BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi memang dapat menciptakan
suatu yang baru. Dan apabila teknologi dipadukan dengan seni, hasilnya akan
lebih mempesona lagi. Hal ini dapat dilakukan pada tanaman. Cara memperbanyak
tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai yang sederhana sampai yang rumit. Ada
yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Hal tersebut sangat
bergantung pada beberapa faktor, antara lain cara perbanyakan yang kita pilih,
jenis tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan pekerja, dan sebagainya.
Perbanyakan tanaman bisa kita
golongkan menjadi dua golongan besar, yaitu secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara generatif atau seksual adalah perbanyakan dengan
menggunakan biji. Namun demikian, perbanyakan secara generatif memiliki
kendala, yaitu tidak semua tanaman menghasilkan biji, ada tanaman menghasilkan
biji, tetapi biji tersebut tidak dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Disamping
itu tanaman yang ditanam dengan biji terkadang ada yang memiliki rasa dan hasil
yang mengecewakan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka
dilakukan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan vegetatif dapat dibedakan
menjadi dua yaitu secara alami dan
secara buatan. Perbanyakan vegetatif yang biasanya dilakukan adalah vegetatif buatan,
salah satunya dengan cara menempel atau okulasi.
Menempel juga disebut okulasi. Cara
perbanyakan tanaman dengan okulasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan stek dan
cangkok, karena okulasi dilakukan pada tanaman dengan perakaran yang baik serta
tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang
mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Teknik
okulasi dapat menciptakan sesuatu yang baru bila dipadukan dengan seni,
sehingga hasilnya akan lebih mempesona hal tersebut dapat dilakukan pada
tanaman misalnya pada tanaman puring. Puring merupakan tanaman hias yang banyak
diminati orang. Selain sebagai tanaman hias puring juga digunakan sebagai
tanaman pagar dan tanaman obat. Karena banyak manfaat yang dimiliki oleh
tanaman ini, maka dari itu dilakukan perbanyakan dengan cara okulasi.
Oleh karena itu, pada makalah ini
akan dijelaskan mengenai pengertian menempel atau okulasi, macam-macam cara
okulasi, faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi, sejarah
tanaman puring, langkah- langkah okulasi tanaman puring dengan cara okulasi
huruf T, dan kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara
okulasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan menempel atau
okulasi?
2. Apa sajakah
macam-macam cara okulasi?
3. Apa sajakah
faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan okulasi?
4.
Bagaimanakah sejarah tanaman puring?
5. Bagaimanakah langkah-langkah mengokulasi tanaman puring?
6. Apakah
kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi?
1.3
Tujuan
Penulisan ini mempunyai tujuan
sebagai berikut.
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan menempel atau okulasi.
2. Untuk
mengetahui macam-macam cara okulasi.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi.
4. Untuk
mengetahui sejarah tanaman puring.
5. Untuk
mengetahui langkah- langkah mengokulasi tanaman puring.
6. Untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Menempel atau Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie
(belanda) atau budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi
memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan stek dan mencangkok karena
okulasi dilakukan pada tanaman dengan perakaran yang baik serta tahan terhadap
serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah
lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Banyak jenis tanaman yang
dapat diokulasi, ada yang mudah dilakukan dan ada juga yang susah dilakukan.
Seperti pada tanaman puring, jeruk, durian, adenium, advokat, rambutan, dan
tanaman lainnya.
Syarat tanaman dapat di okulasi yaitu tanaman tidak sedang
Flush (sedang tumbuh daun baru), antara batang atas dan batang bawah harus
memiliki umur yang sama, tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada
saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kayunya. Saat
ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara
aktif. Setiap pohon mempunyai waktu pembelahan
yang berbeda, ada yang aktif dimusim kemarau dan ada pula yang aktif dimusim
hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya pelepasan kulit kayu
adalah curah hujan, ketinggian tempat dan sebagainya.
Jika kita melakukan okulasi tanaman pada saat musim hujan,
jangan dilakukan pada waktu hujan sedang turun, karena jika tempelan kemasukan
air maka kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Secara umum pekerjaan
okulasi terdiri atas pengirisan batang bawah, pengambilan, penyisipan mata,
pengikatan tempelan, pelepasan ikatan, pemotongan batang pokok. Pelepasan
ikatan dan pemotongan batang pokok sering disebut dengan pemeliharaan okulasi.
2.2 Macam-macam Cara Okulasi
Banyak
cara okulasi yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah okulasi huruf T, cara Forkert, cara okulasi Forkert yang
disempurnakan, okulasi Segiempat, okulasi Jendela, okulasi Haji Ali atau
okulasi Stempel.
1. Okulasi huruf
T
Disebut demikian karena irisan dari batang
pokok berbentuk huruf T atau huruf T
terbalik. Adapun caranya sebagai berikut:
Kita buat irisan melintang kurang
lebih 1 cm dari lingkaran batang. Dari pertengahan irisan melintang ini kita
buat irisan vertikal ke bawah (huruf T) atau ke atas ( huruf T terbalik).
Panjang irisan vertikal lebih kurang
3cm. Kulit di kedua belah sisi irisan vertikal diangkat dengan pisau. Kita ambil mata dengan cara menyayat atau bentuk segiempat.
Setelah kayu dilepaskan dari kulit mata, maka mata ini segera disisipkan ke
bawah kulit batang pokok yang telah diiris tadi.
2.
Okulasi cara Forkert
Okulasi dengan cara Forkert biasanya memberi
hasil lebih baik dibanding dengan okulasi huruf T karena kambium pada cara
Forkert tidak rusak tergores pisau, terutama di bagian tengah yang akan
ditempeli mata. Adapun caranya adalah sebagai berikut:
Pada batang pokok , kita buat irisan
melintang sepanjang 1 cm, dari ujung irisan melintang ini kita buat irisan
vertikal yang tegak lurus ke arah bawah. Panjang irisan lebih kurang 3cm. Dengan menggunakan sudip pelan-pelan irisan ini kita buka.
Cara membuka irisan ini dimulai dari atas lalu di tarik ke bawah. Agar kambium
tidak mengering maka irisan yang telah kita buka tadi kita tutup kembali. Untuk
menjaga supaya irisan tidak membuka kembali maka perlu diikat seperlunya. Mata
tunas diambil dengan cara sayatan atau irisan segiempat. Besarnya kulit mata
ini harus lebih kecil daripada irisan yang telah kita buat. Bila ukuran kulit
mata sama atau lebih besar dariada irisan yang telah kita buat maka kita akan
mengalami kesulitan untuk menempelkan kulit mata dan akibatnya okulasi akan gagal.
Kulit mata yang telah dilepas kayunya, di dalamnya ada kambiumnya dan diluar
ada matanya, ditempelkan pada irisan batang pokok yang telah kita buka lebar-lebar. Setelah
kambium menempel pada kambium batang pokok, maka kulit irisan batang pokok ditutup kembali. Dalam waktu 2-3 minggu
kemudian ikatan dibuka. Bila matanya masih hijau berarti ada harapan okulasi
akan jadi. Kemudian kulit yang menutup mata dipotong di bawah mata supaya tunas
dapat tumbuh bebas.
3.
Okulasi Forkert yang disempurnakan
Dasar okulasi ini seperti okulasi Forkert,
tapi mengalami sedikit perubahan, sehingga bentuk irisinnya seperti huruf H.
Oleh sebab itu, cara okulasi forkert yang disempurnakan sering disebut dengan
okulasi H. Okulasi H banyak diterapkan pada okulasi tanaman buah-buahan di
Indonesia karena tingkat keberhasilannya tinggi. Adapun caranya adalah sebagai
berikut:
Di bagian batang pokok yang telah
kita pilih, dibuat irisan melintang selebar 2,5 cm. Dari ujung- ujung irisan
ini maka kita buat irisan tegak lurus ke bawah maupun ke atas sepanjang 2 cm.
Dan jika kita perhatikan, maka bentuk irisan ini akan menyerupai huruf H.
Secara pelan-pelan kulit kayu dari irisan melintang ini kita sayat ke atas dan
ke bawah sehingga terbentuk dua lidah yang mengarah ke atas dan ke bawah. Pada cabang mata kita buat irisan dengan panjang 3 cm dan
lebar 2 cm, dan letak mata diperkirakan di tengah- tengah irisan ini. Dua lidah pada batang pokok kita buka, lalu irisan mata kita
tempelkan sehingga kambium melekat. Luka ini selanjutnya ditutup dengan lilin,
kemudian diikat dengan tali plastik. Cara pengikatan dengan sistem genting
yaitu dari bawah ke atas.
4.
Okulasi Segiempat
Bentuk irisan okulasi segiempat sama
dengan cara okulasi Forkert, hanya lidah dari kulit batang pokok dibuang.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
Kita buat irisan yang berbentuk
segiempat atau bujur sangkar pada batang pokok di tempat yang telah kita
tentukan. Panjang sisi – sisi dari irisan ini adalah 1,2 – 1,5 cm. Dengan menggunakan sudip (pisau), kulit kayu ini kita angkat
sampai terlepas. Selanjutnya dibuat irisan segiempat pada kulit sekitar mata.
Ukuran irisan segiempat ini harus lebih kecil dibanding ukuran irisan pada
batang pokok sehingga bisa masuk pada irisan batang pokok. Kulit mata ditempelkan pada irisan batang pokok, kemudian
diikat dengan tali plastik.
5.
Okulasi Jendela
Pelaksanaan okulasi jendela
memerlukan waktu yang agak lama dan rumit. Pada lidah kulit yang telah dibuat,
harus dibuat lubang. Lubang tersebut nantinya digunakan untuk tempat mata,
dengan demikian mata tidak akan tertutup oleh lidah atau kulit batang pokok.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
Kita buat lebih dulu irisan pada
batang pokok. Untuk membuat irisan ini ada dua cara. Pertama, pada ketinggian
kira-kira 15 cm dari permukaan tanah dibuat dua buah irisan vertikal yang
arahnya ke atas. Jarak antara dua irisan ini 1,25 cm, kemudian kedua irisan ini
bertemu kira-kira pada ketinggian 21 cm dari permukaan tanah. Cara kedua,
kira-kira 21 cm dari permukaan tanah kita buat irisan tegak lurus ke arah bawah
sepanjang 5 cm. Dengan pelan-pelan kita angkat
irisan ini dengan sudip atau pisau, sehingga terbentuk lidah. Lidah ini isa
berbentuk lancip atau rata pada ujungnya bergantung pada cara yang kita pilih. Di
tengah-tengah lidah itu kita buat lubang berbentuk segiempat dengan panjang 0,9
cm dan lebarnya 0,6 cm. Kita
siapkan kulit pohon yang ada matanya yang panjangnya 4,5 cm dan lebarnya 1 cm.
Mata kita tempelkan pada kayu batang pokok sehingga kambiumnya bertemu dan diusahakan
mata terletak tepat pada lubang lidah bila nanti ditutupkan. Dengan demikian
kulit lidah akan menutupi kulit mata dan
kambium benar-benar menempel rata. Luka bekas irisan ditutup dengan lilin atau
parafin, kemudian diikat dengan tali plastik dengan sistem ikatan genting yaitu
dari bawah ke atas.
6.
Okulasi Haji Ali atau Stempel
Cara okulasi ini lebih menguntungkan
dibanding menggunakan pisau okulasi karena harga alat lebih murah, bahkan dapat
dibuat sendiri. Cara kerjanya lebih cepat, tingkat keberhasilan lebih tinggi,
dan biaya produksi lebih rendah. Adapun caranya adalah sebagai berikut:
Pisau ditancapkan pada kulit batang
pokok tempat okulasi. Posisi pisau mula-mula miring, lalu semua mata pisau
dirapatkan sambil ditekan. Dengan pelan- pelan pisau diangkat, maka kulit
batang pokok ini akan terikut dan kulit ini kita buang. Kita ambil mata, caranya sama dengan pengambilan kulit pada
batang pokok. Mata beserta kulitnya yang menempel pada pisau lalu kita angkat
dengan kuku ibu jari dan telunjuk. Secara perlahan – lahan mata ini kita
tempelkan pada lubang bulat yang telah kita buat tadi, sehingga letaknya bisa
tepat benar. Kemudian kita ikat dengan tali
plastik dari bawah ke atas (sistem genting).
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Okulasi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a.
Faktor lingkungan
Waktu penempelan
Pada umumnya penempelan dilakukan pada
waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.
Temperatur dan kelembaban
Temperatur dan kelembaban yang optimal
akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat diperlukan untuk
berhasilnya suatu tempelan. Temperatur yang diperlukan dalam penempelan
berkisar antara 7,20 C-320 C, bila temperatur kurang dari 7,20 C pembentukan
kalus akan lambat. Bila lebih dari 320 C pembentukan kalus juga lambat dan
dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan
adalah 250C-300C. Penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban
rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus
pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.
Cahaya
Cahaya matahari berpengaruh pada waktu
pelaksanaan penempelan berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya
dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat
memancar dan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan
batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah
sambungan.
b.
Faktor tanaman
Kompatibilitas dan inkompatibilitas
Pada umumnya batang atas dan batang
bawah dari varietas sama akan
menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman/hasil
tempelan yang dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat. Sedangkan inkompatibilitas, salah
satunya adalah terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan
(tanaman menjadi kerdil).
Keadaan fisiologi tanaman
Beberapa tanaman mengalami kesukaran
untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk
kalus.
Pengelupasan kulit kayu
Pengelupasan kulit kayu sangat
berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium
pada batang atas dan batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari.
Penyatuan kambium
Agar persentuhan kambium batang atas
dan batang bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan
batang atas dipilih yang hampir sama.
c.
Faktor pelaksana
Keahlian
Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik
terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
Kesempurnaan alat
Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan
alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.
2.4
Sejarah Tanaman Puring (Codiaeum
Variegatum BL)
Puring
termasuk tanaman hias perdu yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar.
Puring pertama kali diidentifikasi di wilayah laut Seram, Maluku, pada 1600
dengan nama ilmiah Codiaeum mollucanum alias Crozophyla, Junghuhnia,
Phyllaurea, dan Synaspisma. Nama lain
dari tanaman puring antara lain: pudding, croton, kraton, torimas dan
lain-lain. Di Eropa, puring mulai dikenal pada 1804 ketika perahu East Indies
berlabuh di London, Inggris. Kecantikan puring membuat kaum bangsawan Inggris
menggandrunginya. Lantaran tanaman ini masih langka dan hanya dimiliki kaum bangsawan,
maka dinamakan King of Plant.
Bak lukisan, tanaman puring memiliki
warna-warni yang indah, cerah dan cantik. Tanaman dengan nama latin
Codiaeum, sebuah nama yang diberikan
oleh seorang botaniawan asal belanda GE Rumphius pada 1660 ini merupakan tanaman asli tropis. Namun
dalam perkembangannya, tanaman ini lebih banyak dikembangkan di daratan Eropa,
Amerika Serikat, dan Jepang. Sedangkan di kampung halamannya, yakni Indonesia,
Filipina, Thailand, Malaysia, Srilangka dan India, tanaman ini masih dianggap
tanaman liar.
Setelah berjaya di Eropa dan Amerika
pada abad 18, terutama setelah kelahiran puring varietas-varietas baru hasil
persilangan, mulailah kaum petani tanaman hias Asia melakukan pembudidayaan.
Tidak jelas sejak tahun berapa, namun dalam perkembangannya kini banyak
bermunculan varietas baru yang cantik dan unik, seperti puring apel merah dan
kura-kura asal Thailand, dust ruby asal Filipina, puring tokek asal Malaysia,
dan puring oscar, puring concord brazil asal Indonesia.
Asal-usul
tanaman puring dan habitatnya, berdasarkan sistem klasifikasi adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamili : Crotonoideae
Rumpun : Codiaea
Genus : Codiaeum A.Juss
spesies : Codiaeum affine, Codiaeum
hirsutum,
Codiaeum megalanthum, Codiaeum
tenerifolium, dan Codiaeum veriegatum.
Dari bentuk daun, puring dibedakan
menjadi puring berdaun oval, berdaun pita atau keriting, dan berdaun telapak
kaki bebek. Warna daun ada yang campuran merah, hijau, kuning, merah muda dan
putih. Adapun kandungan yang
terkandung dalam tanaman puring yaitu
kulit batang dan akarnya mengandung zat samak dan zat yang rasanya panas
dilidah dan tenggorokan. Selain itu, adapun manfaat tanaman puring antara lain:
Di daerah Pasundan daun puring muda berwarna kuning kadang
dimakan sebagai sayuran.
Air rebusan daun puring kuning bisa digunakan untuk mandi
dan dapat membantu memperlancar keluarnya keringat, dan jika diminum dapat
menurunkan panas badan karena demam.
Untuk mengobati penyakit sipilis.
Untuk mengobati sakit perut.
2.5 Kelebihan dan Kelemahan
dari Perbanyakan Tanaman dengan Cara Okulasi
Dari
praktek okulasi terhadap tanaman puuring yang dilakukan dan menurut sumber yang di baca dapat ditarik
beberapa kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi.
Beberapa
kelebihan perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu sebagai berikut.
Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan
produktifitas yang tinggi.
-
Ada beberapa warna di satu pohon.
-
Tanaman memiliki sifat yang baru.
-
Pertumbuhan tanaman yang seragam.
-
Penyiapan benih relatif singkat.
Beberapa
kelemahan dari perbanyakan dengan cara okulasi yaitu sebagai berikut.
· Terkadang suatu tanaman hasil
okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara
batang bawah dengan batang atas (entres).
· Perlu menggunakan tenaga ahli untuk
pengokulasian ini.
· Bila salah satu syarat dalam
kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal
atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pemaparan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa menempel atau okulasi adalah salah satu jenis perbanyakan
secara vegetatif buatan. Cara
memperbanyak tanaman dengan okulasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding
dengan stek dan mencangkok karena okulasi dilakukan pada tanaman dengan
perakaran yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan
dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai perakaran yang
kurang baik. Salah satu tanaman yang dapat di okulasi adalah tanaman puring
Banyak cara okulasi yang bisa kita lakukan, diantaranya
adalah okulasi huruf T, cara Forkert,
cara okulasi Forkert yang disempurnakan, okulasi Segiempat, okulasi Jendela,
okulasi Haji Ali atau okulasi Stempel. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu faktor lingkungan, faktor
tanaman dan faktor pelaksana. Dengan memperhatikan faktor – faktor yang
mempengaruhi okulasi, okulasi yang saya lakukan dengan menggunakan cara okulasi huruf T
dapat dinyatakan “berhasil”.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman
dengan cara okulasi. Kelebihannya adalah dapat diperoleh tanaman dengan produktifitas yang
tinggi, ada beberapa warna di satu pohon, tanaman memiliki sifat yang baru,
pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat. Sedangkan
kelemahannya adalah terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang
normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang
atas (entres) dan bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak
terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal atau mata entres tidak tumbuh
sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Puring yang eksotik. Artikel Tanaman
Hias (Online). (http://www.c-
Publisher.com/News/Detail-News.asp), diakses 17 April 2009.
Publisher.com/News/Detail-News.asp), diakses 17 April 2009.
Budiarto, Slamet. 2007. Croton, Fenomena Baru Trend
Tanaman Hias di Indonesia.
Artikel (Online).
Artikel (Online).
(http://www.vincanursery.com/2007022612/Artikel/croton-Fenomena-baru-trend-tanaman-hias-di-indonesia.html),
diakses 17 April 2009.
Purwanto, Arie W. 1999. Puring. Kanisius.
Yogyakarta.
Rahma. 2009. Karakter Puring. Artikel Tanaman Hias
(Online).
(http://shopaholic.Blogspot.com/puring-cantik/karakter-puring),
diakses 17 April 2009.
Rahma. 2009. Syarat Tumbuh. Artikel Tanaman Hias
(Online).
(http://shopaholic.Blogspot.com/puring-cantik/syarat-tumbuh),
diakses 17 April 2009.
Steenis, Van. 2003. Flora untuk Sekolah di
Indonesia. Pradnya Paramita. Jakarta.
Wikipidia Indonesia. 2008. Codiaeum variegatum. Katalog
Tanaman Hias (Online).
(http://www.wikipedia.org/wiki/Codiaeum_variegatum),
diakses 26 April 2009.
http://luhsudiani.blogspot.com/2013/01/makalah-okulasi.html
Masukkan Komentar di bawah