Cara Meminimalkan Kerugian Akibat Hama dan Penyakit


 MAKALAH
PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
MEMINIMALKAN KERUGIAN KARENA HAMA DAN PENYAKIT





DISUSUN OLEH :
Raymon damson






FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Budidaya Pertanian Ramah Lingkungan dengan judul Meminimalkan Kerugian karena Hama dan Penyakit. Maksud dibuat makalah ini adalah guna menyelesaikan sebagian tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah dan sekaligus memberi ilmu pengetahuan mengenai cara meminimalkan kerugian baik dalam aspek ekonomi maupun hasil budidaya yang berhubungan dengan tanaman dan ternak serta perbedaan dari keduanya.
Melalui Makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pertanian Ramah Lingkugan atas bimbingannya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kegiatan pembuatan Makalah ini menjadi terarah. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang turut mendukung makalah ini serta sumber-sumber referensi yang menjadi bahan acuan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan baik dalam segi penyusunan maupun isi yang disampaikan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.


Muaro Jambi, ………………......
Penyusun







DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ………………………………………………………        i
DAFTAR ISI  ……………………………………………………………….        ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..        1
1.1  Latar Belakang   ………………………………………………………….        1
1.2  Tujuan  ……………………………………………………………………        2
BAB II ISI   ………………………………………………………………….        3
2.1 Meminimalkan Kerugian Hama dan Penyakit    ………………………….        3
2.2 Perlindungan Tanaman  …………………………………………………..        5
2.3 Melindungi Ternak ……………………………………………………….        6
2.4 Memanfaatkan toleransi terhadap penyakit pada tanaman ternak  ………        9
2.5 tindakan terpadu    ………………………………………………………..        9
2.6 Memanfaatkan keterpaduan dan sinergi sumber daya ginetik   ………….      11
BAB III PENUTUP  ………………………………………………………..      13
3.1 Kesimpulan     …………………………………………………………….      13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………      14














BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Pertanian ramah lingkungan merupakan kegiatan pertaniannya menjaga aspek-aspek ekologi sehingga dalam kegiatan jangka panjang tidak merusak ekosistem. Berbicara masalah lingkungan tidak terlepas dari pada kesehatan. saat ini kita tidak menyadari bahwa masalah lingkungan sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Para pakar ilmuan di bidang kesehatan khususnya para dokter sering menjumpai manusia yang mereka sembuhkan, rata-rata karena masalah kesehatan yang tidak memadai disebabkan oleh lingkungan yang tak sehat mereka diami. Beberapa hal kesehatan ini biasanya terjadi karena lingkungan yang tidak sehat Di negara-negara maju/Industri khususnya di Indonesia,sering kita menjumpai banyaknya sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Sampah adalah hal sangat dominan di Indonesia ini belum teratasi dengan baik,ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya perhatian penerintah menangani masalah sampah itu sendiri.
Pada pertanian saat ini banyak sekali penggunaan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dampak dari limbah penggunaan  pestisida dari bahan-bahan sintetik yang menyebabkan pencemaran yang tidak dapat dihindari seperti pencemaran tanah, air, udara. Sehingga dalam kegiatan pengendalian ini dalam waktu lama akan merusak ekosistem dan sangat merugian petani dalam kegiatan budidaya. Maka diupayakan bagaimana cara melindungi tanaman budidaya dan ternak dari hama dan penyakit. Upaya perlindungan ini dilakukan guna mengurangi hasil budidaya dan biaya ekonomi yang disebabkan oleh hama dan penyakit yang tidak diinginkan.



1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menyampaikan beberapa kerugian  penyakit dan hama, tata cara perlindungan ternak serta tindakan terpadu terhadap kegiatan perlindungan ternak dengan menjaga aspek ekologi.





























BAB II
ISI



2.1 Meminimalkan Kerugian Hama dan Penyakit
Pada kebanyakan sistem pertanian sekarang ini, mekanisme alami yang mengatur populasi hama dan organisme lain telah terganggu atau sebagian diganti oleh mekanisme buatan seperti bahan kimia dan obat-obatan. Pada kondisi yang tidak alami seperti itu seringkali terjadi kerugian produksi yang cukup besar jika menggunakan bahan kimia. Dengan memanfaatkan bahan kimia seringkali menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran dan gangguan keseimbangan ekologis. Oleh karena itu, perhatian pada alternatif pengendalian hama yang non kimia serta metode pengendalian hama terpadu (PHT) semakin besar, dengan tujuan untuk menurunkan pemanfaatan pestisida kimia.
Didalam konteks lingkungan usaha tani dan dinamikan populasi jenis-jenis hama, PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok. Dengan cara seserasi mungkin, guna mempertahankan pupulasi hama pada suatu tingkatan yang berada di bawah tingkat yang merugian secara ekonomis (Panel of Experts on Integrated Pest Management 1967). Dengan demikian, biaya perlindungan tanaman bisa dikurangi, karena pestisida kimia akan dimanfaatkan dengan program-program. PHT telah dikembangkan di berbagai negara untuk tanaman komoditas utama seperti padi. Program-program ini terutama berhasil dimana kondisi untuk produksi secara komersial mendukung dan petani merupakan pengelola tanaman yang baik.
Di daerah LEIA banyak petani belum menafaatkan pestisida kmia atau kalaupun memanfaatkannya hanya terbatas pada tanaman tertentu yang diperdagangkan. Penelitian konvensional tentang perlindungan tanaman  dan perawatan kesehatan hewan tidak menjawab kebutuhan kebanyakan petani  LEIA, karena penelitian ini memfokuskan pada jenis tanaman dan ternak yang dimanfaatkan oleh sistem pertanian komersial usaha tani ata peternakan besar (misalnya tebu, kapas, kopi, padi sawah, sapi). Dengan demikian, tanaman pangan yang ditanam pada skala kecil (misalnya sorgum, ketela pohon, padi gogo) diabaikan. Ada kebutuhan untuk pestisida alternatif yang bisa menggantikan  bahan kimia berbahaya dan bisa diproduksi secara lokal dengan harga murah. Penelitian konvensional masih sering menekankan pemberantasan hama dan penyakit daripada pencegahannya. Namun, yang penting adalah bahwa sistem pertanian serta teknik terpadu dikembangkan yang bisa meminimalkan kebutuhan akan tindakan-tindakan kuratif, sekaligus mendukung agar petani tidak menjawab korban libasan pestisida.
Selama berabad-abad mencoba-coba, petani dalam sistem tradisonal telah mengembangkan  berbagai tindakan  untuk mengurangi pengaruh negatif hama, seperti gulma, binatang pengerat, burung dan serangga besar. Petani mungkin tidak mengenali pengaruh organisme yang lebih kecil, seperti serangga kecil, tungau, ulat, jamur, bakteri dan virus. Namun, ternyata banyak sekali tindakan tradisional yang terjalin dalam sistem pertanian tradisional yang dapat mencegah kemunculan hama ini secara besar-besaran. Contoh praktek pengendalian hama asli setempat adalah ladang berpindah, budidaya ganda, pola tanam berotasi, tindakan sanitasi, serta pemanfaatan varietas yang tahan. Banyak praktek merupakan tindakan preventif yang tidak membasmi hama, tetapi membatasi populasinya dan mempertahankan keseimbangan ekologis.
Petani yang mengamati siklus hidup hama dapat membatasi kemunculan hama tanaman dan ternak dengan memanfaatkan mekanisme alami yang mengatur dinamika pupulasi organisme. Mereka bisa mencoba untuk menggangu siklus hidup hama guna mengurangi jumlahnya. Banyak contoh pertanian tradisional yang menunjukkan bahwa produksi pertanian yang stabil dimungkinkan tanpa pemanfaatan pestisida dan racun kimia. Dalam beberapa hal, misalnya dengan berbagai varietas yang tahan hama, petani harus menerima tingkat produksi yang lebih rendah daripada yang akan diterima jika diterapkan kombinasi  varietas unggul dengan pestisida. Fungsi preventif bisa bersing dengan fungsi produktif, meskipun hal ini tidak selalu demikian. Budi daya ganda misalnya, bisa meningkatkan baik perlindungan tanaman maupun hasil panen.
Dari praktek pertanian secara tradisional dan biologis banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana tindakan perlindungan tanaman dan hewan dapat didasarkan pada mekanisme alami. Namun, perlu disadari bahwa hal ini tidak selalu akan memberikan pemecahan terhadap sema situasi dengan serangan hama. Penemuan ilmiah baru tentang ekologi hama dan penyakit tanaman dan hewan membuka prespektif baru, dimana pengendalian hama secara tradisional telah mengalami kegagalan.

2.2 Perlindungan Tanaman
Tindakan-tindakan perlindungan tanaman dapat dibagi dalam kategori-kategori utama sebagai berikut :
-          Tindakan sanitasi, misalnya memanfaatkna bibit yang sehat, benih yang bersih dan alat-alat yang bersih; membersihkan sumber infeksi;
-          Penanaman ganda, misalnya dengan budidaya gandam rotasi, tanaman perangkap, tanaman umpan, pohon naungan;
-          Praktek budidaya, misalnya dengan pemupukan kandang, pemulsaan, pengolaha, pengairan, jadwal penaburan benih, jarak tanam;
-          Tindakan mekanis, misalnya pencabutan atau pemetikan, pengolahan tanah dengan mencangkul atau membajak, perangkap mekanis, pembakaran, pembuatan suara-suara;
-          Tindakan biologis, misalnya introduksi atau pelestarian musuh alami seperti burung, serangga, mikroba, tumbuhan;
-          Eksploitasi ketahanan inang;
-          Tindakan kimiawi, baik yang dari tumbuhan maupun yang buatan;
-          Praktek penyimpanan
Persyaratan untuk perlindungan tanaman yang baik merupakan praktek budidaya dasar yang baik. Tidak ada gunanya untuk melakukan tindakan pengendalian hama jika tanahnya rendah atau kurang seimbang. Banyak musuh tanaman, khususnya jamur dan bakteri menyerang tanaman-tanaman yang lemah. Oleh karenanya, penting untuk mengelola tanaman sehat dengan pengolahan tanah yang tepat, penggunaan benih dengan daya perkecambahan yang baik, pembenihan pada saat yang tepat, penanaman dengan jarak yang tepat serta bisa juga menkompensasiakn kerusakan akibat serangan hama dengan menumbuhkan tunas baru atau mempercepat pertumbuhan bagian-bagian yang tidak rusak.
            Dalam LEISA, metode preventif dan praktek budidaya dan mekanis memiliki arti khusus, karena pada umumnya berisiko kecil, tidak mengakibatkan kekebalan atau resurgensi, tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan dan tidak memerlukan banyak input luar. Praktek-praktek itu menciptakan kondisi yang tidak mendukung bagi kehidupan hama, atau mengganggu siklus hidupnya. Arti penting yang mendasar dalam konteks ini adalah keanekaragaman fungsional sistem usaha tani (Altieri 1987).
Ketika petani mulai berproduksi lebih banyak untuk dijual, mereka sering mengubah sistem tanam mereka, keanekaragaman tanaman menurun dimana diadopsi monokultur, periode pemberaan menjadi lebih pendek, ditanam varietas dengan hasil panen tinggi namun ketahanan terhadap serangan hama rendah dan irigasi memungkinkan pemanenan berkali-kali dalam satu tahun. Modernisasi dan intensifikasi ini seringkali berarti bahwa metode pencegahan hama tradisional hilang dan kerugian akibat serangan hama meningkat. Respons umumnya adalah pemanfaatan pestisida. Ada bahawa besar bahwa petani mulai melihat pestisida sebagai satu-satunya solusi, terlalu melebih-lebihkan kegunaanya dan meremehkan kerugiannya. Petani harus disadarkan tentang metode perlindungan tanaman efektif yang lain dan diberitahu tentang pemanfaatan pestisida yang bijaksana.

2.3 Melindungi Ternak
            Berbeda dengan tanaman, ternak tidak perlu ditempatikan di satu tempat saja. Mobilitas ini memberikan kemungkinan untuk menghindari penyakit dan penularannya dengan menghindari  daerah- daerah beresiko tinggi. Seringkali, penggembala menggiring ternaknya ke tempat-tempat penggembala hanya pada musim kemarau dan menggiringnya pergi sebelum tempat-tempat itu terinfeksi dengan lalat-lalat penggigit di musim hujan.
            Disamping strategi penggembala seperti itu, banyak praktek pengelolaan tradisional lainnya juga menunjukkan penyesuaian yang kuat terhadap lingkungan dan membantu atau mencegah penyakit hewan, sehingga menurunkan kebutuhan akan pengobatannya. Misalnya, di zona subhumida Afrika Barat di mana banyak sekali petak-petak lahan yang terinfeksi dengan lalat tsetse, para penggembala masyarakat Fulani menghndari menggembalakan ternaknya pada daerah-daerah terinfeksi parah dan meminimalkan waktu bagi hewan ditempat-tempat itu untuk minum, dimana serangan lalat tsetse mungkin sekali akan terjadi. Pada musim hujan mereka menunda menggembalakan ternaknya hingga siang, karena bahaya serangan cacing di waktu pagi hari saat rumput-rumput masih merembun jauh lebih tinggi (Bayer, 1986). Perapian yang dibuat di tempat dimana ternak bermalam juga merupakan suatu cara untuk mengusir serangga dari hewan mereka.
            Ketika penyakit menjangkit, banyak penggembala ternak tradisional mengambil tindakan karantina. Kini tindakan ini biasanya didukung dengan tindakan pemerintah. Karantina dapat memperlambat penyebaran penyakit, tetapi tidak dapat menghentikannya. Oleh karenanya, tindakan seperti itu harus didukung dengan kampanye vaksinasi, misalnya dengan melakukan vaksinasi lingkar di sekeliling kawanan ternak yang telah terinfeksi. Meskpun vaksinasi mereka sendiri (imuniasasi), pada umumnya mereka menganggap vaksin modern lebih efektif. Pada penyakit tertentu, perlindungan seumur hidup ini bisa dicapai dengan satu kali vaksinasi, namun pada jenis penyakit lainnya vaksinasi  harus diulang beberapa kali secara teratur untuk menjamin perlindungan. Ini memerlukan pelayanan dokter hewan ayng efisien dan usaha terus-menerus untuk memproduksi dan – karena penyakit selalu berubah – mengembangkan vaksin.  Karena didasarkan pada proses-proses alami produksi vaksin mungkin akan menjadi suatu langkah yang berkelanjutan, meskipun memerlukan masukan teknis dan keorganisasian yang seksama.
            Di lain pihak, pemanfaatan bahan kimia untuk mencegah penyakit menular tidak bisa dipandang sebagai hal yang berkelanjutan. Ini mungkin bisa membantu dalam jangka pendek, Namun dalam jangka panjang pemanfaatan obat-obat kimia mau tidak mau akan mengakibatkan berkembangnya baksil-baksil yang kebal terhadap bahan-bahan kimia yang dipakai. Sebagai bukti dalam kasus akarasida, “daya kerja” obat-obatan ini menjawab semakin singkat semakin intensif pemanfaatanya. Ini berarti bahwa bahan-bahan kimia baru secara terus-menerus harus dikembangkan. Akibatnya, lingkaran pemanfaatan bahan kimia semakin sempit dan berbagai efek negatif residu kimia menyertai dalam produk-produk hewan.
            Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan hewan “modern” biasanya diimpor dan mahal. Ketika pemerintah nasional mencoba untuk menanggung biaya dan menawarkan pengobatan secara Cuma-Cuma, pelayanan ini seringkali tidak bisa dipercaya dan jarang masuk daerah-daerah LEIA. Para peneliti kini menjadi semakin sadar akan kekayaan pengetahuan tentang pengobatan hewan dalam sistem penggembalaan ternak asli setempat, dan potensi pengobatan ternak dengan biaya rendah dan ketergantungan luar yang lebih sedikit daripada pengobatan dengan obat-obatan modern (Mathias-Mundy & McCorkle 1989, Matzigkeit 1990, Niamir 1990).
            Praktek-praktek pengobatan ewan asli setempat (pengobatan etnoveteriner) merupakan sumber daya yang kaya bai pembangunan. Dalam berbagai budaya, pengobatan etnoveteriner dan pengobatan radisional bagi manusia saling tumpang tindin, tabib mengobati manusia sekaligus hewan.di Nepal, misalnya, paling tidak ada 14 jenis tabib dengan pelatihan dan metode pengobatan yang berbeda, semuanya menerima pasien manusia maupun hewan (FAO 1984a).
            Ahli etnoveteriner dapat mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit hewan. Diagnosisnya dipengaruhi oleh sistem kepercayaan yang berlaku dan pada umumnya berdasarkan gejala-gejala, pemeriksaan bangkai hewan yang terserang penyakit serta pengamatan epidemiologi. Metode pengobatan dan pencegahan termasuk :
-          Ramuan dan obat-obatan lainnya;
-          Metode pembedahan seperti perawatan luka, pemasangan tulang, pengeluaran darah, dan pembakaran luka;
-          Praktek-praktek pengelolaan;
-          Vaksinasi
Ilmu farmakologi (Studi tentang obat-obatan) mungkin merupakan aspek yang paling luas diteliti di dalam pengobtan etnoveteriner; misalnya, FAO telah menghimpun daftar sebanyak 140 jenis tanaman obat-obatan di Nepal dan 150 jenis di Thailand (FAO 1984a,1984b).

2.4 Memanfaatkan toleransi terhadap penyakit pada tanaman ternak
            Suatu cara untuk meminimalkan masalah hama dan penyakit yang ramah lingkungan dan sangat efektif adalah dengan memanfaatkan tanaman dan hewan yang secara lokal telah diadaptasikan, karena pada umumnya kurang rentan terhadap hama dan penyakit dibanding spesies hasil pengembangbiakan, indukan, dan varietas yang diperkenalkan dari daerah-daerah lain. terkadang, ini merupakan satu-satunya cara untuk mencegah infeksi penyakit tertentu, misalnya penyakit yang disebabkan karena  virus.
Selama berabad-abad, petani telah menyeleksi tanaman-tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Keanekaragaman genetik yang bear dan varietas setempat yang dikembangkan oleh petani juga membantu mengurangi resiko kerugian. Induk ternak asli setempat telah berkembang hingga tahan atau toleran terhadap serangan hama dan tekanan-tekanan lingkungan lainnya. Sebagian merupakan hasil seleksi alam dalam kondisi keras. Di beberapa daerah tropis kemunculan penyakit khusus tampak jelas ketika diperkenalkannya ternak asing. Ni Nigeria misalnya, penularan penyakit “heartwater” suatu penyakit yang ditularkan oleh sejenis kutu penghisap darah dan sangat fatal bagi hewan asing, tidak bisa diteliti selama beberapa tahun, karena di daerah tempat hidup alami bagi jenis kutu tersebut, tim ilmuan tidak bisa menemukan ternak asli setempat yang rentan (Bayer & Maina 1984). Dengan memanfaatkan  varietas taaman dan induk hewan dengan toleransi terhadap hama dan penyakit yang terbukti oleh waktu, petani bisa menghindari input yang tinggi dan mahal untuk tindakan pencegahan dan kuratif.

2.5 tindakan terpadu
kebanyakan praktek usaha tani mempengaruhi pengendalian hama dan penyakit. Oleh karenanya,penciptaan kondisi yang sehat bagi tanaman,hewan dan manusia menuntut pendekan sistem terpadu. Efek kumulatif dari berbagai praktek yang berbeda yang memberikan pengaruh pada hama dan penyakit mungkin merupakan suatu jaminan yang lebih baik dari pada sebotol pestisida atau obat-obat kimia.
Karena hama dan penyakit itu menyebar melampai batas-batas lahan usaha tani,usaha komoditas serta kontrol sosial memiliki peranan penting dalam menekan hama dan enyakit. Masalah kesehatan masyarakat sering diinstitutionalisasikan oleh undang-undang, upacara-upacara, adat serta hak dan tugas para ketua (minsalnya untuk menentukan saat menyebar benih atau membakar). Dengan tindakan seperti pembersihan lahan dari residu tanaman, kerja sama semua petani didaerah itu menjadi penting, jika ingin mendapatkan efek yang optimal. contoh lain yang memerlukan pengambilan keputusan dan tindakan secara komunal adalah menghormati hari penyebaran benih.karena itu, komunikasi dan kerja sama yang baik antar petani sangat dibutuhkan.
Untuk meningkatkan perlindungan tanaman diperlukan kerja sama antara petani dan ilmuan. Petani bisa melakukan uji cbanya sendiri, minsalnnya dengan mengembangkan sistim budidaya ganda, menyiapkan pestisida yang berasal dari tanaman, atau praktik mekanis, budidaya, sanitasi lahan. Namun, mereka sering kali membutuhkan informasi dan pengetahuan tambahan tentang efek dan bahaya pestisida yang berasal dari tanaman, pengaruh musuh alami, atau identifikasi kerusakan akibat hama. Keputusan yang baik dalam pengendalian hama didasarkan pada pengetahuan tentang siklus hidup tiap hama, suatu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh setiap petani. Perbaikan yang lainnya, seperti cara-cara pengendalian biologis tertentu, pengembangan pestisida efektif srta pemuliaan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu, memerlukan pengetahuan dan peralatan khusus dan diluar jangkauan petani kecil yang bekerja secara perorangan. Tetapi teknik- teknik itu bisa juga penting bagi perlindungan tanaman. Oleh karenanya, diperlukan  interaksi yang baik antara petani dan ilmuwan. Penelitian tentang perlindungan tanaman tradisional dapat membantu pengembangan praktek perlindungan tanaman bagi petani LEIA.
Biasanya petani menghadapi sejumlah hama yang berbeda yang beragam (serangga, jamur, nematoda, virus, gulma). Pada saat yang sama tidak ada satu tindakan yang dapat mengatasi semua itu. Oleh karenanya petani harus mecari langkah-langkah yang paing efektif dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Ini tidaklah mudah karena ada banyak hubungan yang saling terkait dalam setiap sistem usaha tani. Setiap perubahan yang ditinjukan untuk menekan suatu hama tertentu bisa menimbulkan efek negativ atau positif terhadap organisme lainnya. Apa lagi banyak sekali tindakan yang diambil bukan hanya untuk melindungi tanaman tapi juga untuk tujan lain, minsalnya untuk memperbaiki kesuburan tanah. Oleh karenanya ilmuwan yang berupaya membantu petani dalam mengembangkan berbagai tindakan harus menggunakan pendekatan interdisipliner.

2.6 Memanfaatkan keterpaduan dan sinergi sumber daya ginetik
Perpaduan antara tanaman dan hewan dalam satu usaha tani bukan hanya suatu koleksi acak sumber daya genetik. Tiap spesies harus sesuai dengan lingkungan biofisik dan sosioekonomi usaha tani tersebut dan harus menunjukan fungsi produktif, reproduktif, protektif dan sosial atau suatu kombinasi dari semua itu. Spesies dan varietes dipilih untuk memenuhi kebutuhan subsiten dan sering juga dijual, diantara tuan-tujuan lain yang mungkin ada dalam rumah tangga petani. Pilihan terhadap tanaman dan ternak akan tergantung pada apa yang bisa diproduksi pada suatu rumah tangga dan apa yang bisa diperoleh dipasar, dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan harga produk pasar serta pelayanan dan keandalan suplainya.
Untuk mengoptimalkan kelangsungan usaha tani, keluarga petani harus memilih dan memadukan tanaman dan hewannya sedimikian rupa, sehingga usaha tani, sebagai suatu keseluruhan terpadu menjadi lebih dari sekedar kumpulan organisme perseorangan didalamnya. Dibutuhkan sumber daya genetik yang menunjukkan fungsi yang saling melengkapi dan bisa dikombinasikan sehingga berinteraksi dalam sinergi, bukannya bersaing satu sama lain. Dalam hampir semua kasus, pilihan yang seksama pada tanaman dan hewan yang saling berhubungan menghasilkan suatu sistem usaha tani dengan keanekaragaman sumber daya genetik yang tinggi.
Kesusaian lahan, permintaan pasar, keteserdiaan sumber daya (lahan, tenaga kerja, pengetahuan, sumber daya genetik dan sebagainya) dan input-input (pupuk, pestisida, obat-obatan, air dan sebagainya) mungkin mengharuskan petani untuk mengutamakan tanaman atau hewan tertentu, yakni untuk membatasi keanekaragaman. Menciptakan peluang pasar bagi produk sejumlah jenis tanaman, pohon dan hewan yang lebih beragam akan memberikan lebih banyak peluang kepada petani untuk mendapatkan keuntungan dari budidaya sistem penanaman ganda yang terpadu.
Karena kondisi dan peluang usaha tani dan rumah tangga berubah terus menerus, petani harus selalu meneruskan proses pemilihan paduan dan susunan sumber daya genetik yang terbaik dalam ruang dan waktu. Setelah menjelaskan beberapa prinsip dasar tentang interaksi antara berbagai sumber daya genetik dan lingkungannya, kita akan melihat beberapa kombinasi sumber daya genetik yang bisa digunakan oleh petani dalam LEISA.
























BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
            Banyak cara meminimalkan kerugian dari dampak yang disebabkan oleh penyakit maumun hama, dengan tidak memunculkan penyakit pada ternak maupun tanaman. Sumber penyakit dan hama dapat terjadi di berbagai tempat maka untuk antisipasi dilakukan pembersihan lahan dari residu tanaman, sehingga kerugian dapat dihindari Untuk meningkatkan perlindungan tanaman. diperlukan kerja sama antara petani dan ilmuan yang secara sinergi membantu dalam efisiensi kerja.         Suatu cara untuk meminimalkan masalah hama dan penyakit yang ramah lingkungan dan sangat efektif adalah dengan memanfaatkan tanaman dan hewan yang secara lokal telah diadaptasikan, karena pada umumnya kurang rentan terhadap hama dan penyakit dibanding spesies hasil pengembangbiakan, indukan, dan varietas yang diperkenalkan dari daerah-daerah lain. terkadang, ini merupakan satu-satunya cara untuk mencegah infeksi penyakit tertentu, misalnya penyakit yang disebabkan karena  virus.








DAFTAR PUSTAKA


Coen Reijntjes, Bertus Harverkort &Ann Waters-Bayer (1999). Pertanian Masa Depan.Penerbit : Kanisius
http://masterbone.blogspot.com/2012/01/kerugian-akibat-hama-dan-penyakit.html
http://binainsani.net/admin/pdf_file/PertanianRamahLingkungandiEraGlobalisasi.pdf
http://www.geocities.ws/bpurnomo51/das_files/das4.pdf    

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Masukkan Komentar di bawah