KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya yang memberikan kesehatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan praktikumbudidaya tanaman pangan ini.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis.Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
demi kebaikan kualitas makalah ini.
Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terimakasih kepada selaku Dosen Pengampu yang telah
membimbing dalam pembelajaran mata kuliah Metode Ilmiah.
Jambi, Juni
2011
Penulis
Andrian
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantangan penyediaan pangan di Indonesia semakin berat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 280 juta ribu. Disisi lain tingkat pertumbuhan produksi pertanian di Indonesia dari tahun
1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1,5% setiap tahunnya. Hal tersebut secara
langsung memacu para pelaku usaha tani maupun sektor pertanian untuk
meningkatkan produktivitas sektor pertanian ( pangan, hortikultura, perkebunan
) baik melalui kagiatan perluasan lahan pertanian maupun melalui peningkatan
pendayagunaan lahan pertanian yang telah ada.
Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat
kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah
menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia,
jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Keuntungan bertanam jagung
ternyata sangat besar, selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan
bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian, dalam perusahaan
jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan
brangkasannya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dari segi pengelolaan, keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan dalam
budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan
intensif. Risiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil di bandingkan
tanaman palawija lainnya. Hampir seluruh bagian jagung memiliki nilai ekonomis,
secara umum beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai
berikut :
- Batang dan daun muda untuk pakan ternak
- Batang dan daun tua ( setelah panen ) untuk pupuk hijau atau kompos
- Batang dan daun kering untuk kayu bakar
- Batang jagung untuk pulp ( bahan kertas )
- Buah jagung muda untuk sayuran
Pada praktikum
yang kami lakukan, penanaman benih jagung dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu
pada petakan pertama ditanami dua benih per lubang dan pada petakan kedua
ditanami tiga benih per lubang. Kemudian setelah benih tumbuh dilakukan
seleksi.
Dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, menanam jagung satu
benih dan dua benih per lubang tanam akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan
tanaman jagung. Satu lubang yang ditanami satu benih pertumbuhannya akan lebih
baik dibandingkan dengan satu lubang yang ditanami dua benih. Hal ini
disebabkan karena persaingan untuk mendapatkan unsur hara lebih tinggi pada
penanaman dua benih per lubang tanam dibandingkan satu benih per lubang tanam.
1.2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya
tanaman jagung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan
Morfologi Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea
mays L. Secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Klas
: Monocotyledone
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Spesies
: Zea mays L
Tanaman
jagung termasuk Class monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae,
genus zea, species Zea mays.L ( Insidewinme, 2007) dan merupakan
tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan (staminate)
terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol
di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman (Subandi,
2008). Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung
sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi
dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam
penggunaan air (Goldsworthy dan Fisher, 1980).
Tanaman
jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif dan akar udara
(Goldsworthy dan Fisher, 1980), mempunyai batang induk, berbentuk selindris
terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang bervariasi 60-300 cm, tergantung pada
varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari
kuncup tunas. Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan pelepah daun
yang erat melekat pada batang (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
Bunga
jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan
bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma
(Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982). Bunga jagung
tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal
dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ
bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah
satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
Faktor
utama menyebabkan turunnya jumlah tongkol yang berbiji dan hasil biji setiap
tanaman jagung adalah daun saling menutupi. Cahaya matahari adalah faktor penting
dalam proses fotosintesis dan penentu laju pertumbuhan (LPT) sehingga
intensitas, lama penyinaran dan kualitasnya sangat berpengaruh terhadap proses
fotosintesis tersebut. Bila daun saling menutupi maka sinar matahari dapat
diteruskan kepada gulma yang tumbuh dibawahnya dan akan berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan gulma. Kondisi ini dapat mempercepat laju pembentukan yang
diaktualisasikan dalam peningkatan LPT dan ILD. Indeks luas daun (ILD) tanaman
berkaitan erat dengan hasil biji maupun berat kering suatu tanaman. Tercapainya
hasil biji maksimun karena ILD berada dalam keadaan optimum. Nilai ILD yang
optimum menunjukkan bahwa kecepatan fotosintesis telah mencapai maksimun.
2.2. Hubungan
Pertumbuhan Gulma dengan Jagung
Dalam
suatu pertanaman terjadi persaingan antara tanaman dengan gulma untuk
mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Mayadewi
(2007) menyatakan keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada lahan tanaman
dapat menurunkan hasil jagung manis antara 20-80% dan salah satu upaya untuk
mengatasinya dengan pengaturan jarak tanam. Kehadiran gulma tersebut pada
tanaman dapat meningkatkan jumlah individu tumbuhan dalam satu area.
Rendahnya
hasil tanaman dengan adanya gulma adalah karena kemampuan kompetisi gulma terhadap
cahaya matahari, air dan unsur hara serta ruang tumbuh yang diperlukan tanaman.
Cahaya matahari diperlukan dalam proses fotosintesis untuk pertumbuhan dan
produksi, sehingga dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dari pada
pertumbuhan gulma akan mengakibatkan penaungan terhadap gulma dan mengurangi
laju pertumbuhan gulma. Kemampuan kompetisi gulma terhadap cahaya tergantung
kepada laju pertumbuhan gulma serta kepadatannya. Jika kepadatan gulma tinggi
dengan perkembangannya yang lebih cepat akan menimbulkan kompetisi yang lebih
kompleks. Kompetisi ini tidak hanya terjadi antara gulma dengan tanaman, tapi
juga kompetisi antar spesies yang sama dan antar individu gulma. Beberapa jenis
gulma merupakan pesaing kuat terhadap cahaya, air dan unsur hara, sehingga
besarnya hasil panen sangat ditentukan oleh tingkat dan lamanya persaingan
gulma dengan tanaman (Nurjanah, 2002).
2.3.Jarak Tanam
Pengaturan
jarak tanam erat kaitannya dengan produksi yang akan dicapai. Jarak tanam yang
tidak teratur akan memungkinkan terjadi kompetisi terhadap cahaya matahari,
unsur hara, air dan diantara individu tanaman, sehingga pengaturan jarak tanam
yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh
tanaman (Aribawa, Mastra dan Kariada. 2007ª) dan pada prinsipnya pengaturan
jarak tanaman untuk memberikan tanaman tumbuh lebih baik tanpa mengalami banyak
persaingan. Selanjutnya Gardner, Pearce, dan Michell (1991) menyatakan mengatur
jarak tanam bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kompetisi intra-spesies maupun
inter-species dan merupakan suatu tindakan manipulasi agar kanopi dan
akar tanaman dapat memanfaatkan lingkungan secara optimal.
Kerapatan
tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
penyerapan energi matahari oleh permukaan daun. Jika kondisi tanaman terlalu
rapat dapat mempengaruhi perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat
menurunnya laju fotosintesa dan menurunnya perkembangan luas daun Mursito dan
Kawiji (2007). Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk
memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).
Dalam
budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan luas.
Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi yang tinggi
dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman. Oleh karena itu jarak tanam harus
diperhatikan untuk mendapatkan jumlah populasi yang optimum. Ukuran tajuk
tanaman yang semakin besar membutuhkan jarak tanam yang semakin renggang untuk
mencegah terjadinya overlapping yang akhirnya dapat mengakibatkan
terjadinya kompetisi terhadap cahaya matahari (Syafruddin dan Saidah, 2006),
Dengan demikian, pengaturan jarak tanam untuk memanfatkan radiasi matahari yang
optimal sekaligus berperan memperbaiki penutupan kanopi terhadap permukaan
tanah diantara barisan tanam, sehingga mengurangi persaingan diantara perakaran
gulma dengan perakaran tanaman (Gardner, dkk., 1991).
Tingkat
kerapatan yang optimum akan diperoleh Indeks Luas Daun (ILD) yang optimum
dengan pembentukan bahan kering yang maksimum, karena pembentukan jumlah
fotosintat pada daun lebih maksimal. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan
daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman akan menghambat pancaran
cahaya ke permukaan lahan, sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat dan
laju evaporasi dapat ditekan. Mayadewi (2007) menyatakan jarak tanam yang
terlalu rapat akan memberikan hasil yang relatif kurang, karena adanya kompetisi
antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimal
untuk memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini berhubungan dengan kompetisi
tanaman untuk mendapatkan unsur hara, air serta efisiensi dalam penggunaan
cahaya matahari (Gonggo dkk., 2003).
Besarnya
persentase tongkol tidak berbiji berkorelasi positif dengan naiknya tingkat
kepadatan tanaman dan hal ini merupakan faktor pembatas hasil jagung. Serapan
cahaya matahari oleh tajuk tanaman merupakan faktor penting yang menentukan fotosintesis
untuk menghasilkan asimilat bagi pembentukan hasil akhir berupa biji. Cahaya
matahari yang diserap tajuk tanaman proporsional dengan total luas lahan yang
dinaungi oleh tajuk tanaman (Rohrig, Sutzel dan Alt, 1999). Reta-Sanchez dan
Fowler (2002) mengemukakan jumlah sebaran dan sudut daun pada suatu tajuk
tanaman menentukan serapan dan sebaran cahaya matahari, sehingga mempengaruhi
fotosintesis dan hasil tanaman. Faktor lainnya yang memperngaruhi kepadatan
populasi yaitu jarak antar barisan dan bentuk tajuk yang akan mempengaruhi
sebaran daun (Stewart, Costa, Dwyer, Smith, Hamilton dan Ma, 2003). Sebaran tajuk dalam daun mengakibatkan cahaya
yang diterima setiap helai daun tidak sama. Semakin dekat dengan permukaan
tanah semakin sedikit cahaya yang diterima oleh daun, ini adalah akibat
pemadaman cahaya yang dilakukan oleh lapisan daun yang lebih atas. Jika lapisan
tajuk bagian bawah menerima cahaya di bawah titik kompensasi cahayanya, maka
daun ini akan bersifat parasit terhadap tanaman itu sendiri, karena karbohidrat
yang dihasilkan lebih kecil dari yang digunakan untuk pemeliharaan daun
tersebut (Sitompul dan Guritno, 1995). Persaingan antar tanaman menyebabkan
masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar memperoleh cahaya lebih
banyak (Salisbury dan Ross, 1992) dan pemanjangan batang pada tanaman sering
menguntungkan dalam persaingan memperebutkan cahaya matahari. Selanjutnya
Tollenaar, Dibo, Aquilera, Weise dan Swanton, (1994) populasi jagung yang
tinggi dapat menekan pertumbuhan gulma dan pengaruh kepadatan tanaman jagung
terhadap gulma selama daur pertumbuhannya menjadi lebih kecil dan pada saat
kepadatan tanaman jagung meningkat dari 4 menjadi 10 tanaman/m2, maka biomasa
gulma menurun hingga 50%.
III.
Metode Penelitian
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya
Tanaman Pangan ini dilaksankan pada bulan Maret
2011 sampai bulan Juni 2011 dan bertempat
di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Mendalo Darat.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah:
·
Bibit jagung hibrida
·
Pupuk urea
·
Pupuk SP-36
·
Pupuk KCl
·
Pupuk kandang
·
Decis
Alat yang digunakan adalah:
·
Cangkul
·
Parang
·
Meteran
·
Gembor
·
Tali rafia
·
Penggaris
·
Ajir
·
Tugal
·
Mesin sanyo
·
Selang
·
Ember
3.4. Pelaksanaan
3.4.1. Persiapan Areal Lahan
Pengelohan
lahan di awali dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.
Lahan tempat pelaksaan di bersihkan dari gulma, kotoran, kemudian dicangkul dan
digemburkan sedalam 15-25 cm. Selanjutnya lahan tersebut di buat petakan
percobaan yang berukuran 7 x 3,4 m dengan tinggi
30 cm.
3.4.2. Pemberian Pupuk Kandang
Pemberian pupuk
kandang diberikan seminggu sebelum masa penanaman yaitu dengan cara disebar
secara merata pada permukaan tanah, kemudian diaduk rata sehingga pupuk dan
tanah tercampur dengan rata.
3.4.3. Penanaman
Penanaman benih
jagung ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman lubang 5 cm dengan jarak
tanam 50x50 cm dan setiap
lubang diberi 3 benih jagung.
3.4.4. Penyeleksian
Penyeleksian
dilakukan 2 minggu setelah tanam. Setiap lubang tanam diseleksi 1 tanaman yang kurang
baik pertumbuhannya, sehingga setiap lubang tanam terdapat dua tanaman. Jika
terdapat lubang tanam hanya menyisakan 1 tanaman atau 2 tanaman, maka
penyeleksian tidak dilakukan lagi.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan
pertama diberikan pada saat tanam dengan dosis 1/3 bagian pupuk urea dan semua
dosis pupuk SP-36 dan KCl. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditebar
dilahan alur antar tanaman dengan kedalaman 10 cm, kemudian ditutup dengan
tanah. Pada tahap kedua pemberian pupuk urea dengan dosis 2/3 bagian pupuk urea.
3.4.6. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan
tanaman meliputi Penyiraman, penjarangan, pembumbunan, penyiangan, dan
pengendalian hama dan pemyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore
hari, akan tetapi jika terjadi hujan pada hari itu dan keadaan tanah masih
lembab maka penyiraman tidak dilakukan. Penjarangan dilakukan untuk menyeleksi
tanaman mana yang baik pertumbuhannya, penjarangan ini dilakukan 2 minggu setelah tanam. Pembumbunan dilakukan pada waktu pemupukan kedua atau pada
saat tanaman berumur 4 minggu, pembumbunan ini bertujuan untuk menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah selain itu juga untuk memperkokoh
posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Penyiangan ini dilakukan
setiap saat apabila tumbuh gulma. Pada pengendalian hama dan penyakit dilakukan
dengan penyemprotan dengan menggunakan Decis.
3.4.7. Pemanenan
Pemanenan
dilakukan apabila tanaman jagung telah matang secara fisiologis dan memenuhi
kriteria pemanenan. Pemanenan dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut
kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah jagung.
3.5. Variabel
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari ujung
ajir yang ditancapkan di tanah sampai tajuk terakhir.
2. Daun terlebar
Pengukuran dilakukan dengan
mengukur daun yang terlebar pada tanaman.
3. Letak tongkol
Menentukan letak .tonkol pada
daun buku ke berapa.
4. Letak tongkol yang terbaik
Menentukan tongkol yang terbaik dan letak tongkol
tersebut pada tanaman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup
banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian
biji. Kekurangan air pada stadium tersebut menyebabkan hasil yang menurun.
Kebutuhan jumlah air setiap varietas sangat beragam. Namun demikian, secara
umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air pertanaman per hari saat kondisi
panas dan berangin. Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kekurangan
air pada saat 3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil
hingga 30%. Sementara kekurangan air yang selama pebungaan akan mengurangi
jumlah biji yang terbentuk (Purwono dan Rudi, 2010: 21).
Malai jagung
diamati 43 hari setelah tanam, dan pada petakan kelompok penulis malai jagung
diamati selama 4 hari dari jumlah populasi yang pertama kali mengeluarkan
malai, yaitu pada tanggal 11 Desember 2010 sampai 70% bagian jumlah populasi
mengeluarkan malai, yaitu pada tanggal 14 Desember 2010.
Pertumbuhan
vegetatif terjadi selama 47 hari setelah tanam. Berakhirnya pertumbuhan
vegetatif ditandai pada saat 70% malai dari jumlah populasi telah keluar.
Dimana pertumbuhan tanaman jagung pada fase vegetatif tidak terlalu terlihat.
Kendala yang
ditemukan pada praktikum lapangan ini adalah terjadinya serangan hama, yaitu
Monyet. Pada saat menjelang panen dan tongkol jagung telah bermunculan,
mulailah satu per satu tanaman jagung diserang. Kerusakan yang terjadi adalah
batang jagung patah dan tongkol jagung habis dimakan.
2 comments
Write commentsinfonya bagus banet nich cara membudidayakan jagung sangat pas sekali untuk saya yang sedang mencari info masi tentang menanam jagung yang baik terimaksih sudah berbagi informasinya
ReplySama2
ReplyMasukkan Komentar di bawah