sederhana dibagi menjadi dua kelas utama yaitu protein kromosomal histon dan non histon.[3]Histon
Histon merupakan protein yang terdiri dari lima subunit yaitu histon H1, H2A, H2B, H3 dan H4. [7] Subunit-subunit ini kaya akan asam amino yang bermuatan positif atau bersifat basa seperti lisin dan arginin. [7] Histon ini akan bereaksi dengan asam deoksiribonukleat melalui interaksi antara protein yang bermuatan positif dengan fosfodiester dari asam deoksiribonukleat yang bermuatan negatif. [7] Asosiasi antara satu histon dengan satu segmen asam deoksiribonuleat disebut nukleosom. [7] Asosiasi nukleosom merupakan tahap awal pengemasan asam deoksiribonukleat ke dalam bentuk yang padat. [7] Tiap inti nukleosom terdiri atas suatu kompleks dari delapan protein histon (histon oktamer) dan DNA rantai ganda dengan panjang 147 pasang nukleotida.[1] Kompleks histon oktamer ini masing-masing terdiri atas 2 molekul histon H2A, H2B, H3, dan H4.[1] Modifikasi histon memengaruhi perubahan bentuk kromatin.[5]Protein non histon
Protein non histon (NHC Protein) terikat pada sekuens spesifik yang tersebar sepanjang utas DNA.[6]Kromatin dan kanker
Contoh peran modifikasi kromatin pada kanker yang diketahui adalah pada leukemia mieloid akut dan leukemia promielositik akut.[12] Kedua jenis leukemia ini disebabkan translokasi kromosom yang mengubah penggunaan histon deasetilase (HDACs).[12]
Asam ribonukleat
Asam
ribonukleat (bahasa Inggris:ribonucleic acid, RNA)
adalah satu dari tiga makromolekul utama (bersama dengan DNA dan protein) yang berperan penting dalam segala
bentuk kehidupan.
Asam
ribonukleat berperan sebagai pembawa bahan genetik dan memainkan peran utama dalam ekspresi genetik. Dalam dogma pokok (central dogma) genetika
molekular, RNA
menjadi perantara antara informasi yang dibawa DNA dan ekspresi fenotipik yang diwujudkan dalam bentuk
protein.
Struktur RNA
Struktur
dasar RNA mirip dengan DNA. RNA merupakan polimer yang tersusun dari sejumlah nukleotida. Setiap nukleotida memiliki satu
gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu gugus basa nitrogen (basa
N). Polimer tersusun dari ikatan berselang-seling antara gugus fosfat dari satu
nukleotida dengan gugus pentosa dari nukleotida yang lain.
Perbedaan
RNA dengan DNA terletak pada satu gugus hidroksil cincin gula pentosa, sehingga dinamakan ribosa, sedangkan gugus pentosa pada DNA disebut deoksiribosa.[1] Basa nitrogen pada RNA sama dengan
DNA, kecuali basa timina pada DNA diganti dengan urasil pada RNA. Jadi tetap ada empat pilihan: adenina, guanina, sitosina, atau urasil untuk suatu nukleotida.
Selain itu,
bentuk konformasi RNA tidak berupa pilin ganda sebagaimana DNA, tetapi
bervariasi sesuai dengan tipe dan fungsinya.
Tipe-tipe RNA
RNA hadir di
alam dalam berbagai macam/tipe. Sebagai bahan genetik, RNA berwujud sepasang
pita (Inggris double-stranded RNA, dsRNA). Genetika
molekular klasik
mengajarkan, pada eukariota terdapat tiga tipe RNA yang
terlibat dalam proses sintesis protein:[2]
- RNA-kurir (bahasa Inggris: messenger-RNA, mRNA), yang disintesis dengan RNA polimerase I.
- RNA-ribosom (bahasa Inggris: ribosomal-RNA, rRNA), yang disintesis dengan RNA polimerase II
- RNA-transfer (bahasa Inggris: transfer-RNA, tRNA), yang disintesis dengan RNA polimerase III
Pada akhir
abad ke-20 dan awal abad ke-21 diketahui bahwa RNA hadir dalam berbagai macam
bentuk dan terlibat dalam proses pascatranslasi. Dalam pengaturan ekspresi
genetik orang sekarang mengenal RNA-mikro (miRNA) yang terlibat dalam "peredaman gen" atau gene
silencing dan small-interfering RNA (siRNA) yang terlibat dalam proses pertahanan terhadap
serangan virus.
Fungsi RNA
Pada
sekelompok virus (misalnya bakteriofag), RNA merupakan bahan genetik. Ia
berfungsi sebagai penyimpan informasi genetik, sebagaimana DNA pada organisme
hidup lain. Ketika virus ini menyerang sel hidup, RNA yang dibawanya masuk ke
sitoplasma sel korban, yang kemudian ditranslasi oleh sel inang untuk menghasilkan
virus-virus baru.
Namun
demikian, peran penting RNA terletak pada fungsinya sebagai perantara antara DNA dan protein dalam proses ekspresi genetik karena ini berlaku untuk semua
organisme hidup. Dalam peran ini, RNA diproduksi sebagai salinan kode urutan
basa nitrogen DNA dalam proses transkripsi. Kode urutan basa ini tersusun
dalam bentuk 'triplet', tiga urutan basa N, yang dikenal dengan nama kodon. Setiap kodon berelasi dengan satu asam amino (atau kode untuk berhenti), monomer
yang menyusun protein. Lihat ekspresi genetik untuk keterangan lebih lanjut.
Penelitian
mutakhir atas fungsi RNA menunjukkan bukti yang mendukung atas teori 'dunia RNA', yang menyatakan bahwa pada awal proses evolusi, RNA merupakan bahan genetik
universal sebelum organisme hidup memakai DNA.
Interferensi RNA
Suatu gejala
yang baru ditemukan pada penghujung abad ke-20 adalah adanya mekanisme
peredaman (silencing) dalam ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa
RNA tidak diterjemahkan (translasi) menjadi protein oleh tRNA. Ini terjadi
karena sebelum sempat ditranslasi, mRNA dicerna/dihancurkan oleh suatu
mekanisme yang disebut sebagai "interferensi RNA". Mekanisme ini melibatkan
paling sedikit tiga substansi (enzim dan protein lain). Gejala ini pertama kali ditemukan
pada nematoda Caenorhabditis elegans
tetapi selanjutnya ditemukan pada hampir semua kelompok organisme hidup.
Rujukan
- ^ a b (Inggris)"Cell membrane". John W. Kimball. Diakses pada 20 Juli 2010.
2. ^ (Inggris)George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K
Fisher, dan Michael D Uhler. (1999). Basic
Neurochemistry - Molecular, Cellular and Medical Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Phospholipid
Bilayers. ISBN 0-397-51820-X. Diakses pada 19 Juli 2010.
3. ^ (Inggris)"The fluid mosaic model
of the structure of cell membranes". Singer
SJ, Nicolson GL. Diakses pada 20
Juli 2010.
4. ^ (Inggris)"Physical behavior of
the hydrophobic core of membranes: properties of
1-stearoyl-2-linoleoyl-sn-glycerol". Department
of Biophysics, Boston University School of Medicine; Di L, Small DM.. Diakses pada 20 Juli 2010.
5. ^ (Inggris)"Dipole potential of
lipid membranes". Hormel Institute, University
of Minnesota; BROCKMAN H.. Diakses
pada 20 Juli 2010.
6. ^ (Inggris)"The dipole potential
of phospholipid membranes and methods for its detection". Division of Physical and Theoretical Chemistry, School of
Chemistry, University of Sydney; Clarke RJ.. Diakses pada 20 Juli 2010.
7. ^ (Inggris)George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K
Fisher, dan Michael D Uhler. (1999). Basic
Neurochemistry - Molecular, Cellular and Medical Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Transport Processes. ISBN 0-397-51820-X. Diakses pada 22 Juli 2010.
8. ^ (Inggris)George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K
Fisher, dan Michael D Uhler. (1999). Basic
Neurochemistry - Molecular, Cellular and Medical Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Electrical Phenomena
in Excitable Cells. ISBN 0-397-51820-X. Diakses pada 22 Juli 2010.
9. ^ (Inggris)[http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC408323 "Conservation and Transformation of Energy by Bacterial
Membranes - A NOTE ON TERMINOLOGY"] (pdf). National Jewish Hospital and
Research Center and Department of Microbiology, University of Colorado Medical
Center, ; F. M. Harold. p. 174.
Diakses pada 18 Juli 2010.
10. ^ (Inggris)"Molecular structure and
mechanisms of action of cyclic and linear ion transport antibiotics". Hauptman-Woodward Medical Research Institute; Duax WL,
Griffin JF, Langs DA, Smith GD, Grochulski P, Pletnev V, Ivanov V.. Diakses pada 25 Juli 2010.
11. ^ (Inggris)"Molecular aspects of
thyroid hormone actions". Laboratory of
Molecular Biology, Center for Cancer Research, National Cancer Institute,
National Institutes of Health; Cheng SY, Leonard JL, Davis PJ.. Diakses pada 22 Juli 2010.
13. ^
van Meer G, Voelker DR, Feigenson GW. (2008).
"Membrane lipids: where they are and how they behave". Nature
Reviews. Molecular Cell Biology 9 (2): 112–24. doi:10.1038/nrm2330. PMID 18216768.
14. ^
Feigenson GW. (2006). "Phase behavior of lipid
mixtures". Nature Chemical Biology 2 (11): 560–63. doi:10.1038/nchembio1106-560. PMID 17051225.
15. ^ Wiggins PM. (1990). "Role
of water in some biological processes". Microbiological
Reviews 54 (4): 432–49. PMID 2087221.
16. ^ Raschke TM, Levitt M. (2005). "Nonpolar
solutes enhance water structure within hydration shells while reducing
interactions between them". Proceedings of the
National Academy of Sciences U.S.A. 102 (19): 6777–82. doi:10.1073/pnas.0500225102. PMID 15867152.
17. ^ (Inggris)"Conservation
and Transformation of Energy by Bacterial Membranes" (pdf). National Jewish Hospital and Research Center and
Department of Microbiology, University of Colorado Medical Center; F. M. HAROLD.
p. 177, Fig. 2. Diakses pada 20 Juli
2010.
18. ^ (Inggris)Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff,
Keith Roberts, dan Peter Walter (2002). Molecular
Biology of the Cell (edisi ke-4). Garland Science.
hlm. Figure 14-10. A summary of energy-generating metabolism in
mitochondria. ISBN 0-8153-3218-1. Diakses pada 20 Juli 2010.
19. ^ (Inggris)George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K
Fisher, dan Michael D Uhler (1999). Basic
Neurochemistry, Molecular, Cellular and Medical Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Figure 42-2.. ISBN 0-397-51820-X. Diakses pada 20 Juli 2010.
20. ^ (Inggris)George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K
Fisher, dan Michael D Uhler (1999). Basic
Neurochemistry, Molecular, Cellular and Medical Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Figure 42-3.. ISBN 0-397-51820-X. Diakses pada 20 Juli 2010.
Masukkan Komentar di bawah