IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil analisis ragam pada
Lampiran 7 menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan
Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dan dua varietas cabai
memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman cabai. Hasil uji jarak
Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5% disajikan pada tabel 1.
Tabel
1. Rata-rata tinggi tanaman dua varietas tanaman cabai menurut pemberian Mulsa
Plastik Hitam perak dan Tanpa Mulsa (cm).
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm)
|
|
Mario + MPHP
|
37.11 a
|
|
Jatilaba + MPHP
|
29.79 b
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
28.63 b
|
|
Jatilaba + Tanpa MPHP
|
28.60 b
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT α= 5% .
Cabai varietas Mario yang menggunakan
MPHP menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling tinggi dan berbeda
nyata dengan cabai varietas Jatilaba menggunakan MPHP, varietas Mario tanpa
MPHP, dan cabai varietas Jatilaba tanpa MPHP. Sedangkan cabai varietas Jatilaba
yang yang menggunakan MPHP tidak berbeda nyata dengan cabai varietas Mario
tanpa MPHP maupun cabai varietas Jatilaba tanpa MPHP (Tabel 1).
4.1.2.
Umur Berbunga (hari)
Berdasarkan hasil
analisis ragam pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak (MPHP) dan dua varietas cabai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap umur berbunga tanaman
cabai. Hasil uji jarak Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata umur
berbunga tanaman dua varietas tanaman cabai
menurut pemberian Mulsa Plastik Hitam perak dan Tanpa Mulsa (hari).
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Rata-rata Umur Tanaman (hari)
|
|
Jatilaba+ Tanpa MPHP
|
41.97 a
|
|
Jatilaba + MPHP
|
41.81 a
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
39.11 a
|
|
Mario + MPHP
|
38.78 a
|
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT α= 5%
4.1.3.
Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Berdasarkan hasil analisis ragam pada
Lampiran 9 menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan
Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dan dua
varietas cabai memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
buah tanaman cabai. Hasil uji jarak Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%
disajikan pada tabel 3.
Tabel
3. Rata-rata jumlah buah pertanaman dua varietas tanaman cabai menurut pemberian
Mulsa Plastik Hitam perak dan Tanpa Mulsa (buah).
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Rata-rata Jumlah Buah (buah)
|
|
Mario + MPHP
|
2.52 a*)
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
2.35 a
|
|
Jatilaba + MPHP
|
1.77 b
|
|
Jatilaba + Tanpa MPHP
|
1.55 b
|
Keterangan: Nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf α= 5 %.
*)
Data di Transformasi dengan Transformasi
Logaritma
Bahwa cabai varietas Mario yang menggunakan MPHP tidak
berbeda nyata dengan cabai varietas Mario tanpa MPHP tetapi berbeda nyata
dengan cabai varietas Jatilaba menggunakan MPHP maupun cabai varietas Jatilaba
tanpa MPHP. Sedangkan cabai Jatilaba yang menggunakan MPHP tidak berbeda nyata
terhadap pemberian cabai varietas Jatilaba tanpa MPHP (Tabel 3).
4.1.4.
Bobot Buah Pertanaman (g)
Berdasarkan hasil analisis ragam pada
Lampiran 10 menunjukkan bahwa kombinasi
penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dan
dua varietas cabai memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap bobot buah pertanaman. Hasil uji jarak Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%
disajikan pada tabel 4.
Tabel
4.Rata-rata bobot buah dua varietas tanaman cabai menurut pemberian Mulsa Plastik Hitam perak dan Tanpa Mulsa (g).
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Rata-rata Bobot Buah (g)
|
|
Jatilaba + MPHP
|
1.91 a *)
|
|
Mario + MPHP
|
1.90 a
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
1.89 a
|
|
Jatilaba + Tanpa MPHP
|
1.80 a
|
Keterangan: Nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf α= 5 %.
*)
Data di Transformasikan dengan Transformasi Logaritma
4.1.5.
Berat Pupus (g)
Berdasarkan hasil
analisis ragam pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan Mulsa
Plastik Hitam Perak (MPHP) dan dua
varietas cabai memberikan pengaruh yang nyata
terhadap berat pupus tanaman cabai. Hasil uji jarak Beda Nyata Terkecil(BNT) pada taraf 5%
disajikan pada tabel 5.
Tabel
5. Rata-rata Berat Pupus Tanaman
Dua Varietas Tanaman Cabai
Menurut
Pemberian Mulsa Plastik Hitam perak dan
Tanpa Mulsa (g).
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Rata-rata Berat Pupus (g)
|
|
Mario + MPHP
|
19.51 a
|
|
Jatilaba + MPHP
|
16.31 ab
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
15.68 bc
|
|
Jatilaba + Tanpa MPHP
|
12.14 c
|
Keterangan: Nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5 %.
Cabai varietas Mario yang menggunakan MPHP menunjukkan
berat pupus yang paling tinggi. Cabai varietas Mario yang menggunakan MPHP
berbeda nyata terhadap cabai varietas Jatilaba tanpa MPHP dan cabai varietas
Mario maupun varietas Jatilaba tanpa MPHP. Sedangkan cabai varietas Jatilaba
yang menggunakan MPHP tidak berbeda nyata terhadap varietas Mario yang diberi MPHP,
begitu juga cabai Jatilaba menggunakan MPHP tidak berbeda nyata dengan cabai
varietas mario tanpa MPHP dan cabai varietas Mario tanpa MPHP juga menunjukkan
berat pupus yang tidak berbeda nyata dengan cabai varietas Jatilaba tanpa menggunakan
MPHP.
4.1.6.
Hasil Produksi 2X Panen (ton)
Berdasarkan hasil analisis ragam pada
Lampiran 12 menunjukkan bahwa kombinasi
penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dan dua varietas cabai memberikan pengaruh yang nyata terhadap Hasil
Produksi 2x panen tanaman cabai. Hasil uji jarak Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%
disajikan pada tabel 6.
Tabel
6. Rata-rata hasil produksi 2x panen dua varietas
tanaman cabai menurut pemberian Mulsa Plastik Hitam perak dan Tanpa Mulsa (ton).
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Rata-rata Hasil Produksi (ton)
|
|
Mario + MPHP
|
1.41 a *)
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
1.28 a
|
|
Jatilaba + MPHP
|
1.01 b
|
|
Jatilaba + Tanpa MPHP
|
0.87 b
|
Keterangan: Nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5 %.
*)
Data di Transformasikan dengan Transformasi Kuadratik
Cabai varietas Mario
yang diberi MPHP menunjukkan hasil produksi yang tertinggi. Cabai varietas
Mario yang menggunakan MPHP maupun tanpa menggunakan MPHP menunjukkan hasil
produksi panen yang tidak berbeda nyata, tetapi memberikan pengaruh nyata
terhadap cabai varietas Jatilaba menggunakan MPHP maupun tanpa MPHP. Sedangkan varietas
cabai Jatilaba yang diberi MPHP maupun tanpa MPHP menunjukkan hasil panen yang
tidak berbeda nyata (Tabel 6).
4.1.7. Persentasi Hama
dan Penyakit
Berdasarkan hasil analisis ragam pada
Lampiran 13 menunjukkan bahwa kombinasi
penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dan dua varietas cabai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap
jumlah hama dan penyakit tanaman cabai. Hasil uji jarak Beda Nyata Terkecil(BNT) pada taraf 5%
disajikan pada tabel 7.
Tabel
7. Rata-rata persen hama dan penyakit dua varietas tanaman
cabai menurut pemberian Mulsa Plastik Hitam perak dan Tanpa Mulsa.
Kombinasi varietas cabai dan MPHP
|
Persentasi Tanaman (%)
|
|
Jatilaba + MPHP
|
29.73 a
|
|
Jatilaba + Tanpa MPHP
|
24.97 a
|
|
Mario + Tanpa MPHP
|
24.93 a
|
|
Mario + MPHP
|
20.20 a
|
Keterangan: Nilai rata-rata
yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5 %.
4.2.
Pembahasan
Penelitian
ini dilaksanakan selama kurang lebih 7 bulan di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Jambi. Jenis tanahnya adalah ultisol dengan ciri
morfologinya berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Dalam penelitian ini
menggunakan bahan oganik yang bertujuan untuk memperbaiki agregat tanah. Adapun
bahan organik yang digunakan ialah Trichokompos dan MOL Keong Mas sebagai pupuk
daun, MOL Keong Mas mengandung unsur hara makro dan mikro salah satunya
mengandung unsur N yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman yaitu untuk
merangsang pertumbuhan tanaman, Simbolon (2003) .
Berdasarkan
hasil sidik ragam yang dilakukan diketahui bahwa pemberian Mulsa Plastik Hitam
Perak (MPHP) pada dua varietas cabai memberikan pengaruh nyata terhadap
beberapa varieabel yang diamati diantaranya tinggi tanaman, jumlah buah
pertanaman, berat pupus, dan hasil produksi 2X panen, akan tetapi tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur berbunga, bobot buah pertanaman,
dan persentase hama dan penyakit.
Hasil uji lanjut
BNT α = 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak (MPHP) varietas Mario memberikan hasil yang tertinggi. Pengaruh nyata
dari penggunaan mulsa menunjukkan bahwa mulsa dapat meningkatkan proses
fotosintesis tanaman dan dapat mempertahankan kesuburan tanah sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena mulsa dapat
mempertahankan kesuburan tanah serta kelembaban tanah sebagai akibat dari
pengaruh mulsa yang dapat menekan laju evaporasi sehingga kandungan air tanah
cukup bagi pertumbuhan tanaman (Wan Afriani, 2006 ). Pemberian Mulsa Plastik
Hitam Perak merupakan upaya memperbaiki kondisi lingkungan tanaman dalam hal
penyedian unsur hara dalam tanah, sehingga menjadi subur. Hasil dari analisis
tanah awal memperlihatkan bahwa kandungan unsur hara di dalam tanah masih
rendah. Analisis terhadap pH tanah menunjukkan angka 4,40 berarti tanah
tersebut bersifat masam (Lampiran 14). pH tersebut belum ideal untuk budidaya
tanaman Cabai, karena pH yang ideal untuk budidaya tanaman Cabai ialah 5,5-6,8.
Efektifitas penggunaan mulsa plastik diperoleh dari kemampuan fisik mulsa
plastik melindungi tanah dari terpaan langsung butir hujan, menggemburkan
tanah-tanah di bawahnya, mencegah pencucian hara, mencegah percikan butir tanah
ke tanaman, mencegah penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon
dioksida tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme. Pada analisis tanah
akhir terlihat pH tanah menjadi 4,69 tanpa menggunakan mulsa plastik hitam
perak, sedangkan pH tanah yang menggunakkan mulsa plastik hitam perak pHnya
4,62. Pada tanah-tanah yang tidak diberi mulsa ada kecenderungan menurunnya
bahan organik tanah, dan sebaliknya pada tanah-tanah yang diberi mulsa bahan
organiknya cukup mantap dan cenderung meningkat. Selain penggunaan mulsa,
mungkin ada banyak faktor seperti faktor lingkungan, faktor genetik, faktor
varietas, dan faktor perlakuan. Disini dikatakan bahwa varietas Mario
menggunakan mulsa menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi karena varietas
Mario ini mampu berkembang didataran tinggi maupun rendah, sedangkan Jatilaba
ini lebih baik hidupnya jika berada diiklim yang tinggi.
Hasil uji lanjut
BNT pada taraf α = 5% terhadap umur berbunga memberikan pengaruh yang tidak
nyata. Tidak adanya peningkatan pada umur berbunga pengaruh genetik dari
varietas daripada pengaruh Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). Sutedjo (2006),
menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain
maka faktor lain tersebut akan tertutupi, dan masing-masing faktor mempunyai
sifat yang jauh berpengaruh pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan
menghasilkan hubungan yang berpengaruh dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu
tanaman.
Hasil uji lanjut
BNT terhadap jumlah buah menunjukkan bahwa pemberian MPHP varietas Mario
memberikan hasil jumlah buah yang paling banyak. Jumlah buah berkaitan dengan
tinggi tanaman, dengan bertambahnya tinggi tanaman yang juga mengakibatkan
pertambahan cabang tempat tumbuhnya sebagian banyak daun sehingga mempengaruhi
jumlah bunga yang dihasilkan. Daun sebagai tempat berlangsungnya proses
fotosintesis akan menghasilkan fotosintat yang akan berpengaruh terhadap jumlah
bunga demikian juga jumlah buah, sedangkan tanpa menggunakan MPHP varietas
Jatilaba menunjukkan jumlah buah yang paling rendah. Jumlah buah dipengaruhi
oleh jumlah batang yang dibentuk oleh tanaman, pertambahan jumlah batang sejalan dengan tinggi tanaman, semakin
tinggi tanaman maka jumlah batang yang dihasilkan semakin banyak, batang sangat
dibutuhkan untuk mendukung pembentukan bunga dan buah (Yasin, 2009). Berdasarkan
hasil tinggi tanaman tanpa pemberian MPHP varietas Jatilaba menghasilkan tinggi
tanaman yang paling rendah sedangakan penggunaan MPHP varietas Mario
menghasilkan tinggi tanaman yang paling tinggi sehingga jumlah buah yang
dihasilkan pada pemberian MPHP varietas
Mario lebih tinggi.
Hasil uji lanjut
BNT α = 5% terhadap bobot buah pertanaman memberikan hasil yang tidak
meningkat, dimana tanpa penggunaan MPHP varietas Jatilaba lebih rendah bobot
buahnya dibandingakan perlakuan yang lainnya, ini disebabkan oleh faktor sulitnya
cabai Varietas Jatilaba untuk berbuah karena dilihat dari deskripsinya dapat
hidup didataran tinggi dan buahnya pun sebelum merah/ masak mengalami busuk
buah yang diakibatkan penyakit antraknosa. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Syamsuddin (2007) yang menyatakan bahwa antraknosa adalah
penyakit terpenting yang menyerang cabai di Indonesia. Penyakit ini distimulir
oleh kondisi lembab dan suhu relatif tinggi. Antraknosa dapat menyebabkan
kerusakan dari persemaian sampai tanaman cabai berbuah, dan masalah utama pada
buah masak, serta penurunan hasil dan penyebaran penyakit. Adapun Hamanya ialah
lalat buah (Daucus sp.) dan ulat penggorok buah. Hama perusak
buah ini terutama ditemui pada polong muda atau menjelang masak. Buah
yang terserang lalat buah ditandai dengan ditemukan noda-noda kecil
bekas tusukan ovipositor serangga, kulit buah berwarna agak
kekuningan, apabila buah dibuka biji berwarna hitam dan di dalam polong
yang terserang sering ditemui larva. Dan juga varietas Mario juga tahan
terhadap penyakit antraknosa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Hayati (2001) yang menyatakan bahwa peningkatan produksi cabai dapat dilakukan
dengan menggunakan varietas yang berdaya hasil tinggi.
Hasil uji lanjut
BNT pada taraf α = 5% terhadap berat pupus menunjukkan varietas Jatilaba tanpa
MPHP lebih rendah berat pupusnya dibandingakn dengan perlakuan lainnya. Hal ini
dikarenakan varietas Mario hal ini diduga kebutuhan unsur hara untuk
kultivar cabai merah ini belum tercukupi, Suwandi (2009) mengungkapkan tanaman
yang kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan tanaman salah satunya
menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Berdasarkan analisis tanah awal (Lampiran
14) kandungan N nya 0,155, P nya 3,80, K nya 0,23 setelah menggunakan MPHP
kandungan N,P,K nya meningkat dibandingkan dengan tanpa MPHP, hal ini
dikarenakan MPHP dapat menambah unsur hara yang ada dalam tanah sehingga
meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai.
Hasil uji lanjut
BNT pada taraf α = 5% terhadap hasil produksi 2X panen menunjukkan bahwa penggunaan
MPHP varietas Mario meningkatkan hasil produksi dibandingkan perlakuan lainnya.
Semakin tingginya tanaman berpengaruh juga terhadap hasil produksi, pada
varietas Jatilaba tanpa menggunakan MPHP dapat menghasilkan produksi lebih sedikit
dikarenakan saat penelitian data curah hujan berdasarkan data curah hujan yang
diperoleh dari Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika 2012
(Lampiran 16) hanya sedikit tidak sesuai dengan curah hujan yang diperlukan
untuk tanaman cabai, sehingga mengakibatkan kekeringan walaupun masih
dilakukannya penyiraman, dengan penggunaan MPHP dapat meningkatkan kelembabapan
tanah, dan dapat memperbaiki kondisi lingkungan tanaman dalam hal penyedian
unsur hara dalam tanah, dan memperbaiki iklim mikro dan varietas Mario dapat
meningkatkan hasil dibandingkan Jatilaba dikarenakan Mario dapat tumbuh
didaerah dataran rendah maupun tinggi, tahan terhadap penyakit busuk buah
sehingga penggunaan MPHP varietas Mario menunjukkan hasil produksi yang lebih
tinggi.
Hasil uji lanjut
BNT pada taraf α = 5% terhadap persentase hama dan penyakit menunjukkan
penggunaan MPHP varietas Jatilaba
persentase penyakitnya yan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan, faktor varietas, faktor perlakuan.
Faktor Lingkungan merupakan keadaan iklim yang terjadi selama penanaman sampai
panen, seperti pada penelitian ini juga ketika memasuki fase pembungaan
cuacanya sangat panas dan ditambah dengan kabut sehingga bunga yang akan
menjadi bakal buah rontok. Berdasarkan
data kelembaban udara yang diperoleh selama penelitian berlangsung terdapat
kelembaban yang tinggi (Lampiran17 ). Selanjutnya Midmore (1983) mengatakan
bahwa suhu tanah siang hari lebih berpengaruh dibandingkan suhu tanah malam
hari. Sedangkan faktor varietas, varietas Jatilaba ini tidak mampu beradaptasi
pada iklim yang ada pada daerah penelitian ini sehingga persentase penyakit
yang dihasilkan lebih tinggi meskipun menggunkan MPHP.
Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, faktor genetik yaitu ketahanan
tanaman terhadap hama dan pathogen serta kekeringan dan sifat tanaman yang
hybrid sedangkan factor lingkungan meliputi suhu, ketersediaan air, cahaya
matahari, struktur dan komposisi tanah, reaksi tanah serta mikroorganisme.
Faktor lingkungan merupakan keadaan iklim yang terjadi selama penanaman sampai
panen. Berdasarkan data kelembaban udara yang diperoleh selama penelitian
berlangsung terdapat kelembaban udara yang tinggi. Penggunaan mulsa plastik
hitam perak dapat menurunkan suhu 3oC dibandingkan dengan tanpa MPHP.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kombinasi
penggunaan MPHP dan dua varietas cabai berpengaruh terhadap tinggi tanaman,
jumlah buah pertanaman, hasil produksi 2X panen, dan berat pupus.
2. Penggunaan
varietas Mario yang diberi MPHP berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman
cabai, jumlah buah pertanaman, hasil produksi 2X panen dan berat pupus.
5.2. Saran
Disarankan untuk
kajian lebih lanjut tentang berbagai varietas Cabai dan Mulsa Plastik Hitam
Perak (MPHP) pada lokasi penelitian yang berbeda dan periode pembungaan yang
lebih lama sehingga didapat hasil tanaman yang sesungguhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurahman,
2004. Teknik Pemberian Pupuk Organik dan Mulsa Pada Budidaya Mentimun Jepang.,
Buletin Teknik PertanianVol. 10 No.2, 20005 diakses dari http://www.pustaka.
Deptan . go.id/publication/bt 102054,pdf pada tanggal 11 desember 2011.
Agromedia. 2007. Budidaya Cabai Merah Pada Musim Hujan.
Jakarta: PT. Agromedia pustaka.
Agung,
2007. Budidaya Cabai Merah Pada Musim Hujan. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Hal 1.
Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root
aphid, Pemphigus bursaries L. Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann.
Soc. Ent. Quebec. 22:171-180
Asnawi,
R. dan Dwiwarni, I., 2000. Pengaruh Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Enam Varietas Cabai (Capsicum annuum Liin).
Jurnal Agrotropika Vol. V No.1 Juni 2000 : 5-8.
AVRDC.1994.
Asian Vegetable Research and Development
Center.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data
Iklim Stasiun Klimatologi Jambi Periode Mei-Desember 2012. Jambi.
Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level
as affected by plastic mulches. Proc. Natl. Agr. Plastic Congress. 16:149-155.
Dahana,
K dan Warisno. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and
P.G. Hunt. 1988. Plastic mulch color effects on reflected light and tomato
plant growth. Scientia Hortic. 34:169-175.
Dermawan. 2010. Budidaya
Cabai Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Direktorat
Perbenihan dan Sarana Produksi. 2011. Database Varietas Hortikultura
Kementriaan Pertanian R.I., Jakarta.
Djarwaningsih,
T. 1984. Jenis- jenis Cabai di Indonesia, dalam Penelitian Peningkatan
Pendayagunaan Sumber Daya Alam, hlm 232-235.
Fahrurrozi et al. 2006. Pengaruh Mulsa Plastik
Hitam perak. Bandung. Diakses 26 desember 2012.
Fahrurrozi. 2009. Fakta Ilmiah Dibalik Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak dalam Produksi
Tanaman Sayuran. STIPER. Rejang Lebong.
Fahrurrozi. 1995. Pengaruh mulsa
plastik terhadap pertumbuhan dan hasil Paprika (Capsicum annuum L.)
jenis Bell dan populasi aphid. Jurnal Penelitian Universitas Bengkulu II (4) :
1 - 8.
Fahrurrozi and
K.A. Stewart. 1994. Effects
of mulch optical properties on weed growth and development. HortScience 29
(6):545.
Fahrurrozi, K.A. Stewart and S. Jenni.
2001. The early growth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a
thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J.
Amer. Soc. For Hort. Sci.. 126:757-763.
Gusmin, E. 1996. Pengaruh
berbagai jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun. Skripsi S-1
Fakultas Pertanian.
Handayani, M. 1996. Pengaruh Enam
Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Semangka (Citrullus vulgaris
L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Handoko. 1995.
Budidaya Tanaman Cabai. Penebar swadaya. Jakarta.
Hapernas, dan
R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Hayati. 2001.
Budidaya Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hills, D.E., L. Hankin, and
G.R. Stephens. 1982. Mulches: Their effect on fruit set, timing and
yield of vegetables. Conn. Agr. Exp. Sta. Bulletin. 805.
Hopen, H.J. and N.F. Oebker. 1975. Mulch effects on ambient carbon
dioxide levels and growth of several vegetables. HortScience. 10:159-161.
Jumani. 2008. PerakaranTanaman Cabai. Penebar
Swadaya.Jakarta
Kusbiantoro,
B., Sukarna, E. dan Djakarta, M., 2007. Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Hitam
dan Pola Tanam Pada Produksi Cabe Merah., Seminar hasil pengkajian dan
desiminasi 12 januari 2007.
Koryati, T.
2004. Pengaruh Pengunaan Mulsa dan Pemupukan Urea Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L).
Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Vol 2 No.1 April 2004 : 13-16. Diakses
18 Maret 2012.
Lamont,
W. J. 1993. Plastic mulches for the production of vegetable crops.
HorTechnology. 3 (1) : 35-38
Locascio,
S.J. J.G.A. Fiskell, and D.A. Graetz,. 1985. Nitrogen accumulation by pepper as
influenced by mulch and time of fertilizer application. HortScience. 110 (3) :
325-328.
Marlina, L. 2003. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon pada
Berbagai Konstruksi Ajir. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Midmore, D. J.
1983. The use of mulch for potato in the hot tropics. Circular II (1):1-2.
Natawigena, H. 1985. Pestisida dan kegunaannya. Armico, Bandung.
Nawangsih
dan Asih A. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta
Nurmawati,
S., I. Winarni, dan A. Waskito. 2001. Penggunaan mulsa jerami,
alang-alang, dan plastic hitam perak pada tanaman semangka tanpa biji.
Jurnal Penelitian Matematika, Sains, dan Teknologi. 2:36-41.
PT.
Matahari Seed Indonesia.2011. Cabe Keriting Unggul Mario. CV. Aditya Sentana
Agro. Karangploso Malang.
Purwowidodo. 1983. Teknologi Mulsa. Malang: Dewarucci
Press.
Poespodarsono,
S. 2000. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Pusat
Antar Universitas-IPB, Bogor. h. 82-95.
Priyambada,
2005. Pengaruh Pengolahan Tanah Latosol & Penggunaan Mulsa Alang-Alang
Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L). Buletin Ilmiah Instiper Vol. 12 No. 12 november 2011, 17-25.
Sembiring .A.,
2010. Pemanfaatan Mulsa Plastik Perak (MPHP) Dalam Budidaya Tanaman Cabai (
Capsicum annum L). Diakses 16 September 2011.
Setiadi.
2008. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Penebar
Swadaya. Jakarta
Setiadi.
2009. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Penebar Swadaya. Jakarta
Setiadi.
2011. Bertananam Cabai di Lahan dan Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.
Simbolon, HB.
2003. Peranan Pertanian Organik dalam Pertanian Berkelanjutan dan
Peluang Penerapannya di Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soetiarso, T.A. Ameriana, M. Prabaningrum, L. Sumarni, N.
2006. Pertumbuhan, hasil, dan kelayakan finansial penggunaan mulsa dan
pupuk buatan pada usahatani cabai merah di luar musim. Jurnal Hortikultura.
16(1): 63-76.
Soltani, N., J.L. Anderson and A.R. Hamson. 1985.
Growth and analysis of watermelon plants grown with muches and row-covers.
J.Amer. Soc. Hort. Sci.. 120:1001-1009.
Sudadi. 2003. Perakar Yang baik Untuk Tanaman C.abai.
Bandung
Sunarjono,
H. 1992. Budidaya Cabai Merah. Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Sunaryono,
Hendro. 1992. Budidaya Tanaman Cabe Merah. Sinar Baru
Al Gesindo. Bandung, Hal : 27-28.
Sutedjo. 2006. Varietas cabai. Penebar Swadaya. Jakarta
Suwandi.
2009. Menakar Kebutuhan Unsur Hara Tanaman dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran
Berkelanjutan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. DKI Jakarta.
Syamsudin,
2007. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Born Diseases) pada Tanaman
Cabai (Capsicum annum Liin)
menggunakan agen biokontrol dan ekstrak Botani. Diakses dari http://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobio-vol-no2-1999-Dwinita.php. Pada
Tanggal 10 maret 2007.
Tindall, H.D. 1983. Vegetable in the Tropics. Mac Milan
press Ltd, London.
Utomo.2007. Pengendalian Hama Penyakit Terpadu Pada
Agribisnis Cabai. Penebar swadaya, Jakarta. Hal 98.
Vos,
J.G.M., 1994. Pengolahan Tanaman Terpadu Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L) Dataran Rendah Tropic.
Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Vos, J.G.M., Satrosiswijo, T.S. Uhan, and W. Setiawati. 1991. Thrips on hot pepper in Java. Indonesia. Proc. Reg. Consult.
Workshop, Thrips in Southeast Asia, p:18-28.
Waggoner, P.E., P.M. Miller, and H.E. deRoo. 1960. Plastic
mulching; Principles and benefits. Conn. Agr. Exp. Sta. Bul. 643. 44 pp.
Wan Afriani Barus.2006. Pertumbuhan dan
Produksi Cabai (Capsicum annuum L.) dengan Penggunaan Mulsa dan Pemupukan PK.
(diakses 24 Januari 2012).
Wyman, J.A., N.C. Toscano, K. Kido, H. Jhonson, and K.S. Mayberry.
1979. Effects of mulching on the soread of aphid-transmitted watermelon mosaic
and virus to summer squash. J. Econ. Entomol. 72:139-143.
Yasin YY. 2009. Penggunaan Pupuk Daun dan Retardan
Paelobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) dalam Polybag. Fakultas
Pertanian Bogor. Bogor.
Yondri S. 2011. Syahrul Yondri: Penemu Cabai Jatilaba. (diakses
16 Januari 2012).
Yulimasni,
A Tanjung dan K. Zen. 2003. Penggunaan Mulsa pada usaha tani cabai merah serta
pengaruhnya terhadap serangan hama dan penyakit. Jurnal Pengelolaan Hama dan
Penyakit Tanaman (2): 64-67.
Zen K,
Yulimasni dan I Manti. 2006. Penerapan Teknologi Budidaya Cabai Merah Spesifik
Lokasi Dataran Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Barat.
Zulkifli AK, A Yusuf, Amrizal, T Iskandar, M Adil, MN
Ali, B Sulaeman, Roswita, A Azis, TM Fahrizal, Z Umar da T Djuanda. 2006.
Rakitan Teknologi Budidaya Tanaman Cabai. diakses dari http://nad.litbang.deptan.go.id. (diakses 7 Maret 2013).
Masukkan Komentar di bawah