BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Latar
belakang pembahasan kami mengenai penggunaan daun bambu sebagai tambahan
penyubur tanah adalah berdasarkan kasus di daerah Desa Pengkol, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Persoalan
kesuburan tanah merupakan persoalan yang penting. Sebuah persoalan yang kerap
ditemui oleh para petani. Hal tersebut juga terjadi di Dukuh Waru, Desa
Pengkol, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah. Sekilas, tidak ada sesuatu yang istimewa dari pedukuhan Waru
ini. Namun, jika diperhatikan dan ingin belajar tentang pertanian berkelanjutan
(Sustainable Agriculture), pedukuhan ini menjadi
menarik dan layak untuk dijadikan rujukan belajar mengenai pertanian
berkelanjutan.
Menjelang
tahun 2000-an, Petani Dukuh Waru mulai akrab kembali dengan teknologi
ramah lingkungan dalam budidaya pertaniannya. Teknologi ramah lingkungan adalah
teknologi terapan yang mudah dipahami dan dipraktekkan oleh petani, murah dari
segi bahan baku, dan aman bagi lingkungan. Contoh teknologi ramah lingkungan
yang paling mudah ditemui adalah kompos. Kembalinya teknologi ramah lingkungan
atau teknologi kompos di dalam budaya bertani Warga Dukuh Waru, bukanlah sebuah
perjalanan yang pendek dan langsung jadi, namun sangat panjang dan penuh liku.
Mengapa
dikatakan “kembalinya teknologi”? Karena berdasarkan hasil penelitian,
menyebutkan bahwa pada tahun 1950-an dan tahun-tahun sebelumnya di Dukuh Waru,
budaya bertani masih menggunakan cara-cara
tradisional. Cara tradisional sangat menjunjung tinggi kearifan dan penghargaan
terhadap lingkungan. jahteraan). Pada saat itu, pupuk yang dipergunakan
hanyalah pupuk kandang, dedaunan kering, dan limbah pertanian lainnya. Dengan
menggunakan pupuk tersebut, petani sudah cukup puas, karena tanaman sudah mampu
tumbuh subur walaupun tanaman padi sering roboh.
Lalu, kemana
perginya pengetahuan dan teknologi lokal petani Dukuh Waru selama ini? Ada banyak faktor yang menjadikan pengetahuan tersebut
tenggelam dari kehidupan petani Dukuh Waru. Salah satunya adalah adanya
elombang “revolusi hijau”.
Sebenarnya,
petani di wilayah ini tidak mengetahui secara pasti apa yang dimaksud dengan
istilah revolusi hijau. Namun faktanya, mereka mulai mengenal pupuk kimia sejak
tahun 1954, yang dikenal dengan istilah pupuk DS (dasar). Sejak masuknya pupuk
DS tersebut, petani mulai mengurangi penggunaan pupuk lokal (pupuk kandang dan
kompos), lalu beralih ke pupuk kimia. Revolusi Hijau ini mulai menjadi
gelombang besar kurang lebih pada tahun 1960-an, yang ditandai dengan adanya
penyebaran varietas-varietas baru (hasil silangan) ke negara-negara berkembang
termasuk Indonesia. Kemudian, pada tahun 1970-an
revolusi hijau ditandai dengan adanya varietas baru seperti PB 5 dan PB 8
(bahasa petani: padi sentral) yang dipromosikan (istilah petani: dipaksakan)
secara besar-besaran. Promosi varietas-varietas baru tersebut tidaklah berjalan
sendiri, karena promosi tersebut juga dibarengi dengan masuknya pupuk kimia
(urea) yang menjadi syarat utama dalam penanaman varietas baru tersebut.
Penggunaan pupuk kandang mengalami penurunan karena pupuk urea dapat
dipergunakan lebih praktis dan hasilnya bisa segera dilihat oleh si pemakai..
Petani yang dulu akrab dengan teknologi ramah lingkungan dan mampu
mengembangkan pengetahuan lokal, mulai terkikis habis menjadi pengetahuan dan
budaya instan yang merusak atau tidak ramah lingkungan. Kesuburan tanah menurun
dari tahun ketahun
BAB II
PEMBAHASAN
Ekologi
Bambu
Bambu
sebagai salah satu tumbuhan daerah tropis dan subtropik. Termasuk dalam devisi
spermatophyta, subdevisi angiospermae, klas monocotyledonae, ordo Graminales,
family graminiae, sub family bamusoideae. Secara alami bambu dapat tumbuh pada
hutan primer maupun hutan skunder (bekas perladangan dan belukar). Pada umumnya
bambu menghendaki tanah subur, sedangkan jenis lainnya dapat tumbuh pada tanah
yang kurang merupakan jenis tanaman berkayu masuk dengan tempat tumbuhnya bambu
adalah curah hujan yang cukup, minimal 1000 mm/thn ( Anonim, 1998).
Anonim
(1999), mengemukan bahwa tanaman bambu dapat tumbuh mulai dari 0 – 1500 m dari
permukaan laut, bahkan jenis –jenis yang berbatang kecil dijumpai tumbuh pada
ketinggian antara 2000-3750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3750 m dari
atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.
Syarat
Tumbuh Bambu
Menurut Anonim
(2010), faktor-faktor yang mempengaruhi syarat tumbuh bambu adalah sebagai
berikut :
1. Tanah
Bambu dapat tumbuh
baik pada semua jenis tanah terutama jenis tanah asosiasi latosol cokelat
dengan regosol kelabu. pH tanah yang dikehendaki antara 5,6 – 6,5.
2. Ketinggian
Tempat
Tanaman bambu
dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi yaitu antara
0 – 1000 mdpl bahkan jenis –jenis yang
berbatang kecil dijumpai tumbuh pada
ketinggian antara 2000-3750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3750 m dari
atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.
3. Iklim
Faktor uang mempengaruhi adalah curah
hujan, suhu udara dan kelembapan udara. Adapun kondisi yang baik adalah sebagai
berikut :– 360 C, Kelembapan : 80 %
4. Teknik Pembibitan
Perbanyakan tanaman bambu dapat
dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif, perbanyakan generatif melalui
bijinya, sedangkan perbanyakan vegetatif melalui stek batang atau stek rhizoma.
5. Pola Tanam
a. Penanaman Monokultur
Penanaman bambu secara murni dilakukan dengan menanam satu jenis bambu
pada seluruh areal yang luas, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah
besar.
b. Penanaman
Campuran
Penanaman tanaman
bambu ditanam bersama-sama dengan tanaman lainnya dengan tujuan mengendalikan
erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
Kami mengambil kasus di desa
pengkol kecamatan karanggede yang telah menggunakan dan memanfaatkan daun bambu
sebagai bahan pupuk kompos.
Kini mereka tidak lagi
tergantung pada pupuk dan pestisida kimia. Setelah mendapat bimbingan dari
beberapa LSM yang peduli mereka telah menerapkan pertnaian yang ramah lingkungan.
Berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dalam penggunaan kompos, beberapa petani
mengatakan pupuk kandang yang kandungannya tunggal, ternyata menyebabkan
pertumbuhan tanaman terlalu subur sehingga sangat disukai oleh hama tikus
maupun wereng.
Oleh karena itu petani Dukuh
Waru mengembangkan kreatifitasnya untuk meningkatkan mutu kompos dengan
menggunakan “bahan dasar” dan “bahan tambahan”. Bahan dasar, merupakan
bahan-bahan penyusun kompos yang diperlukan dalam jumlah besar dan tersedia di
wilayah setempat seperti jerami, kotoran ternak maupun abu sekam. Sedangkan
bahan tambahan adalah: kapur, bakteri dan starbio.
Setelah menggunakan kompos yang
dibuat dengan bakteri, petani masih merasa belum puas karena tanaman padinya
masih kuning dan kerdil. Mereka menduga bahwa hal ini disebabkan oleh rendahnya
pH tanah, yang belum bisa diselesaikan hanya dengan menggunakan kompos.
Berdasarkan informasi dari salah
satu petani di desa lain, daun bambu mengandung banyak unsur P dan K. Kedua
unsur ini sangat berguna bagi perbaikan struktur tanah dan bagi pertumbuhan
tanaman. Petani tersebut telah mencoba di lahannya sendiri. Dengan menambahkan
daun bambu kering ke lahan sawah, ia tidak perlu lagi menggunakan pupuk P dan
K. Dengan demikian petani tersebut tidak lagi menggunakan pupuk kimia sama
sekali setelah memakai kompos ditambah dengan daun bambu kering. Beberapa orang
petani Dukuh Waru mencoba pengalaman tersebut di lahan mereka. Ternyata dari
hasil percobaannya terbukti, bahwa kesuburan dan produksi padi yang dipupuk dengan
“P” dan “K” kimia tidak berbeda dengan padi yang hanya diberikan daun bambu
kering.
Mulai saat itu, daun bambu yang
semula hanya dibakar dan dibiarkan berserakkan di kebun “tegalan” sekarang
seperti menjadi barang berharga dan selalu mendapat perhatian bagi semua orang
di Dukuh Waru.
Banyak ahli yang mengatakan
bahwa pengembangan kompos atau pupuk organik memiliki banyak kendala,
diantaraya diperlukannya jumlah besar kompos/pupuk organik untuk per luasan
lahan. Sehingga sering jumlahnya tidak mencukupi dan memerlukan biaya angkut
yang tinggi. Satu lagi, yang sering dianggap sebagai kendala dalam pembuatan
dan penerapan kompos adalah banyaknya waktu maupun tenaga yang diperlukan.
Sehingga banyak petani yang tidak bersedia untuk menggunakan teknologi yang
kurang praktis ini.
Menghadapi persoalan semacam
itu, petani Dukuh Waru pun belajar bagaimana membawa kompos dan bahan organik
sebanyak mungkin ke sawah tanpa perlu menambah jam kerja. Petani Dukuh Waru
membawa daun bambu dan kotoran hewan ketika berangkat ke sawah sehari 2 kali.
Dan itu dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki. Cara yang diterapkan oleh
petani di Dukuh Waru tersebut membuat kendala penerapan pupuk kompos dan pupuk
organik lainnya menjadi “tidak berarti”. Persoalan jumlah, mereka atasi dengan
menggunakan daun bambu dan seresah tanaman lainnya. Persoalan biaya
pengangkutan mereka atasi dengan mengangkutnya pada waktu musim kemarau, dimana
petani tidak banyak pekerjaan.
Manfaat
Ekologi (Lingkungan Hidup)
a)
Bambu mempunyai pertumbuhan yang cepat, sistem
perakaran yang kuat dan luas sehingga dapat mencegah erosi, tanah longsor dan
banjir.
b)
Penanaman bambu pada hamparan lahan kritis yang
luas diharapkan akan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan.
c)
Sebagai tanaman yang memiliki total luas daun
yang besar dan berbulu halus serta mempunyai jaringan akar yang luas, maka
tanaman bambu dapat ikut menyerap dan mengikat berbagai bahan dan gas pencemar
di udara, tanah dan air.
d)
Asli dari Indonesia, sehingga bambu mempunyai
peranan penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
e)
Dengan bentuk dan jenisnya yang beranekaragam
bambu dapat digunakan sebagai tanaman hias pertanaman di perkotaan, sehingga
dapat menambah keindahan dan kesejukan lingkungan.
f) Dalam
komunitas yang luas bambu dapat menjadi habitat berbagai jenis satwa liar
seperti burung, bajing dan lain-lain.
Pengembangan
Tanaman Bambu
Adapun cara
pengembangan bambu yaitu :
a.
Sebagai pengendali erosi dan konservasi air
dapat dikembangkan pada lahan kritis sekaligus sebagai tanaman penghijauan.
b. Sebagai
upaya pengendali tanah longsor dan banjir dapat dikembangkan di tebing-tebing
sungai, tepi jurang, tanah-tanah perbukitan dan tanah kosong lainnya.
c.
Untuk menambah keindahan, keasrian lingkungan
dapat dikembangkan bambu hias tanam ditanam kota, perkarangan rumah, tepi
lapangan, ditepi jalan, halaman sekolah dan halaman rumah.
d.
Sebagai upaya penanggulangan polusi udara dan
kebisingan dapat dikembangkan pula taman bambu dan bambu hias di lingkungan
industri, halaman pabrik dan di lingkungan perumahan.
e. Pada
kawasan penyangga kawasan lindung dapat dikembangkan di lahan milik rakyat
sebagai pemilikan atau di kawasan hutan sebagai tanda batas hutan antara lahan
milik dan lahan hutan milik Negara.
Kelebihan
Bambu
Bambu
mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat
tumbuh mulai 0- 1500 m dari di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan
memiliki akar rimpang yaitu semacam batang bukan akar maupun tandang. Bambu
memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran
lebih kecil dibandingkan dengan bulunya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh
akar-akar yang memungkinkan untuk memperbanyak tanaman ini dari
potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.
Menurut Wahyudin (2008), ada tiga kelebihan bambu jika
dibandingkan tanaman kayu antara lain:
1. Tumbuh dengan cepat
Bambu merupakan tanaman yang dapat
tumbuh dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu. Dalam sehari
bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk
mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki
mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera
tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus
secara cepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan bambu ini akan mengalami
kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menggantinya dengan pohon baru.
2. Tebang Pilih
Bambu yang telah dewasa yakni umur
3-6 tahun dapat dipanen untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam memanen
dapat melakukan dengan dua cara yaitu dengan metode tebang pilih dan tebang
habis. Tebang habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik
batang yang tua maupun yang muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan
didapatkan kualitas bambu yang berbeda-beda dan tidak sesuai dengan yang
diinginkan, selain itu akan memutuskan regenerasi bambu itu sendiri. Metode
tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat
efektif karena akan didapatkan mutu
bambu sesuai dengan yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan
tetap berjalan.
3. Meningkatkan Volume Air Bawah
Tanah
Tanaman bambu memiliki akar rimpang
yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan
air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan
35-40%. Bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %.
Bambu merupakan tanaman yang memiliki
manfaat sangat penting bagi kehidupan, semua bagian tanaman mulai dari akar,
batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan. Menurut Departemen Kehutanan, (2004), manfaat bambu ditinjau dari
setiap bagian tanamannya antara lain :
a. Akar
Akar tanaman bambu dapat berfungsi
sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, takheran bila beberapa jenis
bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan
penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Bambu juga dapat berperan
menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri, bagian tanaman ini menyaring
air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu
akar bambu melakukan penampung mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber
penyediaan air sumur (Departemen Kehutanan, 2004).
b. Batang
Batang bambu memang merupakan bagian
yang paling banyak diusahakan untuk dibuat berbagai macam barang untuk
keperluan sehari-hari, batang bambu baik yang masih muda maupun yang sidah tua
dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, namun ada juga jenis bambu yang
dapat dan tidak dapat dimanfaatkan (Departemen Kehutanan, 2004).
c. Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai
alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik, selain itu di
dalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk
mengobati demam panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mengandung
zat yang bersifat mendinginkan, dengan demikian panas dalam dapat dengan mudah
dihalau, dari hasil penelitian diketahui cairan bambu juga dapat menyembuhkan
lumpuh badan sebelah yang diakibatkan darah tinggi (Departemen Kehutanan,
2004). Serta dimanfaatkan untuk campuran
pupuk kompos yang kaya akan unsur P dan K yang berguna bagi tanaman, sehingga
biaya untuk penambahan unsur P dan K dapat berkurang kedepannya.
d. Rebung
Rebung merupakan tunas bambu atau
disebut uga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam
tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya, rebung dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis-sayur-sayuran.
Namun tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk pangan, karena
rasanya ada yang pahit (Departemen Kehutanan, 2004).
e. Tanaman Hias
Tanaman bambu banyak pula yang
dimanfaatkan sebagai tanaman hias, mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil,
lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar dipekarangan.
Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk
halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan untuk pot (Departemen
Kehutanan 2004).
Fungsi bambu untuk konservasi tanah :
Setelah
dilihat dari tinjaauan diatas, tanaman bambu sangat baik bagi perbaikan lahan,
unsur dari daun yang kaya akan unsur P dan K, serta akar tanaman yang berguna
sebagai penahan erosi dan longsor. Maka dengan ini tanaman bambu sangat baik
digunakan dilahan pertanian terutama daerah yang lerengnya miring. Karena akan
berdampak sangat baik untuk penahan erosi dan sekaligus sebagai pemagar lahan.
Disamping itu juga saat bambu siap panen, bambu dapat dimanfaatkan menjadi
berbagai hal kegunaan seperti properti, kerajinan, dan masih banyak lainnya.
Dengan pemanfaatan yang baik pada tanaman bambu ini, diharapkan dapat membantu
pengurangan biaya produksi pertanian, serta memberikan penghasilan bagi para
petani
Dari pembahasan kami mengenai daun
bambu ini, masih sangat jarang petunjuk unsur dari kandungan daun bambu ini
sendiri, sehingga daun bambu kedepannya harus di telilti guna mendapatkan
persentasi unsur hara dari daun bambu itu sendiri guna perbaikan struktur tanah
pertanian.
KESIMPULAN
Setelah dilihat
dari tinjaauan diatas, tanaman bambu sangat baik bagi perbaikan lahan, unsur
dari daun yang kaya akan unsur P dan K, serta akar tanaman yang berguna sebagai
penahan erosi dan longsor. Maka dengan ini tanaman bambu sangat baik digunakan
dilahan pertanian terutama daerah yang lerengnya miring. Karena akan berdampak
sangat baik untuk penahan erosi dan sekaligus sebagai pemagar lahan. Disamping
itu juga saat bambu siap panen, bambu dapat dimanfaatkan menjadi berbagai hal
kegunaan seperti properti, kerajinan, dan masih banyak lainnya. Dengan
pemanfaatan yang baik pada tanaman bambu ini, diharapkan dapat membantu
pengurangan biaya produksi pertanian, serta memberikan penghasilan bagi para
petani
Masukkan Komentar di bawah