Jurnal : Penelitian Mentimun

PENGARUH BOKASHI BERBAGAI JENIS BAHAN DASAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

Husnul Ardi[1], Evita[2] dan Ely Indraswari2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bokashi dari berbagai jenis bahan dasar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun dan untuk mengetahui jenis bahan dasar bokashi yang paling baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2008 sampai dengan 27 September 2008 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota dengan ketinggian tempat lebih-kurang 35 m dpl. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu jenis bahan dasar bokashi: bokashi alang-alang, bokashi jerami padi, bokashi eceng gondok, dan bokashi daun lamtoro yang masing-masing diulang enam kali. Peubah yang diamati yaitu umur berbunga, bobot kering brangkasan, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, bobot buah per buah, jumlah buah tidak normal per tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokashi berbagai jenis bahan dasar berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, bobot kering brangkasan, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, namun pemberian bokashi berbagai jenis bahan dasar tidak berpengaruh nyata terhadap bobot buah per buah dan jumlah buah tidak normal per tanaman. Pemberian bokashi jerami padi memberikan pertumbuhan dan hasil tertinggi pada tanaman mentimun.

Kata kunci: sayuran buah, pupuk, pertanian organik.



PENDAHULUAN

Produksi tanaman hortikultura khususnya sayur-sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, dalam upaya pemenuhan gizi yang berkecukupan, maka dari itu, produksi sayuran sangat perlu untuk ditingkatkan, salah satu diantaranya adalah tanaman sayuran mentimun.
Mentimun (Cucumis sativus L.) biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar. Pada saat ini, mentimun sudah banyak digunakan pada berbagai hidangan dari seluruh dunia. Mentimun memiliki kandungan air yang cukup banyak sehingga berfungsi sebagai penyejuk. Di samping itu potongan buah mentimun dapat digunakan untuk membantu melembabkan wajah, sehingga dapat dikatakan mentimun berfungsi sebagai ramuan tradisional untuk pemelihara kecantikan wajah. Selain itu, mentimun juga memiliki khasiat untuk memperlancar buang air kecil (diuretik) pada penderita hipertensi (Wikipedia Indonesia, 2008).
Tanaman mentimun memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi baik untuk kesehatan tubuh. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,2 g lemak, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 0,5 g serat, 0,4 g abu, 19,0 g kalsium, 122 mg kalium, 5,0 mg natrium, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thiamin, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1, dan 0,2 IU vitamin B2, 10 mg vitamin C dan 96,1 g air (Sumpena, 2002).
Pada saat ini, negara Jepang merupakan negara pengimpor mentimun terbesar di Asia, permintaan mentimun di negara Jepang per tahunnya rata-rata 50.000 ton, terutama dalam bentuk mentimun asinan, sedangkan Indonesia baru menyuplai sekitar 2000 ton per tahunnya (Iswanto, 1997).
Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi (2007), produksi mentimun di Provinsi Jambi pada tahun 2006 dari sembilan kabupaten dan 1 kota terlihat masih cukup rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional. Untuk lebih jelas tentang keadaan luas panen dan produksi mentimun di Provinsi Jambi, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.  Luas panen, produksi dan produktivitas mentimun di Provinsi Jambi tahun 2006.

Kabupaten/Kota
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton ha-1)
Kerinci
74
210
2,837
Bungo
170
541
3,182
Tebo
102
442
4,333
Merangin
276
1463
5,301
Sarolangun
77
865
11,23
Batanghari
92
677
7,359
Muaro Jambi
470
1692
3,6
Tanjung Jabung Barat
60
292
4,867
Tanjung Jabung Timur
85
232
2,729
Kota Jambi
127
1312
10,33
Rata-rata
149,3
772,5
5,174
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi tahun 2007.

Sehubungan dengan rendahnya pengusahaan mentimun di lahan kering di Provinsi Jambi yang produktivitasnya masih terlalu rendah jika dibandingkan dengan produktivitas nasional pada tahun 2006, yaitu sebesar 10,21 ton ha-1 (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2008), maka perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas mentimun melalui teknik budidaya dan pemupukan yang baik.
Naiknya produktivitas suatu komoditas dapat ditunjang dengan kondisi lahan/tanah pertanian yang subur, serta memiliki kandungan unsur hara yang cukup. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah adalah dengan cara melakukan pemupukan. Adapun jenis pupuk yang dianjurkan dalam meningkatkan kesuburan tanah tersebut adalah pupuk organik dan anorganik (Sarief, 1985).
Menurut International Organization for Standarization (ISO), pupuk organik adalah bahan organik yang mengandung nitrogen, pada umumnya berasal dari tumbuhan dan hewan yang ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan kimia yang apabila digunakan secara terus-menerus dapat mengakibatkan degradasi bahan organik tanah.
Penggunaan pupuk organik yang telah dipadukan dengan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia. Sehingga dapat dikatakan, terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami, 2001). Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah sintesis. Selain itu bahan dasar pembuatan pupuk organik juga tersedia di alam. Berdasarkan jenisnya, terdapat berbagai macam jenis pupuk organik, baik yang berupa pupuk organik cair yang lazim disebut teh kompos dan pupuk organik padat. Salah satu pupuk organik padat yang baik untuk tanaman adalah bokashi. Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, berperan sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman, maka dari itu, bokashi dapat dijadikan sebagai faktor keberhasilan produksi pertanian dengan biaya yang cukup murah.
Bahan yang tersedia bebas di alam dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk pembuatan bokashi. Berbagai bahan tersebut antara lain, eceng gondok, alang-alang, daun lamtoro dan jerami padi. Bahan bahan tersebut merupakan bahan yang tersedia di alam, beberapa di antaranya bahkan dimusnahkan karena merupakan gulma, padahal dengan kandungan kimia yang dimiliki pada per tiap bahannya, seluruh jenis bahan tersebut bisa di jadikan sebagai bahan dasar pembuatan bokashi ataupun kompos.
Hasil penelitian Ricardo (2007) didapatkan bahwa pemberian bokashi serbuk gergaji sebanyak 9 ton ha-1 memberikan pertumbuhan normal dan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan taraf 12 ton ha-1 pada tanaman tomat. Selain itu, bokashi yang dibuat dengan bahan dasar pupuk kandang dan EM4 sebagai dekomposer terbukti memberikan hasil terbaik bagi tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong isi dan bobot kering pada tanaman kedelai (Marlina, 2001). Hal ini memperlihatkan bahwa pupuk kandang ayam memiliki peran yang penting dalam pembuatan bokashi. Selain berfungsi sebagai bahan pembawa EM4, pupuk kandang juga berfungsi sebagai bahan pembenah tanah, membantu mencegah terjadinya erosi, serta meningkatkan kelembaban tanah.
Hasil penelitian Susanty (2006) menunjukkan bahwa bokashi pupuk kandang sapi memberikan hasil terbaik pada tanaman tomat dibandingkan dengan bokashi alang-alang, bokashi serbuk gergaji dan bokashi eceng gondok. Sementara itu dalam penelitiannya Partinah (2004) berkesimpulan bahwa pemberian dosis bokashi jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat di polybag. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan dosis yang diberikan tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.
Beberapa penelitian tentang bokashi tersebut diatas menunjukkan bahwa, bokashi yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan hasil serta pertumbuhan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Bokashi Berbagai Jenis Bahan Dasar Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis bahan dasar bokashi serta untuk mengetahui pengaruh jenis bahan dasar bokashi yang paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun.


METODA PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota dengan ketinggian tempat 35 m di atas permukaan laut, dan jenis tanah Ultisol. Percobaan berlangsung selama 3 bulan, dari tanggal 23 Juli sampai tanggal 27 September 2008.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih tanaman mentimun varietas Mercy F1, pupuk kandang kotoran ayam, alang-alang, jerami padi, eceng gondok, daun lamtoro, EM4, gula, Urea, SP-36, KCl dan air. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, parang, garu, tugal, meteran, ember, tali rafia, gembor, terpal, polybag berukuran 4 x 10 cm, oven dan alat tulis.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari satu faktor dengan empat jenis perlakuan, yaitu: b1 = bokashi alang-alang, b2 = bokashi jerami padi, b3 = bokashi eceng gondok, dan b4 = bokashi lamtoro. Setiap perlakuan dalam percobaan ini diulang 6 kali. Dengan demikian jumlah petak percobaan adalah 4 x 6 = 24 petak, di mana setiap petak terdiri atas 16 tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur berbunga
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam bokashi memberikan pengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman mentimun. Rata-rata umur munculnya bunga tanaman mentimun akibat pengaruh pemberian beberapa jenis bokashi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.  Umur berbunga tanaman mentimun akibat pemberian bokashi dengan berbagai jenis bahan dasar.

Jenis bokashi
Umur berbunga (hari setelah tanam)
Alang-alang
27,42 a
Jerami padi
23,92 d
Eceng gondok
26,50 b
Lamtoro
24,83 c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan dengan taraf α = 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian bokashi jerami padi menghasilkan umur berbunga yang paling cepat dan paling sesuai dengan deskripsi varietas tanaman dibandingkan dengan bokashi eceng gondok, bokashi lamtoro dan bokashi alang-alang. Pemberian bokashi alang-alang menghasilkan umur berbunga paling lama dibandingkan pemberian bokashi lainnya.

Bobot kering brangkasan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam bokashi berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan tanaman mentimun. Pengaruh pemberian beberapa jenis bokashi terhadap bobot kering brangkasan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.  Bobot kering brangkasan tanaman mentimun akibat pemberian bokashi dengan berbagai jenis bahan dasar.

Jenis bokashi
Bobot kering brangkasan (g)
Alang-alang
 20,11 ab
Jerami padi
 26,81 a
Eceng gondok
 16,92 bc
Lamtoro
 19,10 ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan dengan taraf α = 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian bokashi jerami padi menghasilkan bobot kering brangkasan yang tidak berbeda nyata dengan pemberian bokashi alang-alang, dan bokashi daun lamtoro namun berbeda nyata dengan bokashi eceng gondok. Sedangkan pemberian bokashi alang-alang menghasilkan bobot kering brangkasan yang tidak berbeda nyata dengan pemberian bokashi daun lamtoro dan bokashi eceng gondok.
Jumlah buah per tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam bokashi berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Jumlah buah pertanaman pada perlakuan berbagai jenis bokashi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.  Jumlah buah per tanaman mentimun akibat pemberian bokashi dengan berbagai jenis bahan dasar.

Jenis bokashi
Jumlah buah per tanaman
Alang-alang
 1,75 c
Jerami padi
 5,08 a
Eceng gondok
 2,00 c
Lamtoro
 3,50 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan dengan taraf α = 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian bokashi jerami padi memberikan jumlah buah per tanaman paling banyak dibandingkan dengan bokashi daun lamtoro, bokashi eceng gondok, dan bokashi alang-alang. Bokashi daun lamtoro berbeda nyata dengan bokashi eceng gondok dan bokashi alang-alang, namun pemberian bokashi bokashi eceng gondok memberikan jumlah buah yang tidak berbeda nyata dengan pemberian bokashi alang-alang.


Bobot buah per tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam bokashi berpengaruh nyata terhadap bobot buah per tanaman. Bobot buah pertanaman pada perlakuan berbagai jenis bokashi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.  Bobot buah per tanaman mentimun akibat pemberian bokashi dengan berbagai jenis bahan dasar.

Jenis bokashi
Bobot buah per tanaman (g)
Alang-alang
 487,08 c
Jerami padi
 1536,67 a
Eceng gondok
 563,33 c
Lamtoro
 1027,50 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan dengan taraf α = 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian bokashi jerami padi memberikan bobot buah per tanaman paling tinggi dibandingkan bokashi daun lamtoro, bokashi eceng gondok dan bokashi alang-alang. Pemberian bokashi jerami padi berbeda nyata dengan pemberian bokashi lamtoro, bokashi eceng gondok dan bokashi alang-alang, Bokashi daun lamtoro berbeda nyata dengan bokashi eceng gondok dan bokashi alang-alang, namun pemberian bokashi eceng gondok dan alang-alang tidak menunjukkan bobot buah yang berbeda nyata.

Bobot buah per buah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis bokashi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot buah per buah. bobot buah per buah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.  Bobot buah per tanaman mentimun akibat pemberian bokashi dengan berbagai jenis bahan dasar.

Jenis bokashi
Bobot buah per buah (g)
Alang-alang
282,639 a
Jerami padi
302,612 a
Eceng gondok
281,667 a
Lamtoro
292,773 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan dengan taraf α = 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis bokashi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot buah per buah.

Jumlah buah tidak normal per tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis bokashi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah tidak normal per tanaman. Jumlah buah tidak normal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.  Bobot buah per tanaman mentimun akibat pemberian bokashi dengan berbagai jenis bahan dasar.

Jenis bokashi
Jumlah buah tidak normal per tanaman
Alang-alang
0,583 a
Jerami padi
0,167 a
Eceng gondok
0,250 a
Lamtoro
0,167 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan dengan taraf α = 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis bokashi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah tidak normal per tanaman.


PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman mentimun
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu species. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidupnya serta dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah ketersediaan unsur hara. Pemberian bokashi merupakan salah satu cara pemenuhan ketersediaan unsur hara karena bokashi mengandung unsur hara bagi tanaman serta mampu memperbaiki struktur tanah sehingga penyerapan hara dapat berlangsung lebih baik yang tentunya dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Bokashi merupakan pupuk organik yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah secara alamiah tidak dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman karena memerlukan waktu untuk terdekomposisi, sedangkan dengan menggunakan bokashi, bahan organik tersebut dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur haranya.
Melalui proses dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman serta pupuk kandang, maka akan dibebaskan sejumlah unsur hara seperti N, P dan K yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Proses dekomposisi juga menghasilkan bahan humus yang mampu meningkatkan agregasi tanah. Agregasi tanah yang baik secara tidak langsung juga memperbaiki ketersediaan unsur hara, sehingga dapat dikatakan, perbaikan sifat tanah baik fisik, kimia dan biologis dapat dilakukan dengan memberikan berbagai jenis bokashi pada tanaman.
Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa pemberian beberapa macam bokashi berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (Tabel 7) dan bobot kering brangkasan (Tabel 8). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dapat dikategorikan menjadi dua faktor yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik). Berbedanya umur muncul bunga pada tiap-tiap perlakuan bokashi disebabkan oleh serapan hara dari dalam tanah oleh tanaman. Semakin tercukupi hara yang diserap, maka akan semakin tepat umur berbunga tanaman sesuai dengan deskripsi varietas yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Pada hasil penelitian didapatkan umur berbunga pemberian bokashi jerami padi merupakan umur berbunga terbaik (Tabel 7), yang sesuai dengan deskripsi varietas tanaman. Sedangkan pada pemberian bokashi alang-alang didapatkan umur berbunga yang paling lama, atau dapat dikatakan tanaman terlambat berbunga. Hal ini dikarenakan, umur berbunga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu penyerapan air serta hara oleh tanaman. Menurut Sutanto (2002) bokashi yang baik memiliki kemampuan untuk membuat tanah memiliki kapasitas pengikatan air yang tinggi, sehingga dengan tersedianya air bagi tanaman, maka umur berbunga serta proses siklus generatifnya akan berjalan tepat pada waktunya. Berlawanan dengan hal tersebut, apabila kapasitas pengikatan air yang rendah, di mana air tidak tersedia bagi tanaman, dapat menyebabkan umur berbunga menjadi lebih lama, dengan kata lain, proses siklus generatif nya menjadi terlambat.
Variabel pertumbuhan lain yang dapat dikaji adalah bobot kering brangkasan. Dari hasil penelitian terungkap bahwa pemberian beberapa macam bokashi berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan tanaman (Tabel 8). Hal ini berkaitan dengan kemampuan daun untuk berfotosintesis yang tidak terlepas dari peran unsur hara dan mikroorganisme tanah yang terkandung dalam bokashi, seperti bakteri Azotobacter dan bakteri fotosintetik yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga dapat meningkatkan ketersedian nitrogen di dalam tanah sehingga mudah diserap oleh tanaman. Fungsi nitrogen bagi tanaman yaitu sebagai bahan utama pembangun sel-sel daun dan pembentuk klorofil di dalam sel, serta berpengaruh pada pembentukan karbohidrat pada proses fotosintesis, setelah sebelumnya unsur nitrogen tersebut diubah terlebih dahulu dari unsur organik bokashi.
Wididana (1994) menyatakan bahwa aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam bokashi seperti bakteri fotosintetik, di dalam tanah memberikan pengaruh yang penting terhadap peningkatan laju efisiensi fotosintesis dan kemampuan fiksasi nitrogen oleh tanaman. Apabila semakin banyak nitrogen yang tersedia untuk tanaman, maka akan dihasilkan protein lebih besar sehingga daun dapat tumbuh lebih lebar dan fotosintat yang dihasilkan pun lebih banyak pula.
Dari hasil percobaan diketahui, pemberian bokashi jerami padi mampu meningkatkan bobot kering brangkasan tanaman tertinggi, diikuti oleh bokashi alang-alang, bokashi daun lamtoro dan bokashi eceng gondok (Tabel 8). Hal ini disebabkan bokashi jerami padi memiliki kandungan hara yang cukup untuk meningkatkan penyerapan nitrogen oleh tanaman, proses penyerapan hara oleh tanaman tergantung pada struktur serta sifat bokashi masing-masing jenis, di mana bokashi jerami padi memiliki sifat serta struktur yang paling menguntungkan dibandingkan bokashi lainnya. Hasil analisis bokashi menunjukkan bahwa bokashi jerami padi memiliki rasio C/N yang paling dekat nilainya dengan rasio C/N tanah, yaitu berkisar 15 - 20. Sedangkan pada bokashi jenis bahan dasar lainnya, memiliki nilai rasio C/N yang cukup jauh berbeda dengan nilai rasio C/N tanah, menurut Sutanto (2002) bahwa bahan rasio C/N kompos yang baik dapat berkisar antara 5 – 20. Akan tetapi melalui hasil penelitian dilapangan, dapat diduga dengan semakin mendekati nilai rasio C/N tanah, maka bokashi jerami padi mampu memperbaiki sifat tanah menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002) bahwa bokashi mampu meningkatkan daya menahan air, dan kemampuan Kapasitas Tukar Kation (KTK) menjadi lebih tinggi, sehingga penyerapan hara baik yang berasal dari bahan organik itu sendiri maupun yang berasal dari pupuk anorganik yang diberikan, menjadi lebih baik. Hal inilah yang menyebabkan pemberian bokashi jerami padi memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan bokashi jenis lainnya.

Hasil tanaman mentimun
Hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa bokashi jerami padi berbeda nyata serta mengungguli bokashi lainnya dalam variabel jumlah buah pertanaman (Tabel 9) dan bobot buah per tanaman (Tabel 10), namun untuk variabel bobot buah per buah tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada tiap-tiap perlakuan. Akan tetapi dapat dilihat secara angka, bahwa pemberian bokashi jerami padi tetap mengungguli bokashi jenis lainnya (Tabel 11). Begitu juga halnya pada variabel buah tidak normal, hasil uji lanjut Duncan terhadap keempat jenis bokashi tersebut tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 12).
Bokashi merupakan produk fermentasi bahan organik dengan menggunakan teknologi EM4. Penelitian ini menggunakan bahan organik berupa alang-alang, jerami padi, eceng gondok serta daun lamtoro, di mana bokashi-bokashi yang dihasilkan secara umum mengandung unsur N, P serta K yang tidak jauh berbeda jumlah kandungannya. Akan tetapi, melalui hasil penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan bokashi jerami padi memberikan jumlah buah per tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 9). Begitu juga terhadap variabel bobot buah per tanaman, perlakuan bokashi jerami padi menghasilkan bobot buah tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 10).
Pemberian bokashi tentunya sangat berpengaruh baik pada tanaman. Dengan pemberian berbagai macam bokashi, maka unsur hara baik makro maupun mikro lebih tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Handayanto (1998) bahwa bahan organik seperti bokashi mampu menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara, baik yang berasal dari bahan organik itu sendiri maupun dari pupuk anorganik yang diberikan.
Pengaruh bokashi terhadap variabel-variabel yang diamati pada penelitian diduga lebih disebabkan oleh seberapa besar peranan bokashi tersebut terhadap perbaikan sifat fisik tanah, yang pada akhirnya mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Hal ini berhubungan dengan rasio C/N bahan organik. Dikarenakan struktur serta sifatnya yang mendukung perbaikan sifat tanah, serta rasio C/N bahannya yang baik, maka bahan organik jerami padi mampu memperbaiki sifat tanah dibandingkan jenis bokashi lainnya, di mana hara lebih tersedia bagi tanaman, baik yang berasal dari bahan organik itu sendiri serta pemberian pupuk anorganik, menjadi lebih efektif dan efisien.
Nitrogen merupakan penyusun banyak senyawa bagi tanaman seperti asam amino yang dibutuhkan untuk pembentukan protein dan enzim (Lakitan, 1993). Pertumbuhan akan meningkat apabila enzim dan protein yang dihasilkan semakin banyak, karena protein dan enzim merupakan bahan baku pembentukan sel yang mempercepat pertumbuhan. Unsur kalium yang diserap oleh tanaman merupakan aktivator dari berbagai enzim yang penting dalam proses fotosintesis dan respirasi serta proses sintesis protein dan pati. Sedangkan unsur fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam transfer energi untuk pembentukan fosfolipid dan nukleoprotein. Unsur P juga berperan penting dalam pembentukan bagian-bagian reproduktif tanaman dan banyak terkandung dalam buah dan biji (Lakitan, 1993).
Selain itu, pada saat penelitian juga dapat dilihat secara visual di lapangan, bahwa pemberian bokashi jerami padi mampu menahan air lebih lama dibandingkan bokashi lainnya meskipun penyiraman diberikan sama untuk setiap petakan. Petakan bokashi jerami padi mampu menahan serta menyerap air lebih baik. Hal ini terlihat dari warna tanah basah yang menahan air pada petakan pada perlakuan bokashi jerami padi kelihatan lebih gelap dibandingkan tanah kering yang kelihatan berwarna lebih terang pada petakan perlakuan lainnya. Disimpulkan pada bokashi jerami padi, air menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Dengan kata lain dengan semakin tersedianya air, maka akan semakin meningkatkan produksi tanaman, karena pada dasarnya seluruh bagian tubuh tanaman baik berupa organ vegetatif maupun organ generatif, seperti buah batang daun dan akar, sebagian besar terdiri dari air (Lakitan, 1993). Selain itu, ditambahkan oleh Handayanto (1998) bahwa dengan tersedianya air bagi tanaman, maka proses pengangkutan serta penyerapan hara baik yang berasal dari bahan organik maupun dari pupuk anorganik yang diberikan menjadi lebih baik.
Walaupun bokashi jenis bahan organik lainnya juga memiliki kandungan hara yang relatif hampir sama besar dengan jerami padi, namun bokashi tersebut kurang mampu memperbaiki sifat tanah dalam ketersediaan unsur hara dan air, di mana hara dan air menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Hal ini mengacu pada kandungan karbon bahan yang masih tinggi atau terlalu rendah, dan pembenaman bahan organik menjadi kurang efektif untuk meningkatkan ketersediaan hara dan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Handayanto (1998), bahwa semakin tinggi atau semakin rendah kandungan karbon suatu bahan organik, maka dapat menyulitkan sinkronisasi proses mineralisasi pelepasan unsur hara yang terdapat di dalamnya terhadap saat yang tepat tanaman membutuhkan hara.
Selain itu, proses pelepasan unsur hara ke dalam tanah juga dapat terhalang oleh proses immobilisasi hara, di mana bakteri dan mikrobia yang hidup dalam bahan organik juga turut mengambil serta menggunakan hara yang terdapat dalam bahan organik untuk tumbuh dan berkembang biak, namun pada akhirnya hara tersebut juga dapat terlepas kembali ke tanah, saat mikrobia mati dan mengalami dekomposisi hara. Sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002), bahwa immobilisasi merupakan pengikatan hara tersedia menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu yang relatif tidak lama, namun hal ini memberi pengaruh positif pada musim tanam berikutnya.
Pengaruh pemberian bokashi lainnya, yaitu adanya mikroorganisme tanah yang terdapat dalam tiap-tiap perlakuan bokashi yang pada fungsinya dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara didalam tanah serta memperbaiki sifat-sifat tanah menuju ke lebih baik, walaupun unsur hara yang terdapat di dalam bahan organik belum sepenuhnya terurai dan dilepaskan ke dalam tanah seperti pada bokashi alang-alang. Namun pemberian bokashi ini tetap mampu menjaga jumlah mikroorganisme yang baik di dalam tanah, dan mengurangi mikroorganisme yang tidak menguntungkan, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman tetap terjaga dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002) bahwa meskipun belum keseluruhan bahan dasar bokashi mengalami fermentasi, tetapi sudah dapat digunakan sebagai pupuk. Apabila diberikan ke dalam tanah, maka bahan organiknya dapat digunakan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme aktif, dapat membantu proses metabolisme dan penyerapan hara oleh tanaman, sehingga pada akhirnya mampu memperbaiki kualitas produksi yang dihasilkan. Pengaruh baik ini dapat dilihat pada perlakuan buah tidak normal yang menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan bokashi jenis lainnya (Tabel 12). Dapat dikatakan, dengan tidak adanya atau semakin sedikitnya buah tidak normal, pemberian bokashi mampu menekan jumlah buah tidak normal pada tanaman mentimun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
   Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1.  Pemberian bokashi berbagai jenis bahan dasar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.
2.  Pemberian bokashi jerami padi memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik dibandingkan pemberian bokashi jenis lainnya.

Saran
1.  Penanaman mentimun (Cucumis sativus L.) varietas Mercy dianjurkan menggunakan bokashi jerami padi guna meningkatkan pertumbuhan dan hasil.
2.  Masih perlu dilakukan percobaan lanjutan dengan jenis bokashi yang dibuat berdasarkan dosis, kondisi lingkungan serta tanaman yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami. 2001. Teknologi Pengomposan Cepat dengan Menggunakan Trichoderma harzianum. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami, Padang, Sumatera Barat.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. 2007. Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, Jambi.
Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Iswanto, H. 1997. Budidaya timun Jepang dengan mulsa plastik. Trubus 327: -.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Marlina. 2001. Pengaruh Dosis Bokashi Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Skripsi Sarjana. Universitas Jambi, Jambi.
Partinah. 2004. Pengaruh Pemberian Bokashi Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Skripsi Sarjana. Universitas Jambi, Jambi.
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2008. www.database.deptan.go.id (diakses 5 Maret 2008).
Ricardo, R. 2007. Pengaruh Pemberian Bokashi Serbuk Gergaji terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi Sarjana. Universitas Jambi, Jambi.
Rosmarkam, A. dan W. N. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Sarief, E. S. 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Jakarta.
Sumpena, U. 2002. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanty. 2006. Pengaruh Pemberian Beberapa Macam Bokashi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) di Polybag. Skripsi Sarjana. Universitas Jambi, Jambi.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Wididana, G. N. 1994. Bokashi dan Fermentasi. Institut pengembangan Sumber Daya Alam (ISPA), Jakarta.
Wikipedia Indonesia. 2008. Mentimun. http://id.wikipedia.org/wiki/Mentimun (diakses 5 Maret 2008).



[1] Mahasiswa Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
[2] Staf Pengajar pada Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Masukkan Komentar di bawah