PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dasar
Perlindungan Tanaman merupakan cara untuk mencegah adanya hama dan penyakit
yang dapat merusak tanaman sehingga menurunkan hasil dari tanaman tersebut.
Perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
cara kultur teknis, Mekanis, penggunaan musuh alami atau dengan pengendalian
hama terpadu (PHT) yang sedang digalakkan pemerintah. (Triharso,1996)
Kol
bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga
putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut
kubis bunga sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda
Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania.
Kubis bunga yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang
ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari
Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX.
(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Ulat
crop (Crocidolomia binotalis Zell.)merupakan hama yang penting pada
tanaman kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang
serius bagi petani. Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan &
Hortikultura V melaporkan ulat crop (C. binotalis) merupakan hama yang
menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis di Jawa Tengah.
Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi mencapai 50 persen per
hektar. Serangan C.binotalis pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat
diatasi secara memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara
intensif.
Kegunaan Penulisan
Penulisan
laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.Selain itu, penulis juga berharap agar laporan ini dapat dipergunakan
sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hama Ulat Crop (Crocidolomia
binotalis) pada tanaman Kubis (Brassica oleracea).
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Plantamor
(2011) adapun sistematika tanaman kubis adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Papavorales
Famili
:
Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica juncea Linn.
Morfoloi Tanaman
Sistem
perakaran tanaman Kubis memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman.
Batang
tanaman Kubis pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan.
Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun Kubis berdaun
lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan
daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop. Kubis berdaun lonjong,
halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya
berserak (roset) hingga sukar membentuk krop.
Biji
berukuran kecil (diameter
sekitar 1mm) berbentuk bulatan
dan terbungkus oleh cangkang berwarna hitam (ada mutan yang berwarna kuning
atau coklat) yang permukaannya tidak rata. Biji ini tahan disimpan bertahun-tahun.
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah
hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman
karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman Kubis tergolong tanaman
yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa
memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan
tanaman Kubis adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman kubis yang tidak
tahan terhadap air yang menggenang.
Tanaman
kubis pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan
terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan Selain dikenal sebagai
tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang
pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk
pertumbuhan tanaman kubis adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C
dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari
dengan intensitas penyinaran yang tidak berubah-ubah.
Suhu
udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak
dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi
lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses
fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga
produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses pernapasan
(respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintsis
lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna. Dengan
demikian pada suhu udara yang tinggi tanaman kubis pertumbuhannya tidak subur,
tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah.
Kelembapan
udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kubis yang optimal berkisar antara
80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk
terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang
dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga
penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2
tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar gas CO2 yang diperlukan tanaman
untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses fotosintesis tidak berjalan
dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman menurun dan tidak
akan menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Ada
kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah
(asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya
adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer
akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air.
Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka
konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6.
Tanah
Tanah
yang cocok untuk ditanami kubis adalah tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam
tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
Kemasaman
tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas
kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke
dalam tanah.
Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat
kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang
secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau
hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin
tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin kecil.
Pada
pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan hara
oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya.
Di samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan
beberapa unsur hara , seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo),
menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium
(Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga dengan
demikian bila kubis ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan
menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik
kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian
tepi daun berkerut.
Sawi
dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling
baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada
tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara
lain pengolahan tanah yang cukup.
Sifat
biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik (humus) dan
bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta tanah
yang banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan
organik.
BIOLOGI HAMA
Menurut Jumar (1997),
biologi hama ulat crop adalah :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
:
Pyralidae
Genus
: Crocidolomia
Spesies
: Crocidolomia binotalis Zell.
Telur
Telur
berukuran 5mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu
daun. Telur berwarna hijau cerah dan mdah berkamuflase pada daun. Telur
biasanya diletakkan pada bagian bawah daun.
Ulat
Ulat
berukuran berkisah antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam serta warna hijau
pada tubuhnya tergantung corak daun yang mereka makan.Biasanya ulat berada pada
bagian bawah daun karena mereka cenderung menghindari cahaya. Pada hari keempat
dan kelima larva akan memakan daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan
kerusakan yang parah pada daun sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman.
Imago
Ngegat
jantan umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Jantan berukuran
20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai warna coklat pada
bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah. Pada siang
hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif pada malam hari.
Pupa
dan Kokon
Panjang berkisar
antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat dengan berwarna hijau cerah dan
coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah.
GEJALA SERANGAN
Ulat
krop/ulat jantung kubis (Crocidolomia binotalis) sering menyerang titik tumbuh
sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih
besar dari ulat tritip,jika sudah besar garis-garis coklat,jika diganggu agak
malas untuk bergerak. Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan
meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.Larva instar ketiga sampai
kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik
tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa
crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus secara
berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun
saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan
benang-benang sutera. Ulat krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak
dapat dipanen sama sekali.
Larva
muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang
setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar
dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan
titik tumbuh sehingga tanaman akan segera mati.
PENGENDALIAN
Pengendalian yang
dapat dilakukan antara lain :
1. Melakukan sanitasi Kebersihan kebun, yaitu dengan
membersihkan kebun dari bahan-bahan organic yang bisa membusuk yang dapat
menjadi sarang tempat hama ini bertelur.
2. Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam,
jangan menanam dua jenis tanaman yang disukai ulat crop berdekatan.
3. Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami
dari hama ini, seperti
a. Lalat sturmiopsis inferens Townsend, famili
Tachinidae, ordo: Diptera Lalat sturmia
sericariae Cornalia.
b. Tiga jenis tabuhan dari fam: Ichneumonidae, ordo:
Hymenoptera, yakni Inareolata, Atrometus, Mesochorus.
c. Satu jenis tabuhan dari fam: Braconidae, ordo:
Hymenoptera, yakni Chelonus sp.
d. Tabuhan Trichograma sp. dari fam: Trichogrammatidae,
ordo: Hymonptera.
4. Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan
di musnahkan.
5. Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak
terlalu rimbun.
6. Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang terserang
berat
7. Dengan menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya.
8. Membuat persemaian di tempat yang tidak terlindung
atau mengurangi naungan.
9. Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida
alami seperti akar tuba, daun pucung tembakau dan lengkuas dan disemprotkan
pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang belum terserang.(Triharso, 1996
).
PERMASALAHAN
Ulat
jantung (Crocidolomia binnotalis) merupakan hama yang penting pada tanaman
kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius
bagi petani. Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V
melaporkan ulat jantung kubis merupakan hama yang menempati urutan pertama
penyebab kerusakan tanaman kubis.
Selanjutnya
disampaikan bahwa pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara
memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif. Tanaman
kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.) merupakan tanaman
sayuran yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, baik itu kalangan konsumen
maupun para petani. Kubis merupakan tanaman sayuran yang sekarang telah banyak
diusahakan para petani di pedesaan Indonesia dan telah dijadikan salah satu
andalan sumber nafkah para petani untuk meningkatkan taraf hidup.
Hasil
rata-rata produksi kubis di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu berkisar 10
-15 ton per ha. Dibandingkan dengan negara-negara penghasil kubis lainnya
seperti Nederland, ± 36 ton per ha dan Amerika Serikat ± 25 ton per ha. Di
Provinsi Sulawesi Utara sendiri yang merupakan daerah pertanaman sayuran yang
cukup besar di kawasan Indonesia Timur memiliki rata-rata produksi hanya 12 ton
per ha. Rendahnya produksi tanaman kubis di Sulawesi Utara selain
disebabkan oleh sistem bercocok tanam yang masih bersifat konvensional juga
oleh adanya serangan hama terutama hama ulat crop ini karena bersifat merusak.
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan didapati bahwa Pada tanaman
kubis yang pada serangan berat ulat crop akan dapat merusakkan hampir
keseluruhan dari bagian tanaman kubis karena ulat ini langsung menyerang ke
titik tumbuh tanaman. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh
Pracaya (1991) yang menyatakan bahwa pada tanaman kubis yang diserang hebat
akan menjadi rusak. Cara makan larva yang rakus dan mampu menghabiskan seluruh
daun kubis merupakan alas an yang menyebabkan ulat ini menjadi hama utama pada
kubis.
Dari hasil pengamatan didapati bahwa untuk mengendalikan hama ini diperlukan
tehnik tehnik tertentu misalnya secara mekanis, biologis dan kimiawi. Hal ini
sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh Triharso (1996) yang menyatakan
bahwa Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain Secara biologis, yaitu
dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, sepertiTabuhan Trichograma sp.
Lalat sturmiopsis inferens Townsend, Secara kimia, yaitu dengan penggunaan
Insektisida alami, Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di
musnahkan.
Dari
hasil pengamatan didapati bahwa gejala serangan pada hama ini terlihat Mula
mula Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak
putih pada daun yang dimakan. Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan
menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya
tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil.
KESIMPULAN
1.
Kubis (Brassica
oleracea. ) merupakan tanaman hortikultura
2.
Hama ulat krop (crocidolomia
binotalis.) merupakan hama utama bagi tanaman kubis
3.
Biologi hama crocidolomia
binotalis.adalah, telur, ulat, dan imago
4.
Gejala serangan yang
ditimbulkan crocidolomia binotalis. terlihat pada Larva muda bergerombol
di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada daun yang
dimakan.
5.
Pada serangan yang
berat menyabebkan tanaman kubis menjadi rusak diseluruh bagian dan dapat
menurunkan produksi tanaman dalam jumlah yang besar
6.
Pengendalian yang
dapat dilakukan antara lain: kebersihan kebun, mengatur pola tanam, pennggunaan
pestisida alami, dengan musuh alami, dan dengan menangkap langsung hama ini
dll.
SARAN
Dari
hasil laporan diatas dapat disimpulkan bahwa diperlukan perlindungan tanaman
yang dimulai sejak awal agar meminimalisasi kerugian para petani ketika waktu
panen. Selain itu penggunaan pestisida dikalangan petani harus diminimalisasi
dan disesuaikan dengan derajat serangan. Karena penggunaan pestisida yang
berlebih dapat menyebabkan hama menjadi resistan.
DAFTAR
PUSTAKA
Borror de long. 1979.
An Introduction To the Study Of Insect. Fifth edition. College publish, New
york
http://web.entomology.cornell.edu/shelton/veg-insects-global/english/croci.html
Diakses tanggal 1 maret 2011
http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis//
Diakses tanggal 1 maret 2011
http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//
Diakses tanggal 1 maret 2011
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains// Diakses tanggal 1 maret 2011
Jumar, 1997.
Entomologi Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta.
Pracaya, 1991. Hama
dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Triharso,1996.
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Untung,K,2003.
Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Masukkan Komentar di bawah