Klasifikasi hujan
a. Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan
menjadi:
1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya
kurang dari 0,5 mm;
2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang
temperatur udaranya
berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di
dalam cuaca
panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku;
dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari
awan yang
temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya
kurang lebih
7 mm.
b. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
1) Hujan
Frontal
Hujan frontal adalah hujan
yang terjadi di daerah front,
yang disebabkan oleh
pertemuan dua massa
udara yang berbeda
temperaturnya. Massa
udara panas/lembab
bertemu dengan massa
udara dingin/padat
sehingga berkondensasi
dan terjadilah hujan. Lihat
gambar 9.
2) Hujan
Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan
adanya
pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o
LU - 23,5o
LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus
konveksi
menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal
sebagai akibat
pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi
dan turun
hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga
hujan ekuatorial
atau hujan konveksi.
Disebut juga hujan zenithal
karena pada umumnya
hujan terjadi pada waktu
matahari melalui zenit
daerah itu. Semua tempat
di daerah tropis itu
mendapat dua kali hujan
zenithal dalam satu tahun.
Lihat gambar 10.
Gambar 9. Hujan
Frontal.
Gambar 10. Hujan
Zenithal atau Hujan
Front
massa udara panas massa udara dingin
23
3) Hujan
Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh
angin
mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin
sehingga
terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai
hujan. Hujan
yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan
orografis,
sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang
kering dan
disebut daerah bayangan hujan. Lihat gambar 11.
Gambar 11. Hujan
Orografis.
Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam
udara yang terjadi karena
adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat
dalam udara. Awan
yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.
a. Menurut morfologinya (bentuknya)
Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang
bentuknya bergumpal-gumpal
(bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis
dan tersebar luas sehingga dapat
menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan
stratus adalah
awan yang rendah dan luas.
3) Awan Cirrus yaitu awan yang
berdiri sendiri yang halus dan berserat,
berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es
tapi tidak
dapat menimbulkan hujan.
b. Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena
tingginya selalu
terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti
tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
Udara
basah
Udara
Daerah kering
bayangan
hujan
24
2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
b) Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.
3) Awan rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan
bergumpalgumpal.
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.
c) Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas,
sebagian telah
merupakan hujan.
4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada
ketinggian 500
m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya
rata.
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas
dan
sebagian telah merupakan hujan,
sering terjadi angin ribut.
27
KLASIFIKASI IKLIM DAN
POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA
Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan
mempunyai
kompetensi:
1. mengklasifikasi berbagai tipe iklim; dan
2. menyajikan informasi tentang persebaran hujan di
Indonesia.
Apakah Anda bisa ingat pada kegiatan belajar 2 tentang
pengertian iklim?
Iklim adalah cuaca rata rata di daerah yang luas dalam
jangka waktu
panjang (kira-kira 30 tahun). Untuk mendapatkan gambaran
iklim suatu
daerah dengan tepat tidak cukup hanya memperhatikan
unsur-unsur cuaca rata
rata saja, tetapi harus diperhatikan juga perubahannya
sepanjang waktu.
B. POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA
Pola umum curah hujan di Kepulauan Indonesia dapat
dikatakan sebagai berikut:
1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan
selalu lebih banyak dari
pantai timur.
2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan
pulau-pulau yang
panjang dan berderet dari barat ke timur. Pulau-pulau ini
hanya diselingi oleh
selat-selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini
secara keseluruhan
tampak seakan akan satu pulau, sehingga berlaku juga
dalil, bahwa di sebelah
timur curah hujan lebih kecil, kalau dibandingkan dengan
sebelah barat.
Sebelah barat dari jejeran pulau ini adalah pantai Barat
Jawa Barat.
3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan
juga bertambah
jumlahnya dari dataran rendah ke pegunungan, dengan
jumlah terbesar pada
ketinggian 600 - 900 m.
4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh
pada musim
Pancaroba, demikian juga halnya di daerah-daerah rawa
yang besar-besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak D.K.A.T.
6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari Barat ke
Timur. Pantai
Barat Pulau Sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan
terbanyak bulan
November. Lampung, Bangka, yang letaknya sedikit ke
timur, pada bulan
Desember. Sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada
bulan Januari-
Februari, yang letaknya lebih ke timur lagi.
32
7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara,
Maluku Tengah
mempunyai musim hujan yang berbeda, yaitu Mei-Juni.
Justru pada waktu
bagian lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering.
Batas wilayah
hujan Indonesia Timur kira-kira terdapat pada 120o bujur
timur.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih
dari 2000 mm/tahun. Akan
tetapi, seperti telah disebutkan di muka bahwa antara
tempat yang satu dengan
tempat yang lain curah hujannya tidak sama. Daerah yang
paling besar curah
hujannya adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet,
dengan curah
hujan sekitar 7069 mm/tahun. Sedangkan kota Palu di
Sulawesi Tengah,
merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan
sekitar 547 mm/tahun.
33
PENGARUH CUACA DAN IKLIM
TERHADAP KEHIDUPAN
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan
mempunyai
kompetensi:
1. mengidentifikasi jenis jenis vegetasi alam menurut
iklim dan bentang
alam serta persebarannya; dan
2. mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perubahan
iklim global (El Nino,
La Nina) dan dampaknya terhadap kehidupan.
Dari uraian pada kegiatan belajar 2 Anda sudah mengetahui
bermacam
macam iklim. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa makanan
yang
ada di rumah Anda berasal dari hasil-hasil pertanian,
seperti nasi yang
berasal dari padi daerah tropis hujan, atau kurma yang
berasal dari daerah gurun
yang terik atau tepung terigu yang berasal dari daerah
agak kering (semi-arid), dan
sebagainya. Iklim membatasi pertumbuhan tanaman di muka
bumi, karena itu iklim
membatasi hasil panen. Hewan juga tanggap terhadap
perbedaan iklim, baik secara
fisiologis maupun berdasarkan atas pakan ternak. Jadi
jelas iklim sangat bermanfaat
bagi kehidupan di bumi, terutama bagi makhluk hidup.
A. JENIS-JENIS VEGETASI ALAM MENURUT IKLIM
1. Padang Rumput
Padang rumput adalah suatu wilayah yang tumbuhannya
didominasi oleh
rerumputan dengan karakteristik wilayah sebagai berikut:
a. terletak di daerah tropis sampai subtropis,
b. curah hujan antara 25 cm - 50 cm per tahun,
c. terdapat di daerah basah, seperti Amerika Utara dan
India.
2. Gurun
Gurun merupakan daerah tandus yang berbatasan dengan padang
rumput
dan semakin menjauh dari padang rumput semakin gersang.
Ciri-ciri gurun
sebagai berikut:
a. curah hujan rendah (kurang dari 25 cm per tahun),
b. hujan turun tidak teratur dan tidak pernah lebat,
c. matahari sangat terik (pada musim panas suhu dapat
mencapai 40o C),
dan
d. amplitudo harian sangat besar.
Kegiatan Belajar 4
36
3. Tundra
Tundra adalah daerah dingin (beku), dengan ciri-ciri:
a. terletak hanya di daerah kutub utara,
b. memiliki iklim kutub,
c. pohon rendah/amat pendek (semak) dan lumut,
d. masa pertumbuhan vegetasi sangat pendek.
4. Hutan Basah
Hutan basah terdapat di daerah tropis dan subtropis.
Hutan ini sepanjang
tahun selalu mendapatkan air dan mempunyai spesies
pepohonan yang
beragam. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. masa pertumbuhannya lama,
b. jenis tumbuhannya banyak,
c. ketinggian 20 m sampai 40 m,
d. berdaun lebar,
e. hutan basah,
f. jenis pohon sulur hingga kayu keras.
5. Hutan Gugur
Hutan ini selain didominasi padang rumput, juga mempunyai
tumbuhan yang
daunnya gugur pada musim gugur. Hutan gugur memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. curah hujan merata sepanjang tahun,
b. curah hujan antara 75 cm - sampai 100 cm per tahun,
c. terdapat di daerah yang memiliki empat musim,
d. pohon tidak terlalu rapat,
e. ketinggian tumbuhan 10 m - 20 m,
f. spesiesnya sedikit.
6. Taiga
Hutan yang didominasi oleh tanaman pohon pinus berdaun
seperti jarum.
Persebarannya di Indonesia sangat merata dan beraneka.
Banyak tumbuhan
yang hanya tumbuh di Indonesia (endemic). Dari 300.000
jenis tumbuhan di
bumi ini kurang lebih 37.000 jenis (12,3%) terdapat di
Indonesia. Hal ini karena
Indonesia terletak di antara dua kawasan biogeografi,
yaitu Oriental dan
Australia. Ada beberapa jenis tumbuhan langka yang tumbuh
di Indonesia,
misalnya bunga Raflesia di Bengkulu, D.I. Aceh, Sumatera
Barat, Kalimantan
Timur, Jambi dan Jawa Barat.
Ada juga jenis tanam yang dapat mencirikan daerahnya,
seperti:
a. Salacca salcca Kultivar Pondoh (Salak Pondoh) dari
Yogyakarta (Sleman).
b. Salacca Zalaccurtivar Condet (Salak Condet) dari
D.K.I. Jakarta.
c. Santalum Album (Cendana) dari daerah Nusa Tenggara
Timur (Pulau
Timor).
d. Metroxylon Sagu (Sagu) dari daerah Maluku dan Papua.
37
B. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun
waktu. Perubahan
iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang),
yaitu perubahan iklim
secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim dapat
berubah dalam bentuk
siklus, baik harian, musiman, tahunan, maupun puluhan
tahun. Perubahan iklim
adalah perubahan unsur unsur iklim yang mempunyai
kecenderungan naik atau
turun secara nyata.
1. Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya
kosentrasi gas di
atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang
membangun sumber energi
yang berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas yang
membuang limbah
gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), dan nitrous
oksida (N2O). Sang surya yang menyinari bumi juga
menghasilkan radiasi
panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bumi
bersuhu nyaman
bagi kehidupan manusia. Apabila kemudian atnosfer bumi
dijejali gas,
terjadilah “efek selimut” seperti yang terjadi pada rumah
kaca, yakni radiasi
panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh “selimut gas”
sehingga suhu
bumi naik dan menjadi panas. Semakin banyak gas dilepas
ke udara, semakin
tebal “selimut Bumi”, semakin panas pula suhu bumi.
2. Dampak Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai
pemanasan global adalah
sebagai berikut:
a. Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan
laut naik.
b. Air laut naik maka akan menenggelamkan pulau dan
menghalangi
mengalirnya air sungai ke laut yang menimbulkan banjir di
dataran rendah
kalau di Indonesia seperti pantai utara Pulau Jawa,
dataran rendah
Sumatera bagian timur, Kalimantan bagian selatan, dan
lain-lain.
c. Yang paling mencemaskan adalah berubahnya iklim
sehingga berdampak
buruk pada pola pertanian Indonesia yang mengandalkan
makanan pokok
beras pada pertanian sawah yang bergantung pada musim
hujan. Suhu
bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan
sehingga
air menjadi langka. Ini memukul pola pertanian berbasis
air.
d. Meningkatnya resiko kebakaran hutan.
3. El Nino dan La Nina
El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan
perubahan iklim.
El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air
permukaan laut di pantai
barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan
gangguan iklim
secara global. Biasanya suhu air permukaan laut di daerah
tersebut dingin
karena adanya up-welling (arus dari dasar laut
menuju permukaan). Menurut
bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena
munculnya di sekitar
hari Natal (akhir Desember).
38
Di Indonesia, angin monsun (muson) yang datang dari Asia
dan membawa
banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju
daerah tekanan rendah
di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang
menuju Indonesia
hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim
kemarau yang
panjang.
Sejak tahun 1980 telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia,
yaitu pada tahun
1982, 1991, 1994, dan tahun 1997/98. El Nino tahun
1997/98 menyebabkan
kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran
hutan yang hebat
pada berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun
dratis, yang kemudian
disusul krisis ekonomi.
El Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di
berbagai benua, terutama
di Afrika sehingga terjadi kelaparan di Etiopia dan
negara-negara Afrika Timur
lainnya. Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika
Selatan munculnya El
Nino menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan
karena
melemahnya upwelling.
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La
Nina menurut bahasa penduduk
lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai
ketika El Nino mulai
melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru – ekuador
kembali bergerak
ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali
seperti semula (dingin),
dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi
normal kembali.
Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang
normal kembali setelah
terjadinya gejala El Nino.
Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut
akhirnya akan sampai
ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan
berubah menjadi
daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di
sekitar Pasifik
Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju
Indonesia. Angin tersebut
banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan
lebat. Penduduk
Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina
karena mungkin bisa
terjadi banjir.
Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La
Nina, yaitu tahun
1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
39
Masukkan Komentar di bawah