BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tumbuhan dan hewan yang berbeda
memiliki kebutuhan akan cahaya, suhu, air, dan kelembaban yang berbeda pula.
Ada tumbuhan yang membutuhkan banyak sinar matahari; ada yang lebih menyukai
naungan. Beberapa lagi membutuhkan tingkat kelembaban yang tinggi; yang lainnya
lebih menyukai aliran air untuk menginduksi pembungaan, ada yang bereaksi
terhadap jumlah jam terang per hari, dan ada yang terhadap suhu. Beberapa
tanaman dan hewan rentan terhadap suhu yang ekstrem, panas dan kebekuan, namun
yang lainnya tidak (agak tahan) kemunculan hama serangga, penyakit dan gulma
bias dipengaruhi oleh intensitas cahaya, kelembaban, kekeringan atau banjir.
Kondisi pertumbuhan tanaman dan ternak
sangat ditentukan oleh kondisi iklim. Kondisi ini bisa tidak selalu optimal
bagi pertumbuhan, bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman, ternak atau tanah,
dan bisa mencakup factor risiko besar. Kondisi iklim di suatu usaha tani
terutama ditentukan oleh aliran radiasi sinar matahari, air dan udara.
Petani bisa memanfaatkan aliran-aliran
ini secara optimal dengan memiliki tanaman dan ternak yang cocok dengan kondisi
iklim tertentu. Atau mereka bisa mempengaruhi susunan dan struktur tajuk
tumbuhan serta lapisan penutup pada tanah guna memanipulasi aliran radiasi, air
dan udara untuk menciptakan iklim mikro yang mendukung pertumbuhan tanaman dan
hewan tertentu. Praktek ini disebut pengelolaan
iklim mikro.
Bentuk lahan atau susunan tumbuhan
juga bias dipilih sedemikian rupa sehingga aliran air dengan sengaja diarahkan
untuk meningkatkan ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Praktek ini
disebut pengelolaan air.
Aliran radiasi sinar matahari, air dan
udara dapat juga menyebabkan erosi tanah yang hebat. Bagi petani, erosi tanah
berarti penurunan baik produksi maupun modal sumberdaya alam pada usaha
taninya. Dengan memanipulasi aliran-aliran tersebut (pengendalian erosi), petani mungkin dapat meminimalkan resiko dan
kerugian. Petani asli setempat sering mengembangkan teknik-teknik yang hebat
untuk menggabungkan sumberdaya air tanah dan udara yang ada guna memanfaatkan
radiasi dan air secara maksimum serta melindungi tanaman dan ternak dari
kerusakan oleh masing-masing aliran.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk
menjelaskan pengelolaan arus radiasi sinar matahari, air dan udara mengenai
pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Iklim Mikro
Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim
setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan
kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang bangunan. Sistem lingkungan
membentuk bangunan (buildings as a modifier, or climate modifier). Modifier merupakan
cara mengatasi iklim dengan mempergunakan teknologi tepat guna. Modifier adalah
barang buatan yang mampu membuat iklim mikro yang nyaman bagi manusia.
Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor anatara lain:
-
Orientasi
bangunan
-
Ventilasi
(lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan)
-
Sun shading
(penghalang cahaya matahari)
-
Pengendalian
kelembaban udara
-
Penggunaan
bahan-bahan bangunan
-
Bentuk dan
ukuran ruang
-
Pengaturan
vegetasi
2.1.1 Komponen – komponen Iklim
Komponen-komponen iklim terdiri atas:
1. Angin (Air Movement)
1. Angin (Air Movement)
Adalah pergerakan udara atau udara
yang bergerak. Gerakan mempunyai arah dan kecepatan (v) serta percepatan (a).
Angin merupakan gerak akibat/penyeimbang di dalam kumpulan partikel-partikel
udara. Apabila sebagian partikel-partikel tersebut mendapat/menerima energi sehingga
geraknya semakin cepat - keregangan meningkat dan berat jenis berkurang yang
menyebabkan pergolakan volume udara tersebut terhadap partikel yang lain.
2. Kelembaban
Adalah Jumlah kandungan uap air dalam
satuan volume udara. Iklim laut ditandai dengan kelembaban tinggi sedangkan
iklim kontinental ditandai dengan kelembaban rendah.
3. Curah Hujan
Adalah frekuensi dan banyaknya hujan
yang terjadi di suatu daerah.
2.1.2 Type-type Rumah Kaca
Berdasarkan Iklim Mikro
Faktor iklim, tanah dan tanaman sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Iklim
merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keduanya dan dapat
direkayasa oleh manusia. Tanaman tidak dapat bertahan dalam iklim yang buruk,
kalaupun dapat bertahan tidak akan dapat diharapkan hasil panen yang optimal.
Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai type green house .
Green house/rumah kaca/naungan
tertutup merupakan alat pelindung tanaman secara tertutup dari bahan yang
terbuat dari plastik atau bahan lainnya berbentuk kasa maupun bahan berlubang,
yang mana bahan tersebut diletakkan menyelubungi suatu bahan tanaman dengan
ketinggian tertentu sehingga diperoleh iklim basah dan hangat serta bebas dari
stress yang menyebabkan pertumbuhan tanaman.
Iklim mikro adalah semua pengukuran iklim yang dilakukan untuk
mengamati lapisan udara dekat tanah terutama dipengaruhi oleh permukaan tanah
dan penutupnya, naungan yang kurang lebih tertutup dengan dimensi bervariasi
dan dapat turun sampai skala centimeter dimana dapat dilihat gradien temperatur
dan kelengasan yang besar serta terjadi hambatan terhadap angin. Secara umum
iklim mikro dalam green house yang baik dicirikan oleh temperatur, penyinaran
matahari, kelembaban relatif dan CO2 yang dapat dikendalikan.
2.2
Pengelolaan Air
Air
merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan makhluk
hiudp lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia fisika maupun
untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Sekalipun air merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh
peranan manusia dalam pengelolaannya. Kualitas total air tawar yang ada di bumi
jumlahnya relatif dapat menurun jumlahnya.
Pengelolaan air di sini termasuk
pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau. Pengelolaan air meliputi
strategi sebagai berikut:
melindungi perairan agar terjaga kebersihannya
sehingga dapat menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari
gangguan fisik maupun kimiawi, mengusahakan cahaya matahari dapat menembus
dasar perairan, sehingga proses fotosintesa dapat berjalan lancar menjaga agar
fauna memangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai
makanan
mempergunakan sumberdaya berupa air seefisien
mungkin, sehingga zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik yang juga
berarti sebagai penimpan energi dan materi.
Pada prinsipnya pengelolaan sumber
daya alam air ini, sangat bergantung pada bagaimana kita mempergunakan dan
memelihara serta memperlakukan sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi
tanpa merusak ataupun mencemarinya dan juga mempertahankan keadaan lingkungan
sebaik-baiknya.
2.2.1
Peranan Air Bagi Tanaman
Noggle
dan Frizt (1983) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu :
1) Sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma,
2) Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya
mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut
mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain,
3) Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi
metabolik,
4) Sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme
seperti siklus asam trikarboksilat,
5) Sebagai penghasil hidrogen pada proses
fotosintesis,
6) Menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga
mekanik dalam pembesaran sel,
7) Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka
dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun
tanaman tertentu,
8) Berperan dalam perpanjangan sel,
9) Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir
respirasi, serta
10) Digunakan dalam proses respirasi.
Kehilangan air pada jaringan tanaman
akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta
senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan
potensi aktivitas kimia air dalam tanaman (Mubiyanto, 1997). Peran air
yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak
langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses
metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman.
2.2.2
Usaha Mencegah Pencemaran Air
Usaha pencegahan pencemaran air ini
bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor
sebagai berikut:
-
Air limbah akan
dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air
limbah yang telah ditetapkan pemerintah.
-
Menentukan
dan mencegah terjadinya interaksi sinergisma antarpolutan pemerintah.
-
Menggunakan
bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yan gtumpah di perairan
-
Tidak
membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini untuk
mencegah pencemaran air oleh bakteri.
-
Limbah
radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan
barulah dibuang di perairan.
-
Mengeluarkan
atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktifitas mikroba
tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum.
-
Semua
ketentuan di atas bila tidak dapat dipenuhi dapat dikenakan sanksi.
2.3 Pengendalian Erosi
Erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan tanah, baik disebabkan oleh
pergerakan air maupun angin (Foth, 1995, halaman 665-666). Di daerah beriklim
tropika basah, seperti sebagian besar daerah di Indonesia, air hujan merupakan
penyebab utama terjadinya erosi sehingga di sini pembahasannya dibatasi erosi
tanah yang disebabkan oleh air.
Erosi tanah dapat terjadi sebagai
akibat aliran radiasi, angin atau air, dan seringkali karena kombinasi
ketiga-tiganya. Tanah sangat peka terhadap radiasi, khususnya di daerah
beriklim kering. Ketika suhu tanah terlalu tinggi atau tanah terlalu kering, misalnya
setelah terjadi penggundulan dari vegetasi atau penutip mulsa, kehidupan tanah
menjadi terancam, pertumbuhan, dan berfungsinya akal menjadi tidak optimal, dan
humus pada lapisan atas terurai. Sebagai permukaan tanah liat akan tertutup
karena terpaan air hujan, sedangkan tanah pasir akan kehilangan ikatannya.
Keadaan seperti ini akan nmengakibatkan meningkatnya erosi oleh air dan angin.
Penhgaruh negatif radiasi dan suhu yang tinggi dapat dikurangi dengan mencegah
cahaya matahari agar tidak langsung mengenai permukaan tanah. Ini bisa
dilakukan dengan penutup tanah langsung dengan vegetasi atau mulsa, atau dengan
memberi naungan.
2.3.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi
Menurut Arsyad S. (1989, halaman 30),
erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi,
tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang
kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah
tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh
angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh
kekuatan air.
Kekuatan perusak air yang mengalir di
atas permukaan tanah akan semakin besar dengan semakin panjangnya lereng
permukaan tanah. Tumbuhan-tumbuhan yang hidup di atas permukaan tanah dapat
memperbaiki kemampuan tanah menyerap air dan memperkecil kekuatan butir-butir
perusak hujan yang jatuh, serta daya dispersi dan angkutan aliran air di atas
permukaan tanah. Perlakuan atau tindakan-tindakan yang diberikan manusia
terhadap tanah dan tumbuh-tumbuhan di atasnya akan menentukan kualitas lahan
tersebut.
Berdasarkan asasnya dapat disimpulkan bahwa erosi
merupakan akibat interaksi antara faktor-faktor iklim, topografi,
tumbuh-tumbuhan, dan campur tangan manusia (pengelolaan) terhadap lahan, yang
secara deskriptif dinyatakan dalam persamaan seperti di bawah ini :
E = f (i, r, v, t, m)
E = besarnya erosi,
i = iklim,
r = topografi,
v = tumbuh-tumbuhan,
t = tanah,
m = manusia.
Persamaan tersebut di atas mempunyai
makna dua jenis peubah, yaitu:
1) Faktor yang dapat diubah oleh manusia, seperti;
tumbuh-tumbuhan, sifat-sifat tanah, dan satu unsur topografi yaitu panjang
lereng.
2) Faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia
yaitu; iklim, tipe tanah, dan kecuraman lereng.
2.3.2 Dampak Erosi
Secara garis besar kerusakan yang
timbul akibat adanya erosi tanah yaitu penurunan kesuburan tanah dan timbulnya
pendangkalan akibat proses sedimentasi (Wudianto R., 1989, halaman 11 - 13).
Tanah yang subur umumnya terdapat pada lapisan tanah atas atau permukaan (top
soil), sedang lapisan tanah bawah (sub soil) dapat dikatakan kurang subur.
Apabila terjadi hujan dan dapat menimbulkan erosi, maka lapisan tanah ataslah
yang akan terkikis kemudian terbawa oleh aliran air. Dengan terangkutnya
lapisan tanah atas, maka tertinggal lapisan tanah bawah yang kurang subur.
Kemudian jika tanah tersebut ditanami, maka tanaman tidak akan dapat tumbuh
subur dan hasilnya akan berkurang. Dengan berkurangnya hasil panen akan
mengurangi pendapatan petani. Seperti
telah dijelaskan di atas bahwa proses terjadinya erosi adalah terkikisnya
butir-butir tanah, kemudian dengan adanya aliran air butir-butir tanah
terangkut sampai tidak mampu lagi mengangkut butir-butir tanah, maka tanah
tersebut diendapkan. Pengendapan ini akan terjadi pada daerah yang lebih
rendah, misalnya: sungai, waduk, saluran-saluran pengairan dan laut.
Pengendapan di sungai akan
mengakibatkan pendangkalan yang dapat mengurangi kemampuan sungai untuk
menampung air sehingga pada musim penghujan bisanya akan terjadi banjir.
Pendangkalan sungai dapat mengganggu lalu lintas pelayaran kapal. Seperti
diketahui bahwa sejarah telah membuktikan dulu sungai-sungai di Jawa masih
dapat dilewati kapal, namun sekarang sudah tidak ada lagi sehingga tinggal
sungai-sungai yang ada di luar pulau Jawa yang dapat dilalui kapal-kapal.
Sebagai akibat pendangkalan sungai ini
dapat merembet ke laut, karena aliran air sungai bermuara ke laut. Sekarang
banyak pelabuhan yang mengalami pendangkalan. Dengan terjadinya pendangkalan di
pelabuhan, maka kapal-kapal besar akan mengalami kesulitan untuk merapat.
Pendangkalan di waduk juga sulit untuk
dihindarkan. Dengan makin dangkalnya waduk dapat mengurangi umur waduk.
Artinya, daya guna waduk yang semula diperkirakan dapat lama, ternyata baru
beberapa tahun saja sudah tidak berfungsi lagi. Sebagai contoh waduk Gajah
Mungkur di Wonogiri, Jawa Tengah. Waduk ini diperkirakan dapat mencapai umur 100
tahun ternyata setelah diteliti karena adanya sedimentasi maka hanya dapat
mencapai lebih kurang 27 tahun.
Menurut Arsyad (1989, halaman 3 - 4),
dampak erosi tanah terhadap lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bentuk dampak langsung maupun tidak langsung yang dikaji di tempat kejadian
erosi maupun di luar tempat berlangsungnya erosi, seperti terlihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Dampak Erosi
Tanah.
Bentuk Dampak
|
Dampak di Tempat Kejadian
|
Dampak di Luar Tempat
|
|
Erosi
|
Kejadian Erosi
|
1. Langsung
|
- Kehilangan lapisan
tanah yang baik bagi berjangkarnya akar tanaman
|
- Pelumpuran dan
pendangkalan waduk, sungai, saluran dan badan air lainnya
|
|
- Kehilangan unsur hara
dan kerusakan struktur tanah
|
- Tertimbunnya lahan
pertanian, jalan dan bangunan lainnya
|
|
- Peningkatan
penggunaan energi untuk produksi
|
- Menghilangnya mata
air dan memburuknya kualitas air
|
|
- Kemerosotan
produktivitas tanah atau bahkan menjadi tidak dapat dipergunakan untuk
berproduksi
|
- Kerusakan ekosistem
perairan (tempat bertelur ikan, terumbu karang dan sebagainya)
|
|
- Kerusakan bangunan
konservasi dan bangunan lainnya
|
- Kehilangan nyawa dan
harta oleh banjir
|
|
- Pemiskinan petani
penggarap/ pemilik tanah
|
- Meningkatnya
frekuensi dan masa kekeringan
|
2. Tidak Langsung
|
- Berkurangnya
alternatif penggunaan tanah
|
- Kerugian oleh
memendeknya umur waduk
|
|
- Timbulnya dorongan/
tekanan untuk membuka lahan baru
|
- Meningkatnya
frekuensi dan besarnya banjir
|
|
- Timbulnya keperluan
akan perbaikan lahan dan bangunan yang rusak
|
|
Sumber: Arsyad S. (1989)
Mengingat bahaya erosi yang merugikan
bagi lingkungan, sejak beberapa tahun yang lampau manusia telah menyadari dan
melakukan berbagai usaha pencegahan (pengendalian) erosi.
2.3.3 Pengendalian Erosi (Erosion
control)
Area yang telah mengalami bukaan dan
kegiatan pertambangan, sangat umum mengalami erosi akibat hilangnya vegetasi
penutup yang menahan endapan dan air larian (run-off). Selain itu, kegiatan
pertambangan bisa mengakibatkan perubahan struktur lahan menjadi area dengan
potensi erosi yang lebih tinggi dari sebelumnya bahkan dengan potensi longsor
akibat perubahan kemiringan lahan yang semakin curam.
Dalam mengendalikan erosi dan endapan
akibat pembukaan lahan, kami menggunakan berbagai teknologi dan metode untuk
menciptakan penghalang atau penahan untuk menggurangi energi erosi yang
diakibatkan yang disesuaikan dengan keadaan lahan yang terdapat pada area
kerja. Beberapa teknik yang kami pergunakan beserta fungsinya yaitu:
- Jaring jerami (jute net), selimut coir (Coir blanket), penggunaan serat kelapa (Coco fiber); untuk menyaring dan menahan endapan yang mengalir bersama aliran air pada permukaan tanah
- Pagar bambu (bamboo fence), Rock Cek Dam; selain untuk menahan endapan yang mangalir bersama air permukaan, juga berfungsi untuk mempertahankan struktur tanah disekitarnya. Terkadang digunakan pula pagar kayu untuk struktur tanah yang lebih curam dan berpotensi tinggi mengalami erosi atau bahkan longsor.
- Penutupan dengan menggunakan pelapisan jerami (hay mulch), yang berfungsi untuk menahan terangkatnya sediment dari permukaan akibat aliran air dan angin, juga berfungsi untuk menahan sebagian dari kelembaban tanah agar tidak terevaporasi yang diakibatkan tereksposenya tanah terhadap sinar matahari.
Terdapat beberapa teknik lain yang
kami pergunakan yang sangat bergantung pada keadaan area kerja. Penggunaan
teknik untuk pengendalian erosi dan endapan juga didiskusikan agar sesuai
dengan keinginan dan harapan klien.
2.3.4
Metode Pengendalian Erosi
Usaha pengendalian erosi pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi 3 metode, yaitu :
1. Metode Vegetatif
Metode ini mempergunakan tumbuhan atau
tanaman dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, jumlah
dan daya rusak aliran permukaan. Fungsi tumbuhan dalam metode ini untuk : a) melindungi
tanah dari daya perusak butir-butir hujan, b) melindungi tanah dari aliran
permukaan, dan c) memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang
akan mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Termasuk dalam metode vegetatif
ini diantaranya; budidaya tanaman semusim (jagung, kacang tanah, dan lain-lain)
secara musiman atau tanaman permanen, penanaman dalam strip cropping,
pergiliran tanaman, sistem pertanian hutan (agro forestry), pemanfaatan sisa
tanaman.
2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan
fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk
mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan
tanah. Metode mekanik dalam pengendalian erosi berfungsi: a) memperlambat aliran
permukaan, b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak, c) memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah
dan memperbaiki aerasi tanah, serta d) menyediakan air bagi tanaman. Termasuk
dalam metode mekanik adalah pengolahan tanah (tillage), pengolahan tanah
menurut kontur (contour cultivation), guludan dan guludan bersaluran menurut
kontur, teras (teras bangku, teras berlereng), dam penghambat (check dam,
waduk, rorak, tanggul), dan perbaikan drainase.
3. Metode Kimiawi
Metode kimia dalam pengendalian erosi
menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Metode ini sering dikenal
dengan sebutan soil conditioner, yang bertujuan memperbaiki struktur tanah.
Beberapa contoh soil conditioner yaitu; PVA (Polyvinyl alcohol), PAA (Poly
acrylic acid), VAMA (Vinyl acetate malcic acidcopolymer), DAEMA (Dimethyl amino
ethyl metacrylate), dan Emulsi Bitumen.
Sering pula dilakukan pengendalian
erosi dengan mengkombinasikan dari dua metode pengendalian erosi atau bahkan
ketiga metode tersebut di atas digunakan secara bersamaan dalam usaha
mengendalikan erosi.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran di atas mengenai pengelolaan iklim
mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi dapat ditarik kesimpulan, antara
lain:
Ø Iklim mikro adalah faktor-faktor
kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan
(fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang bangunan. Sistem lingkungan membentuk bangunan (buildings as
a modifier, or climate modifier).
Ø Iklim mikro adalah semua pengukuran iklim yang
dilakukan untuk mengamati lapisan udara dekat tanah terutama dipengaruhi oleh
permukaan tanah dan penutupnya, naungan yang kurang lebih tertutup dengan
dimensi bervariasi dan dapat turun sampai skala centimeter dimana dapat dilihat
gradien temperatur dan kelengasan yang besar serta terjadi hambatan terhadap
angin.
Ø Air merupakan sumber daya alam yang sangat
diperlukan oleh manusia dan makhluk hiudp lainnya. Manusia memerlukan air baik
untuk proses kimia fisika maupun untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Ø Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia
dalam pengelolaannya.
Ø Erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan
tanah, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Foth, 1995, halaman
665-666). Erosi tanah dapat terjadi sebagai akibat aliran radiasi, angin atau
air, dan seringkali karena kombinasi ketiga-tiganya.
Ø Secara garis besar kerusakan yang timbul akibat
adanya erosi tanah yaitu penurunan kesuburan tanah dan timbulnya pendangkalan
akibat proses sedimentasi (Wudianto R., 1989, halaman 11 - 13).
3.2 Saran
Mengelola
arus radiasi sinar matahari, air dan udara mengenai pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi sangat harus diperhatikan, karena dengan
memperhatikan hal tersebut dengan baik maka pertanian yang ramah lingkungan
akan dapat terwujud. Perlu dukungan dari pemerintah dalam sektor pertanian
khususnya untuk melaksanakan pertanian yang ramah lingkungan agar kelestarian
lingkungan akan tetap terjaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press.
Di unduh dari http://iinmutmainna.blogspot.com/2012/06/makalah-pengendalian-erosi-secara.html
di akses pada 21 September 2012.
Di unduh dari http://www.envirotambang.com/pengendalian-erosi.htm
di akses pada 21 September 2012.
Di unduh dari http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/02/iklim-makro-dan-iklim-mikro.html
di akses pada 24 September 2012.
Di unduh dari http://www.artikellingkunganhidup.com/cara-pengelolaan-air-mencegah-pecemaran-air.html
di akses pada 24 Sepetember 2012.
Foth H.D. 1995. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Reijntjes, Coen. Pertanian Masa
Depan (Prinsip-prinsip Ekologi Dasar LEISA). Yogyakarta. Kanisius.
Masukkan Komentar di bawah