BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia sebagai produsen karet
nomor satu di dunia akhirnya terdesak oleh dua Negara tetangga, Malaysia dan
Thailand.Mula-mula Malaysia menggeser posisi Indonesia ke nomor dua, tetapi
secara tidak terdugaThailand menyodok Malaysia dan kini menjadi produsen karet
terbesar di dunia.Sedangkan Indonesia hingga kini tetap bertahan pada posisi ke
dua. Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3-3,5 juta hektar. Ini
meruapakan lahan karet yang terluas di dunia.
Produktivitas lahan karet karet di
Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan juga kurang
memuaskan.Bahkan dipasaran internasional karet Indonesia terkenal sebagai karet
bermutu rendah.
Perkebunan-perkebunan karet banyak karet
alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan
lingkup internasional.Posisi tersebar di berbagai provinsi di
Indonesia.Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta
swasta, sedangkan pekebunan karet skala kecil pada umumnya dimiliki oleh
rakyat. Namun jumlah perkebunan karet rakyat ini bila dihimpun akan
menghasilkan jumlah yang besar. Sebagian besar perkebunan rakyat tidak dikelola
dengan baik.Setelah ditanam karet dibiarkan tumbuh begitu saja.Peralatan yang
dimiliki serta teknologi pengolahan yang diketahui masih sangat sederhana.
Perdagangan karet beberapa tahun
terakhir ini mengalami penurunan.Ini dikarenakan munculnya karet alam yaitu
karet sintetis.Sejak PD II penelitian mengenai karet sintetis dilakukan secara intensif
oleh beberapa Negara maju.Selanjutnya karet buatan yang bahan bakunya terbuat
dari lapisan minyak bumi diproduksi secara besar-besaran.Lambat laun permintaan
terhadap karet sintetis semakin meningkat pesat sehingga mengurangi permintaan
karet alam.
Sejak pertama kali ditemukan sebagai
tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara
besar-besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang. Apalagi setelah
ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet,
maka ikut berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi bahan yang
berguna untuk kehidupan manusia. Tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan
pelayaran ekspedisi ke benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua
Baru”.Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon itu hidup secara liar di
hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli mengambil
getah dari tanaman tersebut dengan cara
menebangnya. Getah yang diambil dijadikan bola yang dapat
dipantul-pantulkan.Bola ini disukai oleh penduduk asli sebagai alat permainan.
Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah
tersebut.
Delapan belas tahun kemudian para
pendatang di Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo.Saat publikasi
bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang
merupakan permainan Internasional bangsa Indian Aztec.Permainan ini selanjutnya
berkembang jadi permainan tenis seperti yang dikenal sekarang. Pengenalan bahan
baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Raja
Charles V memperkenalkan permainan tenis yang menggunakan pola karet sebagai
permainan dari “Dunia Baru” dengan mengundang beberapa pejabat Negara tetangga.
Sejarah karet di Indonesia mencapai
puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada massa
itu Indonesia menjadi Negara penghasil karet alam terbesar di Dunia. Komodita
ini pernah diandalkan sebagai penopang perekonomian Negara. Waktu itu sampai
terkenal ucapan “Rubber is de kurk waarop wij dirjven”. Yang berarti adalah
gabus di mana kita mengapung.Sejak tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai
produsen nomor satu digeser oleh Malaysia.Tanaman karet mulai dikenal sejak
zaman penjajahan Belanda.Awalnya karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai
tananman koleksi.Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan
terbesar di beberapa daerah.Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di
Indonesia.Perkebunan karet dibuka oleh hofland pada tahun tersebut di daerah
Pamanukan dan Ciasem, jawa barat.Jenis karet yang ditanam pertama kali adalah
karet rambung atau Ficus elastika.Jenis
karet Hevea (Havea brassiliensis)
baru ditanam tahun 1902 di daerah
sumatera Timur. Jenis ini ditanam di pulau Jawa pada Tahun 1906.Pada
tahun 1963-1973 tanaman karet di Indonesia mulai membaik.Pada periode ini
terjadi peningkatan produktivitas yang cukup menonjol. Hal-hal seperti
peremajaan tanaman , penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, pemakaian pestisida,
dan penggunaan zat pemicu produksi merupakan penunjang terjadinya peningkatan
produksi tersebut di samping perbaikan ekonomi petani karet. Penggunaan pupuk
yang hanya mencapai 10.860 ton, pada tahun 1963 melonjak menjadi 50.000ton pada
tahun 1973.
Peningkatan produktivitas karet alam
kembali terjadi pada tahun 1978.Diduga pada pengembangan tanaman karet system
PIR/NES yang banyak dilakukan di daerah pemukiman transmigrasi berperan besar
sebagai penyebabnya.Pada saat ini penggunaan klon unggul tanaman karet juga
mulai meluas dibanyak daerah yang memiliki perkebunan karet.Harga karet alam
yang belum meningkat juga turut menjadi motivasi untuk peningkatan
produksi.Apalagi rata-rata hasil yang diterima petani berkaitan langsung dengan
harga ekspor sehingga peningkatan harga ekspor turut dirasakan oleh petani. Pada
periode80-an hingga sekarang permasalahan pada dunia perkaretan Indonesia
adalah hal yang memang sudah ada sejak lama,tetapi sekarang begitu terasa karena
terlalu mencolok. Misalnya, walaupun produksi karet Indonesia tergolong besar
terhadap perkaretan dunia.Hal ini disebabkan oleh rendahnya mutu produksi karet
alam Indonesia.Rendahnya mutu membuat harga jual karet alam di pasaran luar
negeri menjadi rendah.Komoditas karet cukup berpengaruh besar terhadap
perekonomian Negara.Oleh karena itu, penanganan perkebunan karet dan
pengelolaan serta pengolahan yang baik merupakan langkah yang tidak dapat
diabaikan untuk menunjang kembali jayanya dunia perkaretan Indonesia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
penulis mengupas masalah tentang klon-klon karet adalah untuk membuka wawasan penulis tentangklon-klon karet dan syarat tumbuh
karet.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Tentang Karet
Sesuai dengan nama
latin yang disandangnya tanaman karet (Havea
brasilliensis) berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama
bahan karet dalam dunia.
2.1.1. Morfologi
Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan
pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.Tinggi pohon dewasa mencapai
15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang
tinggi di atas. Dibeberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamnya
agak miring ke arah Utara.
Batang tanaman ini banyak mengandung getah yang
dikenal dengan nama lateks. Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok
berubah warna menjadi kuning atau merah.
Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal” kerontokan daun pada setiap musim
kemarau.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan
tangkai anak daun.Panjang tangkai anak daun 3-10 cm dan pada unjungnya terdapat
kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat kelenjar.Biasanya terdapat
pada sehelai daun karet.Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing. Tepinya rata dan gundul ,tidak tajam. Bunga karet terdiri dari bunga
jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai paying tambahan yang jarang. Pangkal
tenda bunga berbentuk lonceng. Pada
ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Ukuran bunga betina lebih besar dari
yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan
dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai 10
benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2
karangan , tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu
bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.Buah karet memiliki pembagian ruang yang
jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga,
kadang-kadang sampai 6 ruang. Diameter buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak,maka
akanpecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut
ruang-ruangnya.Pemecahan biji berhubungan dengan pengembangbiakan karet secara alami.
Biji-biji yang terlontar, kadang-kadang sampai jauh,akan tumbuh dalam
lingkungan yang mendukung.
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.Jadi,
jumlah biji biasanya tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang.Ukuran biji
besar dengan kulit keras.Warnanya coklat kehitaman.Dengan bercak-bercak berpola
yang klias. Sesuai dengan sifat dikotilnya ,akar tanaman karet merupakan akar tanaman
tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
2.1.2.Sistematika
Dalam dunia tumbuhan
tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyte
Subdivisi :
Angiospermae
Kalas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus :
Havea
Spesies
: Havea
brasillensis
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
Klon
Karet
3.1.1.
Arti
Klon Karet
Klon adalah tanaman yang didapat
dari hasil perbanyakan vegetatif atau aseksual. Jadi,bukan tanaman yang
dikembangkan dari biji.Penggunaan klon yang biasa dihasilkan lewat
penelitian-penelitian dan pengujian selama bertahun-tahun dimulai diperusahaan
perkebunan besar milik pemerintah atau swasta. Kelebihan klon antara lain
tumbuhnya tanaman lebih seragam, umur produksinya lebih cepat,dan jumlah lateks
yang dihasilkan lebih banyak. Akan tetapi,klon juga memiliki kekurangan seperti
daya tahanmasing-masing klon terhadap hama penyakit tidak sama, serta
lingkungan mempengaruhi pertumbuhan klon. Klon memang membutuhkan adaptasi
terhadap lingkungannya.Itulah sebabnya sebelum suatu klon ditanam, diadakan uji
coba penanaman terlebih dahulu. Klon-klon unggul yang diinginkan dari tanaman
karet diharapkan memiliki sifat-sifat ideal sebagai berikut:
1. Produksi
lateksnya sejak awal tinggi dan mempunyai kemampuan menaikkan produksi.
2. Resisten
terhadap penyakit, hama, dan pengaruh angin.
3.
Batang tumbuh lurus.
Selanjutnya,batang tumbuh dengan membentuk as yang silindris serta tumbuh jagur
tidak hanya semasa prasadap, tetapi juga semasa penyadapan.
4. Cabang-cabang
yang dimiliki relatif kecil dan menyebar
rata sekeliling batang. Cabang yang baik juga membentuk sudut yang besar
dengan batang utama.
5. Tajuk
pohon relatif sempit dan pendek,simetris, dengan daun-daun yang sehat dan banyak,tetapi
tidak terlalu rimbun.
6. Pertautan
antara batang atas dan batang bawah tidak terlalu nyata (lumayan lurus)
7. Memiliki
respons yang baik terhadap stimulasi dan intensitas sadapan rendah.
8. Kulit
murni halus dan tebal.
9. Kulit
pulihan juga halus dan tebal serta cepat pulih setelah disadap.
3.1.2.
Pengenalan
Klon-klon Karet
Pengenalan klon-klon karet dengan mengetahui ciri-cirinya sangat penting
dalam menentukan mutu tanaman karet yang unggul untuk dibudidayakan.Seperti
telah disebutkan diatas bahwa untuk mendapatkan pertanaman
karet yang seragam diperlukan bahan tanam
okulasi yang baik.Bibit yang baik diperoleh dari semaian batang bawah yang
dianjurkan dan menggunakan mata okulasi dari kebun entresyang baik dan
murni.Pemurnian kebun entres dilakukan dengan melihat ciri-ciri yangdimiliki
oleh masing-masing klon oleh tenaga yang terlatih dan terampil.
Pengamatan dilakukan secara visual dengan
memperhatikan ciri-ciri yang khas pada masing-masing klon. Dengan teknik ini
diperlukan kemampuan pengenalan ciri yang khas melalui latihan yang intensif.
Ciri-ciri morfologi yang diamati
dapat di lihat pada ciri-ciri morfologi untuk membedakan klon karet:
1.
Batang (umur
10-18bulan) Ciri-ciri
yang diamati adalah: keadaan pertumbuhan, ketegakan batang, dan bentuk batang.
2.
Kulit Batang
(telahberwarna coklat) Ciri-ciri yang diamati adalah: corak kulitgabus, warna
kulit gabus dan lenti sel.
3.
Mata (bakal
tunas) Ciri-ciri yang diamati adalah : letak mata, dan bekas pangkal tangkai
daun.
4.
Payung
(kelompokdaun) termuda Ciri-ciri yang diamati adalah: bentukpayung, ukuran
payung, kerapatanpayung, dan jarak antar payung.
5.
Tangkai Daun
(payung ke dua dari atas) Ciri-ciri yang diamati adalah: posisi dan bentuk
tangkai daun, ukuran besar,ukuran panjang, dan bentuk kaki.
6.
Anak Tangkai
Daun(pada payung yangtelah tumbuhsempurna) Ciri-ciri yang diamati adalah:
posisi,bentuk, ukuran besar, ukuran panjang,dan sudut
anak tangkai daun.
7.
Helai DaunCiri-ciri
yang diamati adalah: warnadaun, kilauan, bentuk, tepi helai daun,penampang memanjang, penampangmelintang, letak
helai daun dan posisidaun tengah, kedudukan simetrihelaian daun pinggir, dan ukuran
daun.
3.1.3.
Ciri-Ciri
Beberapa Klon Penting
Berikut
ni akan disampaikan uraian singkat tentang ciri-ciri beberapa klon penting atau
ungul yang dianjurkan oleh Balai-balai Penelitian untuk digunakan sebagai bibit
dalam budidaya karet dewasa ini. Kklon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS
2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600.
1.
Klon
GT 1
Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer yang
memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:
·
Batang : agak jagur, tegak sampai agak
bengkok-bengkok, silindris samapai agak pipih.
·
Kulit batang : warna
cokla tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa berupa jala dan sempit,
lentisel sedikit dan halus.
·
Mata : letaknya rata,
bekas tangkai daun agak besar dan berbonggol.
·
Paying : bentuk kerucut
terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak
antar paying agak dekat sampai sedang.
·
Tangkai daun : bentuk
agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya
mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya
agak rata.
·
Anak tangkai daun :
bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (ke atas), membentuk sudut
sempit (< 60o).
·
Helai daun : warna
hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips, panjangnya 2x lebar,
pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung
dengan ekor agak panjang, penampang melintang cekung, penampang memanjang
lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai daun terpisah sampai
bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir, daun pinggir tidak
simetris.
·
Warna lateks : putih.
2.
Klon
AVROS 2037
Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan
ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:
·
Batang : jagur, tegak
agak melengkung, silindris.
·
Kulit batang: warna
coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan
halus.
·
Mata : letaknya dalam
lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata.
·
Payung : bentuk
kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar paying sedang.
·
Tangkai daun :
bentuknya agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar agak ke bawah sedikit,
pangkal tangkai daun kecil dan bagian atasnya rata.
·
Anak tangkai daun :
bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (ke
atas), membentuk sudut sedang (+ 60o).
·
Helai daun : waena
hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak kaku, bentuknya elips sampai agak
oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung
daun lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor daun pendek, penampang
melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak
sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah
dibawah kedua daun pinggir.
·
Warna lateks : putih
kekuning-kuningan.
3.
Klon
PR 228
Memiliki silsilah BR 2 x PR 107 dengan ciri-ciri
tanaman muda sebagai berikut:
·
Batang : jagur, tegak
lurus, silindris.
·
Kulit batang : warna
coklat tua, celah-celah berupa alur sempit tak teratur, lentisel agak banyak
dan agak kasar.
·
Payung : bentuk busur
sampai setengah bulatan, besar, agak tertutup, tangkai daun agak jarang, jarak
antar payung sedang.
·
Tangkai daun :
bentuknya lurus hampir berbentuk huruf S, agak panjang, agak lurus, arahnya
terjungkat sampai agak mendatar, kaki tangkai sedang dengan sedikit lekukan
dibagian atasnya.
·
Anak tangkai daun :
bentuknya lurus, agak pendek, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun ke atas,
membentuk sudut sedang (+ 60o).
·
Helai daun : warna hijau
kekuning-kuningan, agak kaku, bentuknya oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun
rata, ujung daun lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor daun pendek,
penampang melintang rata, penampang memanjang lurus, letak daun agak terkulai,
letak helai daun bersinggungan sampai sedikit tumpang tindih, daun tengah agak
dibawah dari daun pinggir dan terpuntir.
·
Warna lateks : putih
kekuning-kuningan.
4.
Klon
PR 255
Memiliki silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri
tanaman muda dari klon ini adalah sebagai berikut:
·
Batang : jagur, tegak
lurus, silindris.
·
Kulit batang : warna
coklat kehitam-hitaman, celah-celah berupa alur, lebar, tak teratur, lentisel
sedikit dan halus.
·
Mata : letaknya rata,
bekas tangkai daun menonjol dan agak kecil.
·
Payung : bentuk busur,
agak besar, agak terbuka, tangkai daun rapat/padat, jarak antar payung agak
jauh.
·
Tangkai daun : bentuk
lurus agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar sampai agak ke atas,
pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya belekuk.
·
Anak tangkai daun : bentuknya
lurus, panjang, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+
60o).
·
Helai daun : warna
hijau agak kusam, agak kaku, bentuknya elips panjang, panjang 21/4
x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak menyempit dan garis tepinya hampir
lurus dengan ekor daun agak panjang, penampang melintang rata, penampang
memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, antar daun terpisah, daun
tengah dibawah daun pinggir dan terpuntir.
·
Warna lateks : kuning.
5.
Klon
PR 300
Memiliki silsilah PR 226 x PR 228 dengan ciri-ciri
tanaman muda adalah sebagai berikut:
·
Batang : agak jagur,
tegak lurus, silindris.
·
Kulit batang : warna
coklat tua, celah-celah berupa jala agak lebar, lentisel sedikit dan halus.
·
Mata : letaknya agak
menonjol, bekas pangkal tangkai daun sedang dan rata.
·
Payung : bentuk busur,
agak kecil, terbuka, tangkai-tangkai daun padat, jarak antar payung sedang.
·
Tangkai daun :
bentuknya hampir lurus, agak pendek, agak lurus, arahnya mendatar sampai agak
ke atas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya rata.
·
Anak tangkai daun :
bentuknya lengkung, agak panjang, kurus, arahnya terhadap tangkai daun
terjungkat (ke atas), membentuk sudut sempit ( < 60o).
·
Helai daun : warna
hijau kekuning-kuningan, agak kusam, tipis dan agak kaku, bentuk oval panjang,
panjang 2,75 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun
lebar dan garis tepinya lengkung dengan ekor daun agak panjang, penampang
melintang agak cekung, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak
terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan
daun pinggir.
·
Warna lateks :
kekuning-kuningan.
6.
Klon
PR 303
Yang mempunyai silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan
ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:
·
Batang : jagur, tegak
lurus, silindris.
·
Kulit batang : warna
coklat, celah-celah berupa alur tak teratur dan sempit.
·
Mata : letaknya hampir
rata, bekas pangkal tangkai daun agak besar dan rata.
·
Payung : bentuk busur,
agak besar, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.
·
Tangkai daun :
bentuknya hampir lurus, agak panjang, sedang, arahnya mendatar samapi agak ke
atas, pangkal tangkai daun agak besar dan bagian atasnya berlekuk.
·
Anak tangkai daun :
bentuknya lurus, panjang, agak kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus,
membentuk sudut sedang (+ 60o).
·
Helai daun : warna
hijau, kusam, tipis agak kaku, bentuknya oval agak panjang, panjang 2,5 x
lebar, pinggir daun bergelombang teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya
agak melengkung dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang
memanjang lurus, letak daun tegak agak ke bawah, helaian daun terpisah sampai
bersinggungan, daun tengah agak dibawah sedikit dari kedua daun pinggir dan
terpuntir, helaian daun pinggir simetris.
·
Warna lateks :
kekuning-kuningan.
7.
Klon
LCB 1320
Klon ini memiliki silsilah Klon Primer dengan
ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:
·
Batang : jagur, tegak
lurus, silindris.
·
Kulit batang : warna
coklat, celah-celah merupakan alur panjang dan sempit kadang-kadang
terputus-putus, lentisel sedikit dan halus.
·
Mata : letaknya rata
dan bekas tangkai daun besar dan agak berbonggol.
·
Payung : bentuk
setengah bulatan sampai kerucut terpotong, besar, agak terbuka, tangkai daun
agak rapat, jarak antar payung sedang.
·
Tangkai daun :
bentuknya lurus sampai sedikit cembung, panjang, arahnya menjungkat, membentuk +
60o.
·
Helai daun : warna
hijau kekuning-kuningan, berkilau, agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 3 x
lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar melengkung
dengan ekor daun agak panjang, penampang melintang datar sampai sedikit
berbentuk huruf V, penampang memanjang agak cembung, letak daun landai, antar
daun terpisah dan daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.
·
Warna lateks : putih.
8.
Klon
RRIM 600
Silsilah dari klon ini adalah Tjir 1 x PB 86 dengan
ciri-ciri tanaman muda klon ini adalah sebagai berikut:
·
Batang : agak jagur,
tumbuh meninggi, tegak lurus, sedikit bengkok, silindris.
·
Kulit batang : warna
coklat, coklat hitam dibawah bekas pangkal tangkai daun, celah-celah berupa
alur tak teratur agak sempit, lentisel sedikit sekali dan halus.
·
Mata : letaknya agak
rata, bekas pangkal tangkai daun kecil agak berbonggol.
·
Payung : bentuk busur
sampai kerucut, agak kecil, agak tertutup, tangkai-tangkai daun agak jarang,
jarak antar payung jauh sekali.
·
Tangkai daun :
bentuknya lurus agak berbentuk huruf S, panjang, agak kurus, arahnya mendatar
agak ke atas, pangkal tangkai daun kecil dengan lekukan dibagian atasnya.
·
Anak tangkai daun :
bentuknya lurus, penek, kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus agak ke atas
sedikit, menbentuk sudut sedang (+ 60o).
·
Helai daun : warna
hijau, agak mengkilat sedikit, agak lemas, bentuknya oval agak panjang, panjang
21/3 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar
dan garis tepinya melengkung dengan ekor dan agak panjang, penampang melintang
rata, penampang memanjang lurus sedikit melengkung, letak daun terkulai,
helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun
pinggir.
·
Warna lateks : putih.
3.1.4.
Keterangan
Tentang Singkatan Nama-Nama Klon
GT :
Gondang Tapen
WR :
Wangun Reja
PR :
Proefstation Rubber
LCB :
Landbouw Caoutchuc Bedrijf
AVROS : Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van
Sumatra
PPN :
Perusahaan Perkebunan Negara
Tjir : Tjirandji
GYT :
Good Year Type
RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia
RRIC : Rubber Research Institute of Ceylon
IAN :
Instituto Agronomico dede Norte (Brazil)
BPM :
Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan
BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember
RCG : Rubber Research Center Getas
IRR :
Indonesian Rubber Research
3.2.
Syarat
Tumbuh
3.2.1.
Lingkungan
yang Diinginkan Tanaman Karet
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan
lateks yang optimal,maka harus diperhatikan syarat-syarat lingkungan yang
diinginkan tanaman ini.Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang cocok dan
menunjang pertumbuhan disamping perawatan.
Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak
sesuai dengan habitan yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terlambat. Tanaman mungkin
tumbuh kerdil, daunnya sedikit,percabangannya banyak,serta pertumbuhan yang
kurang kurang umum lainnya. Lingkungan yang kurang baik juga sering
mengakibatkan produksi lateks semakin rendah walaupun langkah perawatan seperti
pemupukan ,dan lain-lainnya dilakukan sesuai kebutuhan.
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian antara 1-600 m dari permukaan laut.Bisa dikatakan Indonesia tidak
mengalami kesulitan mengenai areal yang dapat dibuka untuk ditanami
karet.Hampir diseluruh daerah di Indonesia karet dapat tumbuh subur. Curah
hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm setahun disukai tanaman karet. Akan lebih baik lagi
apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun.
Sinar matahari yang cukup melimpah di Negara-negara
tropis merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalamsehari tanaman
karet membutuhkan sinar matahari dengan
intensitas yang cukup paling tidak selama 5-7 jam. Faktor-faktor produksi alami
seperti letak derah terhadap lintang, besarnya curah hujan,suhu harian
rata-rata, ketinggian tempat dari permukaan laut,dan intensitas cahaya matahari
adalah hal yang amat dibutuhkan tanaman karet dan sulit untuk ditawar.
Dibandingkan dengan tanaman perkebunan yang lainnya
seperti kopi, coklat, teh dan tembakau,tanaman karet ini adalah tanaman yang
paling toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah.Untuk membantu
pertumbuhannya dapat dengan penambahan pupuk.Tanah-tanah yang kurang subur
seperti podsolik.Merah kuning yang terhampar luas di Indonesia dan Malaysia dengan
bantuan pemupukan dan pengolahan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan
karet dengan hasil yang memuaskan.Selain jenis podsolik merah kuning,tanah
latosol dan aluvial jugajuga bisa dikembangkan untuk penanaman karet.
Tanah yang derajat keasamanny mendekati normal cocok
untuk ditanami karet.Drajat keasaman yang paling cocok adalah 5-6.Batas
toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8.Tanah yang datar selain
memudahkan pemeliharaan juga memudahkan penyadapan dan pengangkutan lateks.
Sementara itu kemiringan atau turun naiknya lahan akan menyulitkan. Sebaiknya
tanah tersebut dekat dengan sumber air.
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan lateks yang optimal ,maka harus
diperhatikan syarat-syarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Hal ini
disebabkan oleh lingkungan yang cocok dan menunjang pertumbuhan disamping
perawatan.
Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak
sesuai dengan habitan yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terlambat. Tanaman mungkin
tumbuh kerdil, daunnya sedikit,percabangannya banyak,serta pertumbuhan yang
kurang kurang umum lainnya.Lingkungan yang kurang baik juga sering
mengakibatkan produksi lateks semakin rendah walaupun langkah perawatan seperti
pemupukan,dan lain-lainnya dilakukan sesuai kebutuhan.
Tanaman karet adalah tanaman tropis, secara geografis
tersebar diantara 100LU hingga 100LS. Zona paling cocok dan paling produktif
adalah 60LU hingga 60LS. Penyebaran pertanaman karet sangat dipengaruhi oleh
penyebaran hujan dan tinggi tempat dari permukaan laut. Itulah sebabnya, tidak
semua propinsi di Indonesia memiliki perkebunan karet (Sianturi, 2001).
Karet termasuk tanaman daratan rendah, yaitu bias tumbuh
baik di dataran dengan ketinggian 0-400 m dari permukaan laut (dpl). Di
ketinggian tersebut suhu harian 25-300C. Jika dalam jangka waktu yang cukup
panjang suhu rata-rata kurang dari 200C, tempat tersebut tidak cocok untuk
budidaya karet. Suhu yang lebih dari 300C juga mengakibatkan karet tidak bisa
tumbuh dengan baik (Setiawan dan Agus, 2005).
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2500-4000 mm per tahun, yang
terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan
rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan
pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok
untuk tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera,
Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah (Setyamidjaja, 1993).
Kelembapan nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet
adalah rata-rata berkisar antara 75-90 %. Kelembapan yang terlalu tinggi tidak
baik untuk tanaman karet (Sianturi, 2001).
Tanaman karet
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga laterit
merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berliat serta tanah yang
mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan tanah yang
khusus ataupun topografi tertentu. Di Malaysia barat, perkebunan karet
diklasifikasikan berdasarkan jenis tanah, angin kencang, serangan penyakit dan
topografi. Dengan demikian, sifat kimia tanah bukan hal yang mutlak untuk
pertumbuhannya (Syamsulbahri, 1996).
Secara umum karet menghendaki tanah dengan struktur ringan,
sehngga mudah ditembus air meskipun demikian, tanah dengan kandung pasir kuarsa
yang tinggi kurang bagus untuk penanaman karet. Sementara itu, derajat keasaman
atau pH tanah yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4-9) dan
untuk pertumbuhan optimalnya 5-6 (Setiawan dan Agus, 2005).
3.2.2.
Syarat Tumbuh Tanaman
Karet
Pada dasarnya
tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk
menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok
untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu
pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga
terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet
memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan
hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika
sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya
tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m
dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok
untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C
sampai 350C.
Angin
Kecepatan angin
yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya
lebih mempersyaratkan
sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan
perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat
dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat
fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua,
bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah,
aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik
karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur,
tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi
tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH <
3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada
umumnya antara lain :
-
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
-
Aerase dan drainase cukup
-
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
-
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
-
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
-
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
-
Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
-
Kemiringan tanah < 16% dan
-
Permukaan air tanah < 100 cm.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari
berbagai uraian yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Klon adalah tanaman
yang didapat dari hasil perbanyakan vegetative atau aseksual yang bukan
dikembangkan dari biji.
·
Ada beberapa klon
penting karet meliputi GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, LCB
1320, RRIM 600.
·
Karet cocok ditanam
pada tanah dengan pH 5-6 serta didukung dengan struktur tanah yang ringan.
·
Dengan kelembapan nisbi
(RH) rata-rata 75-90 % dan curah hujan optimal antara 2500-4000 mm/tahun.
DAFTAR PUSTAKA
http://bibitkaretsumsel.blogspot.com/2009/05/makna-dibalik-nama-klon-karet.html
http://bobbyartanto.blogspot.com/2011/12/pengertian-kloning-lengkap-dengan.html
http://books.google.co.id/books?isbn=9794138819
http://glosarium.yn.lt/arti/?k=klon
http://pengawasbenihtanaman.blogspot.com/2008/06/makna-dibalik-nama-klon-karet.html
http://www.scribd.com/doc/44201245/Klon-karet-unggul
Masukkan Komentar di bawah