BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kegiatan dalam usaha produksi
pertanian, misalnya tanaman pangan, dibedakan dalam dua tahap yaitu tahap budidaya dan
tahap pascapanen. Batas kedua tahap ditandai dengan kegiatan panen atau
pemungutan hasil. Oleh karena waktu kegiatan yang langsung antara panen dan
pascapanen, seringkali kegiatan panen dimasukkan ke dalam kelompok pascapanen.
Dalam bidang
pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut
pasca produksi (postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai
pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk
semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi
“segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Penanganan pascapanen, yang
merupakan tahap selanjutnya, adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak
produk dipanen sampai siap dikonsumsi (untuk produk segar) atau sampai siap
diolah (sebagai bahan produk olahan). Penanganan
pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi
baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku
pengolahan.
Dengan
mengacu pada tujuan dari penanganan pasca panen itu sendiri, penentuan waktu
yang tepat untuk dilakukannya pemanenan sangatlah penting. Maka dari itu
disusunlah makalah ini untuk memberikan beberapa pengetahuan mengenai penentuan
saat yang tepat untuk panen.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui saat-saat (waktu)
yang tepat untuk dilakukan panen pada berbagai tanaman secara umum.
BAB II
PEMBAHASAN
Panen merupakan suatu
kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan sudah saatnya
untuk dipetik hasilnya. Panen
merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi
merupakan awal dari pekerjaan pasca
panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas
yang dipanen tersebut selanjutnya akan
melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen.
Panjang-pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca
panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan.
Pada
dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari
lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang
minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang “rendah”.
Untuk
mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada
pemanenan,
yaitu :
1.
Menentukan
waktu panen yang tepat.
Yaitu
menetapkan saat panen yang tepat sehingga tidak
terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada
saat panen atau pasca panen.
2.
Melakukan
penanganan panen yang baik.
Yaitu
menekan kerusakan yang dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis)
cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan, disesuaikan dengan
kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang
rendah.
Untuk
menentukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai untuk
menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus mengetahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian
tanaman yang akan dipanen.
Menentukan
waktu panen atau kematangan yang tepat juga tergantung dari komoditas dan
tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Untuk serealia
(biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering. Pada buah-buahan, untuk pemasaran jarak dekat,
komoditas dapat dipanen saat sudah matang benar dan ini umumnya tidak sulit
untuk ditentukan, tapi untuk pemasaran jarak jauh atau untuk dapat disimpan
lama, kita harus mempertimbangkan jarak atau waktu tersebut dengan proses
kematangan yang terjadi dari tiap komoditas.
Bila panen terlalu awal, kualitas hasil akan rendah, begitu juga bila
panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan. Selain menentukan
kematangan yang tepat, saat akan melakukan
panen juga harus memperhatikan
kondisi lingkungan yang sesuai.
Permasalahan
yang sering terjadi diantaranya kualitas
produk pertanian membutuhkan
ketepatan waktu panen,
kualitas produk pertanian khususnya hortikultura, yang setelah dipanen
tidak bisa dinaikkan, hanya
bisa dipertahankan.
Menentukan saat panen ini perlu dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan
faktor-faktor lain seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja
dan pengangkutan hasil produksi. Kegiatan ini penting dilakukan bagi petani,
baik untuk tanaman semusim (tanaman pangan dan hortikultura) maupun tanaman
tahunan (tanaman buah-buahan dan tanaman industri).
Perlunya penentuan saat panen yang
tepat mengacu dari berbagai pertimbangan-pertimbangan yang merupakan dasar
untuk mengambil keputusan mengapa tanaman harus segera dipanen atau ditunda.
Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain :
a.
Adanya
kriteria yang diberlakukan bagi tanaman untuk siap dipanen sesuai dengan
kebutuhan produksinya. Apakah hasil panen akan dijual sesuai kriteria
permintaan pasar atau sesuai kriteria pemanfaatan hasil produksi, misalkan
untuk benih.
b.
Pertimbangan
waktu yang berkaitan dengan keadaan cuaca/iklim pada saat panen, baik untuk
kemudahan pada saat pelaksanaan panen ataupun karena pengaruh cuaca/iklim
terhadap sifat hasil produksi yang akan dipanen.
c.
Pertimbangan
umur tanaman atau umur buah, dimana untuk beberapa jenis tanaman sudah
mempunyai ketentuan pada umur tertentu sudah harus dipanen.
Ada beberapa kriteria ataupun
indikator yang sebaiknya diikuti untuk menentukan saat yang tepat untuk panen.
Hal ini tergantung dari apakah hasil produksi akan langsung dijual atau akan
dijadikan benih. Tetapi secara umum kriteria yang biasa digunakan bagi para
petani adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan
visual / penampakan
Beberapa
jenis komoditas dapat ditentukan saat panennya berdasarkan kenampakan baik
kenampakan dari buah, batang ataupun daunnya. Kriteria ini paling banyak dipergunakan baik pada komoditas buah ataupun komoditas sayur. Misalnya dengan melihat
warna kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun
mengering dan lain-lain. Kriteria ini sangat mudah untuk dilakukan karena dapat
dilihat secara langsung. Sifatnya
sangat subjektif , keterbatasan dari indra penglihatan manusia
menyebabkan sering terjadinya salah pemanenan yang
dilakukan,
seperti : terlalu
muda/awal/atau terlalu tua/ lewat panen.
b. Berdasarkan
fisik
Berdasarkan
jenis komoditas tanaman dapat dilihat dari segi fisik atau morfologinya. Indikator sering digunakan
khususnya pada beberapa komuditas buah. Misal dengan tingkat kekenyalan,
berat persatuan buah/biji, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik dan
lain-lain. Penentuan panen dengan kriteria ini sangat subyektif dan juga
dipengaruhi faktor lingkungan.
c.
Berdasarkan
analisis kimia
Sebagian
produksi diambil sebagai sampel untuk dilakukan analisis kimia dilaboratorium.
Dari hasil analisis tersebut akan dapat menentukan sifat kimiawi dari hasil
produksi yang sedang diuji dan barulah dapat ditentukan apakah tanaman sudah
bisa dipanen atau menunggu beberapa hari lagi sesuai dengan persyaratan
kualitas produksi yang dikehendaki. Indikator yang biasanya dianalisis yaitu :
jumlah kandungan zat padat
terlarut, jumlah
kandungan asam, jumlah kandungan pati, dan jumlah kandungan gula. Analisis kimia lebih objektif dari visual karena terukur.
d.
Berdasarkan
kadar air
Kriteria ini biasa diterapkan untuk
tujuan tertentu, misalnya untuk penghasil produksi benih. Penentuan panen dengan
metode ini dapat lebih obyektif karena panen baru dilakukan jika biji telah
mencapai kadar air tertentu. Meskipun demikian, kadan air benih sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan karena biji selalu dalam keadaan
equilibrium dengan lingkungan sekitarnya.
e.
Berdasarkan
fisiologi
Indikator utama yang
dianalisis berdasarkan kriteria ini adalah : laju
respirasi, jumlah
konsentrasi dan konsentrasi etilen. Indikator fisiologis sangat baik diterapkan pada
komoditas yang bersifat klimaterik. Saat komoditas tercapai masak fisiologis respirasinya mencapai klimaterik.
Apabila laju respirasi suatu
komoditas sudah mencapai klimaterik, siap dipanen.
f. Berdasarkan
komputasi
Kriteria
ini menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar.
Pada umumnya adalah tanaman semusim atau tanaman yang hanya satu kali periode
produksi langsung mati. Kelemahan penentuan saat panen berdasarkan umur adalah
umur tanaman (mulai sebar benih sampai panen) sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sehingga sangat bervariasi. Pada umur tertentu ternayata tanaman
belum siap panen, padahal seharusnya sudah harus dipanen. Misalkan jagung manis
dapat dipanen setelah umur 70 hari sejak tanam, semangak 64-80 hari sejak
tanam, dan lain-lain.
Beberapa
bagian dari tanaman yang dipanen menurut
Dhalimi(1990) antara lain :
1.
Biji
Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu
pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat
biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya
pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan
sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong
yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai
mengering. Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan
secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilakukan setelah 60%
kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman
semusim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara berkala
berdasarkan pemasakan dari biji/polong.
2.
Buah
Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara memetik.
Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang
rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda,
seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki
rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan
pemanenan yang terlambat akan menyebabkan penurunan kualitas karena akan
terjadi perombakan bahan aktif yang terdapat di dalamnya menjadi zat lain.
Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.
3.
Daun
Pemanenan daun dilakukan
pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang
fisiologis. Pemanenan
yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan
kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat
dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4
bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga
dengan pemanenan yang terlambat menyebabkan daun mengalami penuaan (senescence)
sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah terdegradasi. Pada beberapa
tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.
4.
Rimpang
Untuk jenis rimpang waktu
pemanenan bervariasi tergantung penggunaan. Tetapi pada umumnya pemanenan
dilakukan pada saat tanam-an berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk
kebutuhan ekspor dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah
tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan
pembuatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6 bulan
karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi.
Sebagai bahan obat, rimpang
dipanen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam.
Untuk temu-lawak pemanenan
rimpang dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen
pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi.
Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada
pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai
mengeringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan
batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.
5.
Bunga
Bunga digunakan dalam
industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang
digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau
setelah pertumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang digunakan dalam
bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti bunga
piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup menghasilkan kadar
piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.
6.
Kayu
Pemanenan kayu dilakukan
setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal.
Umur panen tanaman
berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit
sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4
sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya
seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.
BAB III
KESIMPULAN
Penentuan
saat panen yang tepat merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
agar kita memperolah hasil panen yang baik. Penentuan saat panen dapat
dilakukan dengan berdasarkan beberapa kriteria
ataupun indikator yang sebaiknya diikuti. Hal ini tergantung dari apakah hasil
produksi akan langsung dijual atau akan dijadikan benih. Beberapa kriteria
tesebut diantaranya : Berdasarkan visual / penampakan, fisik/morfologi,
analisa kimia, fisiologi, kadar air, dan komputasi. Selain tergantung pada tujuan
dari hasil produksi apakah untuk konsumsi atau dijadikan benih, cara menentukan
panen yang tepat juga tergantung pada tingkat kematangan pada tiap bagian
tanaman yang akan dipanen. Bagian-bagian tanaman yang dipanen adalah : buah,
biji, daun, rimpang, bunga, dan kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
Teknik Pasca Panen http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Pendahuluan.htm
diakses pada tanggal 19 Maret 2014
Dhalimi, A. 1990., Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan
Sayuran Segar.
Makalah Pelatihan Kerja sama FAO - Dep. Perdagangan di Jakarta 12 - 14 Pebruari
1990, p. 17 - 37.
Masukkan Komentar di bawah