
PENETAPAN Al dd n H dd
DISUSUN
OLEH :
Nama
: Raymon damson
Nim :
D1A011043
Kelas
: Agroekoteknologi b
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam
kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana diatasnya
dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan
bangunan, dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu
sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari pelapukan batuan
bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan)
yang hidup diatasnya atau di dalamnya. Selain itu didalam tanah terdapat pula
udara dan air.Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah
sehingga tidak meresap ketempat lain.
Disamping
percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan
tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon-horison. Oleh karena
itu, dalam definisi ilmiahnya (soil) adalah kumpulan dari benda alam
dipermukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horison, terdiri dari campuran bahan
mineral, bahan organik, air dan udara, dan media untuk tumbuhnya tanaman. Tanah
(soil) berbeda dengan lahan (land) karena lahan meliputi tanah beserta
faktor-faktor fisik lingkungannya seperti lereng, hidrologi, iklim dan
sebagainya. Dalam penggunaan lahan tanah untuk pertanian/ perkebunan harus
disesuaikan antara jenis tanaman dan jenis tanah yang akan dipergunakan. Oleh
karena itu, pentingnya mempelajari morfologi tanah, sifat fisik (bobot isi,
porisitas tanah, kurva pF, kadar air, dll) dan kimia (KTK, Aldd, fosfor dan
kalium tersedia dalam tanah, kandungan basa-basa, pH) yang terjadi di dalamnya
agar pemanfaatannya bisa disesuaikan. Sehingga akan memberikan hasil yang lebih
optimal. Yang akan dibahas pada praktikum ini adalah pengukuran kadar Alumunium
(Al) dan Hidrogen ( H). Hal inilah yang melatarbelakangi kami dalam mempelajari
ilmu tanah dan meneleti kandungan Aluminium dan Hidrogen dalam tanah. Tanah
yang mengandung kadar Aluminum dan Hidrogen yang berlebihan( terlalu tinggi)
dapat menyebabkan tanaman keracunan.
.
1.2
TUJUAN
Praktikum Penetapan Al-dd, H-dd dan Daya Netralisasi
Kapur, bertujuan untuk mengetahui berapa banyak jumlah Aluminium dan Hidrogen
yang dapat dipertukarkan dalam tanah dan mengetahui daya netralisasi kapur yang
dibutuhkan serta menetapkan BKM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- 1. Aluminium yang dapat dipertukarkan (Al-dd) dan Kejenuhan Aluminium
Aldd adalah
kadar Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd) umumnya
terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini
sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat merugikan
dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk
mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin
tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman.
Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang
diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah
(Anonimous, 2009). Kadar aluminium sangat berhubungan dengan pH tanah. Semakin
rendah pH tanah, maka semakin tinggi aluminium yang dapat dipertukarkan dan
sebaliknya. Disamping kadar aluminium yang dapat dipertukarkan, pengaruh jelek
aluminium diukur dengan derajat penjenuhan aluminium yang dinyatakan dengan:
Kejenuhan Al
=
Bila
kejenuhan aluminium > 60%, tanah tersebut sering dikatakan tidak layak untuk
tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu. Oleh
karena kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh
tekstur, maka semakin kasar tekstur tingkat kebahayaan aluminium semakin tinggi
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa keracunan
aluminium menghambat perpanjangan dan pertumbuhan akar primer, serta
menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Apabila pertumbuhan akar
terganggu, serapan hara dan pembentukan senyawa organik tersebut akan
terganggu. Sistem perakaran yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya
akar menyerap unsur hara.
- 2. Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan Hidrogen
Hdd adalah
kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman tanah mempunyai 2
komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan tanah (potensial),
(2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman cadangan. Kedua bentuk
tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga perubahan pada yang
satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. Apabila basa dibubuhkan pada tanah
yang asam, H terlarut dinetralisasi dan sebagian H yang dapat dipertukarkan
terionisasi untuk mengembalikan keadaan seimbang. Jumlah H yang dapat
dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang. H terlarut akan menurun dan pH
akan lambat laun meningkat (Foth, 1994).Kemasaman tanah dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
(1) unsur P
kurang tersedia,
(2)
kekurangan unsur-unsur Ca dan Mg sebagai basa tanah,
(3)
kekurangan unsur Mo,
(4)
Aktivitas mikroorganisme seperti fiksasi N dari tanaman kacang-kacangan
terhambat,
(5)
kandungan Mn dan Fe yang berlebih sehingga dapat menjadi racun bagi tanah dan
tanaman, dan
(6)
kelarutan ion Al dan H yang sangat tinggi, sehingga merupakan faktor
penghambat tumbuh tanaman yang utama pada tanah masam (Rafi’i, 1990).
Peningkatan
pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah jika terdapat banyak
hambatan/sanggaan tanah (buffer), yang merupakan suatu sifat umum dari campuran
asam basa dengan garamnya. Komponen tanah yang mempunyai sifat menyangga
adalah gugus asam lemah seperti karbonat serta kompleks-kompleks koloidal
tanah. Asam lemah tersebut mempunyai tingkat disosiasi yang lemah dan sebagian
besar dari ion H masih tetap terjerap dalam permukaan koloid. Adanya bahan
penyangga tanah, dapat menjaga penurunan pH yang drastis akibat bertambahnya
ion H oleh suatu proses biologis atau pemupukan. Kegiatan jasad mikro
atau penambahan pupuk yang bersifat masam akan menyumbangkan sejumlah ion H
(Hakim, dkk, 1986). Ion H yang dapat dipertukarkan adalah sumber utama H+
sampai pH tanah menjadi di bawah 6, bila Al pada lempeng liat Oktahedral Al
menjadi tidak mantap dan diserap sebagai Al yang dapat dipertukarkan tersebut
adalah sumber H+ .H yang bebas hidrolisis oleh Al . Yang dapat dipertukarkan
ialah meningkatnya konsentrasi H+ larutan tanah yang dihasilkan dari didosiasi
H (misel) dapat dipertukarkan dan yang dihasilkan dari hal tersebut
adalah H terjerap H larutan (Foth, 1994). Kejenuhan H memiliki kesamaan dengan
kejenuhan Al. Hal ini dapat dilihat dari cara mendapatkan kejenuhan H sama
dengan kejenuhan Al yaitu :
Kejenuhan H
=
Tingkat
kejenuhan hidrogen di dalam tanah disebabkan ion H yang terjerap pada permukaan
koloid yang merupakan penyebab kemasaman. Hal ini akan menyebabkan menurunnya
pH tanah semakin drastis.
pH
KCl dapat menunjukkan Al tukar, jika pH KCl <
5,5 maka jumlah Al nyata dilarutan (Mukhlis, 2007). Hakim dkk (1986),
menyatakan dalam keadaan yang sangat masam, Al menjadi sangat larut yang
dijumpai dalam bentuk kation Al3+ dan hidroksida Al. Kedua ion Al itu lebih
mudah terjerap pada koloid liat daripada ion H. Oleh karena Al berada dalam
larutan tanah mudah terhidrolisis, maka Al merupakan penyebab kemasaman atau
penyumbang ion H. Ion H yang dibebaskan secara demikian akan memberikan nilai
pH rendah bagi larutan tanah dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam
sebagian besar tanah masam.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
WAKTU
: 6 desember 2012 , Pukul 09.50-12.00
TEMPAT :
laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian ,UNIVERSITAS JAMBI.
3.2 ALAT DAN BAHAN
- Alat : Mesin pengocok (shaker), gelas piala (botol plastik) , pipet tetes, kertas saring, corong, buret penyangga, timbangan, labu Erlenmeyer,
- Bahan : Aquades, 5 gr tanah kering angin, larutan KCl, indicator Fp (Fenoplaten), larutan NaOH, larutan NaF, larutan HCl
3.3 CARA KERJA
Ü
Menimbang 5 gr tanah kering angin dan memasukkannya kedalam labu Erlenmeyer.
Ü
Menambahkan 50 ml1N KCl, dan megocoknya selama 15 menit dengan menggunakan
mesin pengocok (shaker) . sesudah dikocok mendiamkannya selama (20-30) menit.
Ü
Menyaring dengan kertas saring whatman dan menampungnya ditabung plastik
sebanyak 150 ml.
Ü
Pipet hasil saringan 25 ml ke Erlenmeyer 100 ml dan menambahkan 5 tetes
indicator Fp ( Fenoplatein).
Ü
Mentitrasikan dengan0,1 N (0,009002 N) sampai timbul warna merah muda
kemudian mencatat jumlah NaOH yang terpakai.
Ü
Menambahkan 0,1 N (0,009554 N) kira-kira satu tetes, sehingga warna merahnya
hilang lagi.
Ü
Menambahkan 10 ml 4% NaF untuk menguji kandungan Aluminium (jika warna merah
timbul kembali maka tanah tersebut mengandung Aluminium).
Ü
Mentitrasikannya dengan 0,1 N HCl sampai warna merah hilang kembali kemudian
mencatat jumlah HCl yang terpakaI.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Kelompok
|
NaOH terpakai
(ml)
|
HCl terpakai
(ml)
|
Hdd
(me/100gr)
|
Aldd
(me/100 gr)
|
1
|
4.8
|
2.1
|
1.037
|
0.981
|
2
|
3.7
|
1.7
|
0.91
|
0.867
|
3
|
4
|
2.2
|
0.67
|
1.027
|
4
|
3.4
|
1.9
|
0.61
|
0.97
|
5
|
4.5
|
2.5
|
0.878
|
1.385
|
6
|
3.1
|
1.8
|
0.011
|
0.044
|
Rata-rata
|
3,92
|
2.03
|
0,686
|
0.879
|
4.2
PEMBAHASAN
Secara
matematis me Hdd dan me Aldd dihitung dengan :
me Hdd/100 gr = {(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x NHCl)} x 40
me Aldd/100 gr = (ml HCl x N HCl) x 40
Hasil
pengamatan yang diperoleh mendapatkan perhitungan sebagai berikut, yaitu :
Jumlah NaOH
(0.009002 N) yang dipakai untuk mentitrasi adalah sebesar 4.1 ml dan jumlah HCl
yang terpakai untuk mentitrasi adalah sebesar 3.4 ml. Maka diperoleh me Hdd
sebesar 0.176 dan me Aldd sebesar 1.299 , yang didapat dari
perhitungan sebagai berikut :
me Hdd/100
gr = {(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x NHCl)} x 40
= {(3,7 ml x
0.00997) – (1.7 x 0.01)} x 48.19
= ( 0.0369 –
0.01 ) x 48.19
= 0.0189 x
48.19
= 0.91
me Aldd/100
gr = (ml HCl x NHCl) x 40
= (1.7 ml x
0.01098) x 48.19
= 0.018 x
48.19
= 0.867
Aldd adalah
kadar Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd) umumnya
terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Semakin
tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman.
Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang
diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas
tanah. Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Tingkat
kejenuhan hidrogen di dalam tanah disebabkan ion H yang terjerap pada permukaan
koloid yang merupakan penyebab kemasaman. Hal ini akan menyebabkan menurunnya
pH tanah semakin drastis.
Ada banyak hal yang menyebabkan
kemasaman tanah yaitu unsur fospor tersedia, kekurangan unsur kalsium dan
magnesium, kekurangan unsur molibdium, fiksasi N oleh kacang tanah terhambat.
Kandungan mangan dan besi sering berlebihan sehingga dapat mengakibatkan racun
bagi pertumbuhan dan kelarutan alumunium sangat tinggi.
Kemasaman tertinggi pada
percobaan ini adalah pada tanah ultisol, pada keadaan tanah yang sangat masam,
Al menjadi sangat larut yang dijumpai dalam bentuk kation Al3+ dan
hidroksida alumunium yang terjerap ini adalah berada dalam keadaan seimbang
dengan Al dalam larutan tanah.
Kedua ion Al itu mudah terjerap
pada koloid liat daripada ion H. oleh karena itu Al berada dalam larutan mudah
terhidrolisis. Dan Al merupakan penyebab kemasaman atau penyumbang ion H+.
ion H terjerap pada koloid liat dan humus dan juga merupakan sumber H, sehingga
tanah menjadi masam. Ion H dapat
dipertukarkan tersebut berada dalam keadaan yang seimbang dalam larutan tanah.
Ini membuktikan bahwa Al dan H terjerap merupakan ion H larutan, sehingga
menyebabkan reaksi tanah masam atau pH rendah. Dalam keadaan sangat masam pH 4
ion Al3+ dan H+ terjerap dominan. Kejenuhan alumunium
tinggi pada tanah-tanah masam, tergantung pada kadar Al dan mineral yang siap
larut dalam keadaan masam. Jika tanah terlalu masam bagi suatu tanaman,
pengapuran merupakan langkah pemecahan yang baik.
Pada dasarnya tanah ultisol lebih
bersifat masam daripada tanah oxisol.
berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, ternyata memberikan
hasil yang sama dengan teori yang ada, dimana tanah ultisol lebih asam daripada
oxisol. Tanah oxisol ini asam karena
telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga
terjadi penindihan unsur asam basa bahan organik dan silika dengan meninggalkan
serquioxid sebagai sumber daya alam.
Tanah ultisol mengalami pelapukan yang hebat dan ditandai dengan
pencucian terakhir dan terbentuk pada permukaan lahan tua, karena tingkat
kesuburan tanah oxisol lebih tinggi dibanding tanah ultisol, maka tanah ultisol
memiliki pH lebih rendah dibanding tanah oxisol.
Tanah menjadi asam karena
kelebihan ion hidrogen menggantikan kation yang sifatnya basa. Prosesnya menjadi reversible bila kapur (Ca
dan Mg) ditambahkan. Dengan cara aksi
massa, Ca dan Mg mengganti kembali kedudukan ion-ion hidrogen dan Al. Al itu berasal dari mineral-mineral yang
larut dalam keadaan masam. Sedangkan
hidrogen berasal dari asam-asam yang banyak sekali sumbernya (air hujan, pupuk,
masam, eksudat akar, dsb).
BAB V
5.1
KESIMPULAN
Dari
praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
sampel tanah yang diambil sebagai objek penelitian merupakan tanah yang
mengandung Aluminium dan Hidrogen karena hasil pengamatan sesuai dengan teori
yaitu saat di titrasi warnanya berubah. Kandungan Al dan H tinggi dapat
bersifat racun dan meracuni tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut.
5.2 SARAN
Dalam
pelaksanaan pratikum disarankan kepada praktikan melakukannya dengan hati-hati,
seperti dalam melakukan titrasi, pembuatan larutan, serta prosedur-prosedur
lainnya. Hati-hati dalam bekerja di laboratorium karena menggunakan peralatan
yang mahal dan mudah pecah. Selain itu sikap disiplin dan teliti juga sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1991.
Penuntun Pratikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Bogor.
Hardjowigeno,Sarwono.2007.
Ilmu Tanah. Jakarta:Akademika Presindo
Kebutuhan
nitrogen pada tanaman.
http://www.acehpedia.org./
Kebutuhan_Nitrogen_Pada_Tanaman/.
Kebutuhan_Nitrogen_Pada_Tanaman/.
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara.
Jakarta.
Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tan H. Kim. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah.
2006. Panduan Praktikum
Dasar-dasar IlmuTanah. Universitas lampung. Bandar Lampung.
Masukkan Komentar di bawah