Hasil dan Pembahasan Contoh Proposal Skripsi Pertanian



  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Induksi Kalus Durian (Durio Zibethinus Murr) Varietas Selat dengan Pemberian Pikloram dan Benzyl Amino Purin.

4.1 Hasil
4.1.1 Waktu Muncul Kalus
            Hasil pengamatan terhadap lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menginduksi kalus pada eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat dengan perlakuan zat pengatur tumbuh pikloram dan BAP pada media WPM secara kultur jaringan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata waktu muncul kalus eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat.
Perlakuan
Waktu Muncul Kalus
1 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
0 ± 0
1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
39 ± 15,73
1 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
43 ± 10,75
2 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
37 ± 18,44
2 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
0 ± 0
2 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
0 ± 0
3 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
39 ± 15,86
3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
34 ± 16,47
3 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
0 ± 0
4 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
39 ± 15,59
4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
34 ± 8,50
4 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
34 ± 8,50
5 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
39 ± 17,45
5 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
0 ± 0
5 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
0 ± 0
Keterangan : Nilai ± yang disajikan adalah standar deviasi
                     HST : Hari Setelah Tanam
            Dari tabel diatas diketahui bahwa perlakuan ZPT dengan kombinasi konsentrasi yang berbeda menghasilkan waktu muncul kalus yang berbeda. Kalus terbentuk pada kisaran waktu 34-43 HST. Waktu muncul kalus paling cepat diperoleh pada perlakuan  3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 1 ppm BAP yaitu 34 HST. Selanjutnya pada perlakuan 2 ppm Pikloram + 0 ppm BAP membentuk kalus pada waktu 37 HST. Sedangkan untuk perlakuan 1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 3 ppm Pikloram + 0 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 0 ppm BAP serta 5 ppm Pikloram + 0 ppm baru mampu terbentuk kalus pada waktu 39 HST. Sedangkan eksplan yang paling lambat membentuk kalus yaitu pada perlakuan 1 ppm Pikloram
+ 1 ppm BAP pada  waktu 43 HST.

4.1.2 Persentase Eksplan yang membentuk Kalus
            Hasil pengamatan terhadap persentase eksplan yang membentuk kalus pada eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat dengan perlakuan zat pengatur tumbuh pikloram dan BAP pada media WPM secara kultur jaringan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase membentuk kalus eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat.
Perlakuan
Persentase Eksplan Berkalus
1 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
0 ± 0
1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
18.75 ± 3,13
1 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
6.25 ± 3,13
2 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
37.5 ± 10,83
2 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
0 ± 0
2 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
0± 0
3 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
18.75 ± 5,98
3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
31.25 ± 3,13
3 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
0 ± 0
4 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
18.75 ± 5,98
4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
6.25 ± 3,13
4 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
6.25 ± 3,13
5 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
25 ± 8,84
5 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
0 ± 0
5 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
0 ± 0
Keterangan : Jumlah per perlakuan adalah 4 eksplan dengan 4 ulangan
                       Nilai ± yang disajikan adalah standar deviasi
            Persentase eksplan yang membentuk kalus paling tinggi 37.5 % diperoleh dari perlakuan 2 ppm Pikloram + 0 ppm BAP. Selanjutnya pada perlakuan 3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP terbentuk kalus 31,25 % , Perlakuan 5 ppm + 0 ppm BAP  membentuk kalus 25 % . Perlakuan 1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP , perlakuan   3 ppm Pikloram + 0 ppm BAP dan 4 ppm Pikloram + 0 ppm BAP membentuk kalus 18,75 %. Sedangkan pada perlakuan 1 ppm Pikloram + 1 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP serta 4 ppm Pikloram + 1 ppm BAP membentuk kalus 6,25 %. Terdapat pula eksplan yang justru tidak membentuk kalus yaitu pada perlakuan 1 ppm Pikloram + 0 ppm BAP, 2 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 2 ppm Pikloram + 1 ppm BAP, 3 ppm Pikloram + 1 ppm BAP, 5 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP dan 5 ppm Pikloram + 1 ppm BAP.
4.1.3 Struktur Kalus
Tabel 3. Struktur kalus eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat.
Perlakuan
Struktur Kalus
12 MST
1 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
-
1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
Kompak
1 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
Kompak
2 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Kompak
2 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
-
2 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
-
3 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Kompak
3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
Kompak
3 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
-
4 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Kompak
4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
Kompak
4 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
Kompak
5 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Kompak
5 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
-
5 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
-
Keterangan : Jumlah per perlakuan adalah 4 eksplan
MST : Minggu Setelah Tanam
           
Dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan struktur dari kalus eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat yang terbentuk dengan  perlakuan zat pengatur tumbuh pikloram dan BAP pada media kultur WPM secara keseluruhan perlakuan, menghasilkan struktur kalus yang dominan berstruktur kompak.
                       
 
Gambar 2. Struktur kalus yang terbentuk berstruktur kalus kompak

4.1.4 Warna Kalus
Tabel 4. Warna kalus eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat.
Perlakuan
Warna Kalus
6 MST
12 MST
1 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
-
-
1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Cokelat Dominan Putih
1 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
2 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
2 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
-
-
2 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
-
-
3 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Cokelat Hijau Dominan Putih
3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
3 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
-
-
4 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
4 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
5 ppm Pikloram +    0 ppm BAP
Putih
Putih Kuning Dominan Putih
5 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP
-
-
5 ppm Pikloram +    1 ppm BAP
-
-
Keterangan : Jumlah per perlakuan adalah 4 eksplan
                 MST : Minggu Setelah Tanam
                
            Berdasarkan hasil pengamatan warna kalus dari eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat yang terbentuk pada berbagai perlakuan zat pengatur tumbuh pikloram dan BAP pada media kultur WPM secara keseluruhan perlakuan menghasilkan warna kalus putih pada tahap awal kemunculan dari kalus tersebut, namun seiring waktu dan perkembangan kalus mengalami perubahan warna yang beragam yaitu putih, kuning, cokelat dan hijau. seperti terlihat pada eksplan dari perlakuan 3 ppm Pikloram + 0 ppm BAP  pada 6 MST berwana putih kemudian pada saat 12 MST mengalami perubahan berwarna Putih Kuning Cokelat Hijau Dominan Putih. Pada perlakuan 1 ppm Pikloram +    0,5 ppm BAP pada awal kemunculannya berwarna putih hingga waktu 6 MST namun saat pengamatan 12 MST perubahan warna terjadi seiring perkembangan kalus yaitu berwarna putih kuning terdapat pula warna cokelat.
 


Gambar 3. Warna kalus yang terbentuk. A. Warna kalus yang berwarna putih, B. Warna kalus yang berwarna putih kuning kehijauan serta cokelat.


4.2 Pembahasan
4.2.1 Kondisi Umum Kultur
Penelitian ini menggunakan eksplan daun durian muda yang berumur 4 minggu dengan kondisi tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Eksplan daun durian tersebut diambil dari bibit yang berusia ± 6 bulan berasal dari biji pohon induk durian varietas selat yang terdapat di Desa Simpang Selat Kabupaten Muaro Jambi. Eksplan tersebut kemudian dipotong dengan lebar 1 cm x 1 cm yang selanjutnya di kulturkan di media WPM dengan berbagai perlakuan ZPT Pikloram + BAP. 
Dalam pelaksanaan penelitian terjadi kontaminasi oleh jamur dan bakteri yang disebabkan oleh berbagai faktor khususnya faktor internal akibat karakteristik daun durian yang memiliki trikom pada permukaan bawah daun yang digunakan sebagai eksplan. Hal ini menyebabkan proses sterilisasi menjadi tidak optimal akibat masih terdapatnya spora cendawan maupun bakteri sehingga pada saat inkubasi cendawan dan bakteri tersebut berkembang tumbuh dan menyebabkan eksplan dan media terkontaminasi akibatnya eksplan tidak mampu berkembang bahkan mati. Selain itu diduga faktor lain yang menyebabkan kontaminasi adalah musim saat pengambilan eksplan yaitu pada saat musim basah sehingga lingkungan curah hujan serta kelembaban yang tinggi mendukung untuk cendawan dan bakteri tumbuh subur dan melekat secara optimal pada eksplan (Gunawan, 1992).  Sedangkan menurut Zulkarnain (2009) sumber kontaminan yang mempengaruhi keberhasilan dalam tekhnik kultur jaringan lebih kepada media tanam akibat proses sterilisasi yang tidak sempurna, tidak teliti pada saat penanaman. Kontaminasi eksplan terbagi atas kontaminasi secara internal yaitu kontaminan yang terbawa oleh jaringan dan secara eksternal  yang diakibatkan oleh tidak sterilnya eksplan yang ditanam.

4.2.2 Induksi Kalus
            Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa eksplan daun durian varietas selat yang telah dikultur dengan menggunakan berbagai konsentrasi Pikloram dan BAP pada media WPM mampu menginduksi kalus. Kalus adalah kumpulan sel yang tidak terorganisir, tidak berbentuk dan terjadi karena pembelahan yang sangat aktif. Dengan adanya rangsangan dari hormon endogen atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan (eksogen) menyebabkan metabolisme sel menjadi aktif. Dalam keadaan demikian jaringan dikatakan sedang mengalami dedifferensiasi. Kalus pada umumnya muncul akibat dari rangsangan pelukaan jaringan tanaman. Pembentukan kalus diawali dengan terjadinya pembengkakan pada permukaan eksplan. Pembengkakan ini disusul dengan terbentuknya kalus pada pinggir daun atau dibagian tulang daun, karena pertulangan daun merupakan daerah penyalur makanan ke seluruh bagian permukaan daun sehingga sel yang terdapat dekat pertulangan daun dapat membelah dan membentuk kalus.
            Hasil pengamatan dan analisis data (rata-rata) menunjukkan bahwa pemberian beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh Pikloram dan BAP ke dalam media kultur WPM sudah mampu memacu terbentuknya kalus pada eksplan daun durian varietas selat. Kombinasi zat pengatur tumbuh yang berbeda menghasilkan kecepatan eksplan membentuk kalus, persentase eksplan berkalus, warna dan struktur kalus yang dihasilkan berbeda pula.
            Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kalus dari eksplan daun durian varietas selat dapat  diinduksi kalusnya pada beberapa perlakuan Pikloram dan BAP. Hal ini sesuai seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lizawati et al., (2012) yang mengungkapkan bahwa eksplan daun durian varietas selat dapat diinduksi kalusnya dengan berbagai kombinasi ZPT auksin dan sitokinin pada penelitian tersebut digunakan kombinasi  2,4 D dan BAP pada media murashige skoog (MS). Perlakuan berbagai kombinasi ZPT Pikloram dan BAP untuk menginduksi kalus eksplan daun durian varietas selat pada media WPM mampu merangsang induksi kalus pada beberapa perlakuan Sedangkan beberapa perlakuan lain tidak dapat menginduksi kalus. Kalus yang tidak muncul dari beberapa perlakuan tersebut dimungkinkan karena kombinasi ZPT pada media belum cocok untuk merangsang induksi kalus, dengan kata lain eksplan mempunyai kandungan auksin dan sitokinin endogen yang masih belum mampu mendukung untuk induksi kalus, sehingga masih membutuhkan tambahan auksin dan sitokinin eksogen pada media kultur. Namun tambahan auksin dan sitokinin eksogen ini harus tepat karena penambahan yang tidak tepat justru mampu menghambat induksi kalus.
Hasil penelitian untuk variabel waktu muncul kalus pada tabel 1. menunjukkan bahwa kalus yang muncul dari eksplan daun durian varietas selat paling cepat muncul pada saat 34 Hari Setelah Tanam (HST) diperoleh dari  perlakuan 3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 1 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi ZPT pikloram BAP yang tepat dengan konsentrasi tersebut menginduksi kalus eksplan daun durian lebih cepat dibanding konsentrasi yang lain. Dalam kombinasi tersebut penggunaan konsentrasi pikloram yang lebih tinggi menunjukkan waktu induksi yang lebih cepat dibanding penggunaan pikloram konsentrasi rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian  Kiong et al. (2008) menyebutkan penggunaan pikloram pada konsentrasi tertinggi (20 μM) pada induksi dari endosperm Cycas revolve memberikan respon induksi terbaik dengan membentuk kalus 17,8 hari setelah kultur. Sedangkan kombinasi dengan penggunaan sitokinin dalam hal ini BAP mampu lebih baik dalam mempercepat waktu munculnya kalus dibanding perlakuan tanpa penggunaan BAP.  Sitokinin merupakan turunan dari adenin dan dibutuhkan untuk mensintesis protein pada formasi dan tahap penyusunan benang pada pembelahan metosis (George et al., 2008). Adanya sitokinin yang dapat meningkatkan pembelahan sel dalam sitokinesis terutama pada saat sentesis RNA dan protein akan memacu aktivitas auksin dalam pembelahan sel untuk memben
 Waktu paling lama membentuk kalus yaitu 43 HST diperoleh dari perlakuan 1 ppm Pikloram + 1 ppm BAP.  Hal ini diduga karena kombinasi konsentrasi ZPT yang diberikan pada eksplan masih dinilai belum tepat dalam menginduksi kalus, sehingga menghambat pertumbuhan kalus pada eksplan. Terhambatnya pembentukan kalus dikarenakan hormon endogen dan eksogen yang terdapat pada eksplan tidak dapat merangsang pertumbuhan kalus dengan cepat. Selain itu faktor ketersediaan hara juga mempengaruhi induksi kalus hal ini karena hara dan air selain terhisap untuk pertumbuhan juga karena media menguapkan air dari masa ke masa. Selain kehabisan unsur hara, kalus juga mengeluarkan persenyawaan-persenyawaan hasil metabolisme yang juga dapat menghambat pertumbuhan kalus itu sendiri.
            Untuk variabel Persentase eksplan yang membentuk kalus  pada perlakuan 3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP mampu membentuk kalus 31,25 % , Perlakuan 5 ppm + 0 ppm BAP  membentuk kalus 25 % . Perlakuan 1 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP , perlakuan   3 ppm Pikloram + 0 ppm BAP dan 4 ppm Pikloram + 0 ppm BAP membentuk kalus 18,75 %. Sedangkan pada perlakuan 1 ppm Pikloram + 1 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP serta 4 ppm Pikloram + 1 ppm BAP membentuk kalus 6,25 %. Sedangkan yang paling tinggi membentuk kalus 37.5 % diperoleh dari perlakuan 2 ppm Pikloram + 0 ppm BAP. Hal ini terjadi karena zat pengatur tumbuh yang diperlukan eksplan untuk berdiferensiasi sel sudah mampu menginduksi kalus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan Kordestani dan Karami (2008) yang menerangkan bahwa konsentrasi 2 ppm pikloram merupakan konsentrasi terbaik untuk menginduksi kalus embrio somatik eksplan daun strawbery kultivar selva dan comarosa . Dalam penelitian ini Persentase eksplan yang berkalus merupakan eksplan berkalus yang tumbuh dengan baik dan tidak terkontaminasi. Sedangkan kegagalan eksplan membentuk kalus diduga akibat rusaknya jaringan meristem eksplan sewaktu diisolasi atau dikarenakan perbedaan kemampuan jaringan menyerap unsur hara dan zat pengatur tumbuh dalam media (Dewi et al., 2010) sehingga sebagian eksplan tidak membentuk kalus (mati).
            Struktur kalus merupakan salah satu penanda kualitas suatu kalus. Kalus yang memiliki kualitas yang baik ditandai dengan struktur kalus yang remah (friabel). Kalus yang remah biasanya mudah dalam pemisahan sel-sel tunggal. Struktur kalus dibedakan atas kalus kompak dan kalus remah. Menurut Fatimah et al. (2010) menyatakan bahwa kalus dengan struktur remah merupakan kalus yang terbentuk dari sekumpulan sel yang mudah lepas sedangkan kalus kompak terdiri dari sekumpulan sel yang kuat.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan kalus yang muncul didominasi struktur kalus kompak. Pada dasarnya hal ini menunjukkan bahwasanya kombinasi konsentrasi pikloram dan BAP yang digunakan mampu meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga membentuk kalus yang berstruktur kompak.
            Indikator perkembangan eksplan pada teknik kultur jaringan in vitro berupa warna kalus merupakan gambaran visual kalus sehingga dapat diketahui sel-sel yang terbentuk masih aktif membelah atau mati. Kalus yang terbentuk dari suatu eksplan biasanya muncul warna yang berbeda. Warna dalam suatu kalus ada yang putih, kuning, kuning kehijauan dan cokelat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kalus secara umum awalnya berwarna putih kemudian semakin lama seiring bertambahnya berubah berwarna kuning, kuning kehijauan, kuning hingga cokelat. Perubahan warna kalus tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sel kalus mulai terhenti. pernyataan ini sesuai dengan Sukmawati dan Efendi (2009) pembesaran kalus berhenti ditandai dengan perubahan warna kalus dari bening putih kekuningan menjadi coklat.
Seperti terlihat pada kalus perlakuan 3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP pada 6 MST berwana putih kemudian pada saat 12 MST tidak mengalami perubahan berwarna putih kuning namun tetap didominasi kalus berwarna putih. hal ini diduga karena pertumbuhan yang terus menerus aktif membelah dari sel-sel muda pada jaringan kalus pada perlakuan tersebut.
Pada perlakuan 3 ppm Pikloram +   0 ppm BAP pada awal kemunculannya kalus berwarna putih hingga waktu 6 MST namun saat pengamatan 12 MST perubahan warna terjadi seiring perkembangan kalus yaitu berwarna putih kuning kehijauan. Perubahan warna kalus kuning kehijauan ini diduga merupakan perubahan warna yang terjadi sebagai tanggapan terhadap rangsangan cahaya dan berkembangnya klorofil hal ini sejalan dengan pendapat Salisbury dan Rose (1992) menyatakan pada kondisi dibawah cahaya eksplan yang dikulturkan mengalami perkembangan klorofil karena adanya rangsangan cahaya. Menurut Lutviana et al. (2011) mengatakan kalus warna putih tidak mengandung kloroplas , tetapi sedikit mengandung plastid yang berisi butiran pati yang sedikit demi sedikit tumbuh menjadi sistem membran yang jelas sehingga terbentuk klorofil dengan paparan cahaya dan warna akan berubah kecoklatan.
Namun terdapat pula kalus yang pada saat kemunculannya berwarna cokelat dan pada perkembangannya juga tetap berwarna cokelat yaitu 2 ppm Pikloram +    0 ppm BAP ulangan 3 yang memiliki tekstur kalus kompak. Kalus cokelat  terjadi akibat adanya cekaman berupa pelukaan pada jaringan sehingga terjadi proses degradasi klorofil sehingga kalus mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nisa dan Rodinah (2005) bahwa pencokelatan terjadi akibat sel mengalami cekaman luka pada jaringan, selain cekaman medium. Kalus yang berwarna cokelat ini merupakan sel yang tidak aktif membelah dan kemungkinan banyak mengandung senyawa fenol (Nurbaiti, 2007). Menurut Wardani et al., (2004) mengatakan bahwa senyawa fenol akan teroksidasi  membentuk quinon fenolik oleh pengaruh cahaya yang memiliki sifat racun terhadap sel tanaman dan dapat menyebabkan kematian pada sel-sel tanaman tersebut.
           



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.      Zat pengatur tumbuh Pikloram dan BAP mampu menginduksi dan mempengaruhi kalus pada eksplan daun durian (Durio zibethinus Murr.) varietas selat yang dikulturkan pada media WPM secara kultur jaringan.
2.      Perlakuan 3 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 0,5 ppm BAP, 4 ppm Pikloram + 1 ppm merupakan perlakuan paling cepat untuk menginduksi kalus yaitu 34 Hari Setelah Tanam (HST).
3.      Untuk variabel persentase membentuk kalus perlakuan 2 ppm Pikloram + 0 ppm BAP  merupakan yang terbaik dengan persentase muncul kalus sebesar  37.5 %.
4.      Secara umum kalus yang dihasilkan didominasi kalus dengan struktur kompak dengan warna kalus yang beragam dan didominasi kalus berwarna putih.

5.2 Saran
            Berdasarkan hasil yang didapat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk induksi kalus dari eksplan daun durian varietas selat menggunakan perlakuan dengan konsentrasi berbeda ataupun menggunakan ZPT yang lainnya agar didapatkan perlakuan yang dapat lebih baik untuk menginduksi kalus dari eksplan daun durian dengan waktu yang lebih cepat serta persentase membentuk kalus yang lebih besar. Selain itu penelitian lebih lanjut untuk kalus dari hasil penelitian ini perlu dilakukan untuk menginduksi kalus embriogenik sehingga nantinya akan mampu dihasilkan tanaman durian varietas selat melalui tekhnik kultur jaringan.







DAFTAR PUSTAKA
Acquach, G.2004. Understanding Biotechnology An Integrated An Cyber-Based Approach.Pearson Prentice Hall.New Jersey

Agustina, M. 1997.Induksi Embrio Somatik Pada Seledri (Avium Graveolens L.) Var. Dulce [Mill]. Skripsi Sarjana Pertanian.Fakultas Pertanian IPB.Bogor.

BPS,2012.Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia Agustus 2012.Badan Pusat Statistik Jakarta- Indonesia.

BPS Provinsi Jambi,2010.Jambi Dalam Angka.BPS Provinsi Jambi.Jambi.

Catala C, Rose JKC, Bennett AB. 2000. Auxin-regulated genes encoding cell wall-modifying proteins are expressed during early tomato fruit growth. Plant Physiology 122, 527-534.
Departemen Pertanian. 2006. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 492/Kpts/SR.120/12/2005.Tentang Pelepasan Durian Selat Sebagai Varietas Unggul.

Dewi SM, Rostiana O, dan Khumaida N. 2010. Pengaruh Umur Eksplan terhadap keberhasilan pembentukan kalus embriogenik pada kultur meristem jahe  (Zingiber officinale Rose). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri.Sukabumi.Jurnal Litrtri 16(1) : 37-42.

Evans, D.E., J.O.D. Coleman And A. Kearns. 2003. Plant Cell Culture. BIOS Scientific Publishers Taylor And Francis Group. London.

Fatimah S, Kristina NN dan Seswita D.2010.Pengaruh Komposisi Media Terhadap Pertumbuhan Kalus dan Kadar Tanin dari Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Secara In Vitro. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. Jurnal Litrtri 16(1) : 1-5.

George, E F., Michael, A. Hall., and Geert – Jan De, Kelrk. 2008. Plant Propagation by Tissue culture, 3rd Edition. pp. 419.

Gunawan, L.W.1992.Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gunawan,L.W. 1995.Tekhnik Kultur Invitro Dalam Hortikultura.Penebar Swadaya.Jakarta.

Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardojo, M. Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja, T. Prawitasari, T. Prakoso, Dan W. Purnama. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, And R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principles And Practices. 6th Ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.

Hendaryono, D.P.S Dan A. Wijayani.1994.Tekhnik Kultur Jaringan : Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Yogyakarta : Kanisius.

Karsinah, R.Triatminingsih, Dan Sunyoto. 1995. Kultur Hipokotil, Kotiledon, Dan Cincin Kotil Pada Tanaman Durian Secara In Vitro. Penelitian Hortikultura. Vol 7(2) : 1-10.

Kiong, A., A., Ling Pick, S.H. Grace Lai and A.R. Harun. 2008. Physiological responses of Orthosiphon stamineus plantlets to gamma irradiation. Am-Eurasian J. Sustain. Agric., 2(2): 135-149.

Kordestani KG, Karami O (2008). Picloram-induced somatic embryogenesis in leaves of strawberry (Fragaria ananassa Duch.). Acta Biologica Cracoviensia. Series Botanic. 50: 69- 72.

Lakamisi, H. 2008. Studi Kelayakan Finansial Budidaya Durian (Durio Zibethinus) Studi Kasus Di Desa Rutah Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan. Volume 1 : 44 – 50.

Lizawati, Neliyati dan Retna Desfira.2012.Induksi Kalus Eksplan Daun Durian (Durio zibethinus Murr. cv. Selat Jambi) Pada Beberapa Kombinasi 2,4-D Dan BAP. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Vol 1 No.1 Januari-Maret 2012.ISSN: 2302-6472.

Lutviana A, Manuhara WY, U Wida Setiti. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan NaCL Terhadap Pertumbuhan Kalus Kotiledon Tanaman Bubga Matahari (Helianthus annus L). Prodi S-1 Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga .

Moore, T.C. 1979. Biochemistry And Physiology Of Plant Hormones. Springer-Verlag. New York.

Muchtar, H.1996. Pengaruh Beberapa Jenis Sitokinin Dan Auksin Terhadap Pembentukan Embrio Somatik Rotan Manau (Calamus Manan Miquel). Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 65 Hal.

Namhomchan, S. 1999. In Vitro Culture Of Durian. Thesis. Kasetsart University. Bangkok.

Nisa, C., dan Rodinah. 2005. Kultur jaringan beberapa kultivar buah pisang (Musa paradisiaca l.) dengan pemberian campuran NAA dan Kinetin. Bioscientiae 2(2) 23-36.

Nurbaiti, 2007. Perbanyakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Manipulasi Zat Pengatur Tumbuh dan Eksplan Secara In Vitro. Tesis Magister Sain pada Program Studi Agronomi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Prihandana, R. Dan R. Hendroko. 2006. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Purba, H. I. 2009. Pengaruh Jenis Media Dan Konsentrasi Picloram Terhadap Induksi Embrio Somatik Manggis (Garcinia Mangostana L.). Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 Hal.

Riyantini, U.2010.Induksi Kalus Dari Daun Muda Dan Kotiledon, Serta Induksi Tunas Dari Buku Tunggal Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) Populasi Komposit IP-2P Secara Invitro.Tesis Magister Sains.Program Pascasarjana IPB.Bogor.

Romero, C.S., B.M. Martin And F.P. Alfaro. 2005. Somatic And Zygotic Embryogenesis In Avocado P. 272-282. In: Somatic Embryogenesis. A. Mujib And I. Sâmaj (Eds.). Springer-Verlag. Berlin Heidelberg.

Santoso, U Dan F. Nursanti. 2003. Kultur Jaringan Tanaman.Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.Malang.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan dari Plant Physiology. Oleh D. R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB Bandung.

Satria, B,. Ferita,. Dwipa, Dan Muhsanati. 1997. Komposisi Media Dan Eksplafi Untuk Inisiasi Dan Proliferasi Kalus Manggis (Garcinia mangostana L.) Secara In‑Vitro. J. Stigma.. 5:1.
Satria, B. 1996. Respon Eksplan Epikotil Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Kombinasi Antara Dosis Arang Aktif Dengan Komposisi Konsentrasi BAP Dan NAA Secara In Vitro (Tesis). Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang. 105

Sobir, N dan Rodame M. 2010.Bertanam Durian Unggul.Penebar Swadaya.Jakarta.

Sukmawati F dan Efendi D. 2009.Induksi Embrio Somatik Melon (Cucumis melo L) pada Berbagai Media Dan Zat Pengatur Tumbuh. Fakultas Pertanian – Institut Pertanian Bogor. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Wardani PD, Solichatun, dan Setyawan DA.2004. Pertumbuhan dan Produksi Saponin Kultur Kalus Talinum paniculatum Gaertn. Pada Variasi Penambahan Asam 2.4 dikklorofenoksi asetat (2,4 D) dan Kinetin. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Biofarmasi 2(1):1693-2242.

Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin N.M.A Wiendi, A. Ernawati 1992.Bioteknologi Tanaman.Pusat Antar Universitas IPB.

Wattimena, G.A .1998. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.

Wetherell.  1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro.  IKP.  Semarang. Press.  110 P.

Wiendi NMA, GA Wattimena, LW Gunawan. 1991. Bioteknologi Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi. IPB.

Wulandari, S., Wan, S., Yossilia.2004.Respon Eksplan Tanaman Jeruk Manis (Citrus Sinensis L.) Secara In Vitro Akibat Pemberian NAA Dan IBA.Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau.ISSN :1829-5460 Jurnal Biogenesis Vol 1 :21-25.

Zi Xiong Lim, Anna Pick Kiong Ling dan Sobbri Husein. 2009. Callus Induction of Ocimum sanctum and Estimation of Its Total Flavonoids Content. Asian Journal of Agricultural Sciences, , 1(2), 55-61.

Zulkarnain.2009.Kultur Jaringan Tanaman. Solusi Perbanyakaan Tanaman Budidaya. Bumi Aksara.





Lampiran 1. Komposisi medium Woody Plant Medium (WPM) (Lloyn dan McCown, 1968) pada pH 5,6-5,8

Stok
Senyawa
per liter stok
Pemakaian
Stok
per liter medium
A

B

C




D

E




F
NH4NO

Ca(NO)3 . 4 H2O

KH2PO4
K2SO4
H3BO3
Na2MoO4 . 2 H2O

CaCl2. 2H2O

MgSO4. 7H2O
MnSO4. 4H2O
ZnSO4. 4H2O
CuSO4. 5H2O

Na2EDTA . 2 H2O
FeSO4. 7H2O

82,500 g

11,120 g

3,400 g
19,800 g
0,140 g
0,005 g

1,920 g

74,000 g
4,460 g
1,720 g
0,050 g

7,440 g
5,560 g


4,85 mL

50,00  mL

50,00  mL




        50,00  mL

5,00 mL




5,00 mL

400,000 mg

556,000 mg

170,000 mg
990,000 mg
6,200 mg
0,250 mg

96,000 mg

370,000 mg
22,300 mg
8,600 mg
0,250 mg

37,200 mg
27,800 mg 
Myo-inositol                          
Niasin
 Piridoksin-HCl
Tiamin-HCl
Glisin
               10,000 g     
0,050 g
0,050 g
0,010 g
0,200 g
            10,00 mL
             100,00 mg
0,500 mg
0,500 mg
1,000 mg
2,000 mg
Sukrosa
Agar


30.000,000 mg
7.000,000 mg






Lampiran 2. Perhitungan Jumlah Konsentrasi ZPT dan Larutan Stok Yang Dibutuhkan

              Misalnya dalam 1000 mL larutan media diperlukan 20 mL stok A.
Maka untuk 500 mL larutan media diperlukan larutan stok A sebanyak :
500 mL    x   20 mL    = 10 mL
1000 mL
Konsentrasi ZPT Pikloram dan BAP yang tersedia adalah 100 ppm. Volume Pikloram dan BAP yang dibutuhkan untuk membuat 500 ml media dengan perhitungan berikut :
              m1.v1 = m2.v2 , Dimana m1 = Molaritas ZPT yang dibutuhkan
                                                    v1  = Volume larutan yang akan dibuat
                                                    m2 = Molaritas ZPT yang tersedia
                                                    v2  = Volume ZPT yang akan dibutuhkan
misalnya, untuk membuat larutan media sebanyak 500 ml dengan konsentrasi ZPT 0,5 ppm, maka volume ZPT yang dibutuhkan adalah :
m1.v1 = m2.v2
0,5 ppm.500 mL = 100 ppm.v2
v2 = 0,5 ppm.500 mL
              100 ppm
v2 = 2,50 mL 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Masukkan Komentar di bawah