PENGARUH
PUPUK ORGANIK CAIR HORMON TANAMAN UNGGUL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
BUNCIS (Phaseolus vulgaris L)
Oleh:
Anik Safitri, Dr. Ir. Nerty Soverda,
MS, dan Ir. Buhaira, MP
PS Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk
organik cair Hormon Tanaman Unggul terhadap pertumbuhan dan hasil tertinggi
tanaman buncis. Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari – Juni 2013 di
Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo
Indah, desa Mendalo Indah kecamatan Jambi Luar Kota kabupaten Muaro Jambi.
Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 35 dpl (diatas permukaan laut).
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima
konsentrasi pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul sebagai taraf perlakuan.
Lima taraf tersebut adalah tanpa pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul (d0),
1 ml L-1 air (d1), 2 ml L-1 air (d2),
3 ml L-1 air (d3) dan 4 ml L-1 air (d4).
Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (daun), jumlah
cabang (cabang), jumlah polong (polong), panjang polong (cm) dan berat polong
(g). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan
dengan uji BNT pada taraf α = 5 %. Hasil memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh
konsentrasi pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul dengan konsentrasi 4 ml L-1
air memberikan hasil terbaik terhadap perkembangan vegetatif tanaman buncis.
Konsentrasi 1 ml L-1 air memberikan hasil terbaik terhadap
pertumbuhan generatif tanaman buncis.
Kata kunci: Kacang buncis,
pertumbuhan, hasil, pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul
ABSTRACT
The study aimed to determine the effect of
concentration of liquid organic fertilizer Superior Plant Hormones on crop
growth and the highest yield of beans . The experiment was conducted in
February - June 2013 at the Teaching and Research Farm of Faculty of
Agriculture, University of Edinburgh campus Mendalo Beautiful , Beautiful
Mendalo rural districts of Jambi Jambi Muaro Outer City district . Location of
the study lies at an altitude of 35 asl ( above sea level ) . The design used
was a randomized block design ( RBD) with five concentrations of liquid organic
fertilizer as a Superior Plant Hormone treatment level . The five- level liquid
organic fertilizer is no Superior Plant Hormones ( d0 ) , 1 ml L - 1 water ( d1
) , 2 ml L - 1 water ( d2 ) , 3 ml L - 1 water ( d3 ) and 4 ml of L - 1 water (
d4 ) . The variables measured were plant height ( cm ) , number of leaves (
leaf ) , number of branches ( branch ) , pods ( pods ) , pod length ( cm ) and
weight of pods ( g ) . Data were analyzed with analysis of variance and
followed by LSD test at level α = 5 % . The results showed that there are
significant concentrations of organic liquid fertilizer plant hormone
concentrations Winning with 4 ml L - 1 water gave the best results on the
development of vegetative plant beans . Concentration of 1 ml L - 1 water gave
the best results on the growth of bean plants generative .
PENDAHULUAN
Buncis (Phaseolus
vulgaris L) merupakan tanaman sayuran kacang-kacangan yang memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi, merupakan sumber protein nabati dengan kadar
protein lebih kurang 35,1 %. Ditinjau dari kandungan gizinya buncis mempunyai
peranan penting terhadap peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan
kerja dan pengembangan terhadap produksi sayuran nasional. Untuk meningkatkan
produksi tanaman buncis perlu dilakukan pemupukan.
Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik dalam
jangka panjang berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat
mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi masam dan pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas tanaman. Untuk menjaga kondisi tanah agar tetap
subur dalam jangka waktu yang lama penggunaan pupuk organik perlu dilakukan.
Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur hara
makro dan mikro. Pupuk organik dapat berupa padat dan cair serta dapat
diberikan kemedia tanam maupun ketanaman langsung. Pemupukan pada tanaman
buncis secara langsung ketanaman menggunakan pupuk organik cair. Pemupukan
dengan menggunakan pupuk organik cair selain menambah bahan organik juga dapat
menambah hara tanaman. Pupuk organik cair yang dalam penggunaannya melalui daun
akan lebih merata sehingga menanggulangi defisiensi hara secara cepat.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi yang diaplikasikan
terhadap tanaman.
Oleh karena itu penelitian ini
perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk
organik cair Hormon Tanaman Unggul terhadap pertumbuhan dan hasil tertinggi
tanaman buncis.
BAHAN DAN
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Teaching and
Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Mendalo Indah, Desa
Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Febuari 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: benih buncis tipe tegak varietas Tala, pupuk organik
cair Hormon Tanaman Unggul, tanah kompos, pasir dan air.
Alat yang digunakan adalah
cangkul, parang, mesin air, selang air, mistar, tali, polybag, ember, gembor,
handsprayer, timbangan analitik, alat tulis dan alat-alat yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal, yaitu konsentrasi pupuk
organik cair Hormon Tanaman Unggul dengan 5 perlakuan dan perlakuan diulang 4
kali sehingga diperoleh 20 petak percobaan. Perlakuan yang dicobakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut d0= tanpa pupuk organik cair
Hormon Tanaman Unggul, d1= 1 ml L-1 air, d2= 2
ml L-1 air, d3= 3 ml L-1 dan d4= 4
ml L-1 air. Pada setiap petak terdapat 3 tanaman sampel dan jumlah
keseluruhan tanaman sampel pada penelitian ini sebanyak 60 tanaman. Variabel yang diamati
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, panjang polong
dan berat polong. Hasil percobaan menunjukan pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair
Hormon Tanaman Unggul berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang,
panjang polong dan berat polong.
Persiapan lahan
meliputi pengolahan lahan yang dilakukan dengan penetapan lahan penelitian dan
pengolahan tanah. Areal yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari semak
dan kotoran lainnya, kemudian memasukkan media tanam campuran antara tanah dan
pupuk kompos dengan perbandingan 1:1 dan selanjutnya dilakukan penyusunan
polybag dengan jarak antar polybag adalah 50 cm x 20 cm.
Penanaman benih
buncis pada polybag dilakukan dengan memasukkan benih buncis kedalam lubang
tanam dan ditutup kembali dengan tanah. Selanjutnya tanah disiram hingga
tanahnya cukup lembab. Setiap polybag diisi 3 benih buncis.
Pemberian pupuk
organik cair Hormon tanaman Unggul dilakukan dengan menyemprotkan larutan pupuk
organik cair dengan konsentrasi sesuai perlakuan pada tanaman pada waktu pagi
atau sore hari. Pemberian setiap perlakuan pupuk organik cair dilakukan setelah
tanaman berumur 10 hst dan diulang setiap 7 hari sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Berdasarkan
analisis ragam dan setelah dilakukan uji BNT, diketahui bahwa pemberian
berbagai konsentrasi pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul berbengaruh nyata
terhadap variebel jumlah daun, jumlah cabang, panjang polong dan berat polong.
Tabel
1. Rata-rata jumlah daun umur 35 hst dengan perlakuan pupuk organik cair.
Konsentrasi (ml L-1)
|
Jumlah Daun
(Daun)
|
4
|
8.00a
|
3
|
7.95a
|
0
|
6.84bc
|
2
|
6.56c
|
1
|
6.20c
|
Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut Uji BNT pada taraf ά = 5 %.
Tabel 1
menunjukkan bahwa jumlah daun terbanyak diperoleh dari pemberian pupuk organik
cair pada konsentrasi 4 ml L-1 yaitu 8,00 daun, tidak berpengaruh nyata dengan pemberian pupuk
organik cair pada konsentrasi 3 ml L-1
tetapi berpengaruh nyata dengan pemberian konsentrasi 0 ml L-1,
konsentrasi 1 ml L-1 dan konsentrasi 2 ml L-1. Jumlah
daun paling sedikit diperoleh dari pemberian pupuk organik cair pada
konsentrasi 1 ml L-1 yaitu 6,20 daun.
Tabel
2. Rata-rata jumlah cabang umur 35 hst dengan perlakuan pupuk organik cair.
Konsentrasi (ml L-1)
|
Jumlah Cabang
(Cabang)
|
4
|
9.08a
|
3
|
9.00a
|
2
|
7.44bc
|
0
|
7.00c
|
1
|
6.86c
|
Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut Uji BNT pada taraf ά = 5 %.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak
diperoleh dari pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi 4 ml L-1
yaitu 9,08 cabang, tidak berpengaruh nyata dengan pemberian konsentrasi 3 ml L-1
tetapi berpengaruh nyata dengan pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi 0
ml L-1, konsentrasi 1 ml L-1 dan konsentrasi 2 ml L-1.
Jumlah cabang paling sedikit diperoleh dari pemberian pupuk organik cair pada
konsentrasi 1 ml L-1 yaitu 6,86 cabang.
Tabel 3. Rata-rata panjang polong umur 35 hst dengan
perlakuan pupuk organik cair.
Konsentrasi (ml L-1)
|
Panjang Polong (Polong)
|
1
|
4.61a
|
4
|
4.44ab
|
2
|
4.32b
|
3
|
3.86c
|
0
|
3.86d
|
Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut Uji BNT pada taraf ά = 5 %.
Tabel 3 menunjukkan bahwa panjang polong tertinggi
diperoleh dari pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi 1 ml L-1
yaitu 4,61 cm, tidak memberikan pengaruh yang nyata dengan pemberian
konsentrasi 4 ml L-1 tetapi berpengaruh nyata dengan pemberian pupuk
organik cair pada konsentrasi 0 ml L-1,
konsentrasi 2 ml L-1 dan konsentrasi 3 ml L-1. Panjang
polong terendah diperoleh dari pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi 0
ml L-1 yaitu 3,86 cm.
Tabel 6. Rata-rata berat polong umur 35 hst dengan
perlakuan pupuk organik cair.
Konsentrasi (ml L-1)
|
Berat Polong (grm)
|
1
|
4.16a
|
2
|
3.13b
|
4
|
2.35c
|
0
|
2.07c
|
3
|
1.95c
|
Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut Uji BNT pada taraf ά = 5 %.
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat polong terbanyak
diperoleh dari pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi 1 ml L-1
yaitu 4,16 gram, berpengaruh nyata dengan pemberian pupuk organik cair pada
konsentrasi 0 ml L-1,
konsentrasi 2 ml L-1, konsentrasi 3 ml L-1 dan
konsentrasi 4 ml L-1. Berat polong terendah diperoleh dari pemberian
pupuk organik cair pada konsentrasi 3 ml L-1 yaitu 1,95 gram.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair hormon tanaman unggul
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, panjang polong dan berat
polong, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah
polong.
Salah satu unsur yang terkandung pada
pupuk organik cair hormon tanaman unggul adalah unsur nitrogen (N). Unsur nitrogen mampu meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun dan batang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nurhayati (2009) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan komponen
dari penyusun asam amino dan protein yang banyak terdapat dalam sel-sel
vegetatif tanaman. Pemberian pupuk organik cair yang lengkap
kandungan haranya, akan menyebabkan laju pertumbuhan yang sintesis yang berbeda
(Indrakusuma,200I). Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa pupuk
organik cair selain mengandung nitrogen yang merupakan penyusun dari protein,
asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur
Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai
katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.
Poerwowidodo (1992) menyatakan humat dan asam fulfat serta zat pengatur tumbuh
yang terkandung dalam pupuk organik cair akan mendukung dan mempercepat
pertumbuhan tanaman (Rao, 1994 dan Poerwowidodo 1992).
Berdasarkan hasil
analisis ragam jumlah daun tanaman buncis menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik cair umur 35 hst dengan konsentrasi 4 ml L-1 merupakan yang
terbaik yaitu 8,00 daun (Tabel 2). Hasil analisis ragam jumlah cabang
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair konsentrasi 4 ml L-1
meningkatkan jumlah cabang terbanyak yaitu 9,08 cabang (Tabel 3). Hal ini
diperkirakan akan mengakibatkan tanaman yang diberi pupuk organik cair
menghasilkan fotosintat yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang
tidak diberi pupuk organik cair (kontrol) karena tanaman dengan jumlah daun
yang lebih banyak, mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam memanfaatkan
cahaya matahari untuk digunakan sebagai energi dalam proses fotosintesis.
Sehingga hasil fotosintesisnya (fotosintat) juga akan tinggi. Peningkatan
jumlah daun setelah pemberian pupuk organik cair akan berakibat pada
meningkatnya jumlah cabang yang dihasilkan oleh tanaman buncis (Tabel 3).
Gardner et al (1991) menyatakan bahwa
batang tersusun dari ruas yang merentang di antara buku-buku batang tempat
melekatnya daun,jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun. Jumlah cabang
dapat meningkat karena adanya unsur N yang terdapat dalam pupuk organik cair
dan peningkatan penyerapan N oleh tanaman ini distimulir atau didorong oleh
keberadaan unsur hara mikro yang terdapat di dalam pupuk organik cair, dimana
peranan unsur mikro seperti Mg, Fe, Zn, dan Mn adalah sebagai kofaktor enzim
yang mendorong peningkatan aktivitas metabolisme di dalam tubuh tanaman
(Parnata, 2004).
Tanaman yang
mempunyai jumlah polong banyak berarti tanaman tersebut mampu tumbuh dan cocok
pada keadaan lingkungan setempat. Tidak berpengaruhnya beberapa konsentrasi
pupuk organik cair hormon tanaman unggul terhadap jumlah polong pada penelitian
ini diduga karena pengaruh varietas, tempat tumbuh, iklim, kesuburan tanah dan
kadar air bahan tersebut. Menurut Daryanto dan Satifah (1987) bahwa tidak semua
polong yang terbentuk dapat tumbuh terus sehingga menjadi polong dewasa atau
tua, tetapi faktor lingkungan dan fisiologi dapat mempengaruhi penyerbukan yang
dapat membentuk buah atau polong dan yang gugur selama proses penyerbukan.
Seperti menurut Putrasamedja (1992) bahwa khusus untuk pembentukan buah
memerlukan temperatur dibawah 25 ̊ C, karena pada temperatur sekitar 25° C - 28
̊ C banyak bunga yang gugur sebelum tejadi penyerbukan.
Djuariah (2008) menyatakan bahwa panjang
polong dan diameter polong buncis akan lebih kecil pada dataran yang lebih rendah
dibandingkan dengan dataran yang lebih tinggi. Hal ini diduga karena lingkungan
tempat tumbuh yang kurang optimal. Diduga pada penelitian ini media tanam tidak
hanya berpengaruh untuk meningkatkan produksi buncis secara kuantitas, tetapi
juga secara kualitas, dilihat dari panjang polong buncis tegak. Pada penelitian
ini buncis tegak ditanam dalam wadah polibag sehingga unsur hara dan daya
sokong media tanamnya terbatas. Penelitian ini juga dilakukan didaerah dataran
rendah, Tanah pada daerah ini merupakan tanah ultisol yang banyak mengandung
unsur Alumunium (Al) dan besi (Fe) sehingga keadaan tanah tersebut kurang baik
bagi pertumbuhan dan hasil tanaman buncis karena mengandung racun bagi
tanaman. Dole dan Wilkins (2005)
menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dalam wadah kurang memiliki ketersediaan
air dan hara serta drainase yang terbatas. Rendahnya hasil berat polong per
tanaman sangat berhubungan dengan rata-rata jumlah polong per tanaman yang
dipanen dan serangan hama penyakit. Selain itu belum beradaptasinya sejumlah
kultivar dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan
rendahnya hasil produksi.
Hasil analisis ragam pada variabel panjang
polong dan bobot segar buncis menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair
umur 35 hst dengan pemberian konsentrasi 1 ml L-1 meningkatkan
panjang polong terbaik yaitu 4,61 cm (Tabel 5). Pemberian konsentrasi 1 ml L-1
meningkatkan berat polong terbaik tanaman yaitu 4,16 gram (Tabel 6).
Pemberian pupuk organik cair mampu
menghasilkan panjang polong dan bobot segar polong buncis yang lebih baik
dibandingkan kontrol akibat dari adanya penambahan kandungan unsur N di daun
tanaman setelah pemberian pupuk organik cair, dimana pemberian pupuk organik
cair mampu meningkatkan status unsur nitrogen dari level yang sangat rendah
pada tanaman yang tidak diberi pupuk organik menjadi berlevel rendah pada
tanaman yang diberi pupuk organik. Adapun komposisi hara yang dimiliki oleh
pupuk organik cair hormon tanaman unggul adalah N 63 ppm, P 6 ppm, K 14 ppm, Mg
< 0,01 ppm, Na 0,22 ppm, Cu 0,05 ppm dan Fe 0,68 ppm. Keadaan ini
menyebabkan tanaman dapat meningkatkan panjang polong dan berat polong terbaik
dari keempat perlakuan yaitu konsentrasi 1 ml L-1, namun belum
mencapai panjang polong dan berat polong sesuai deskripsi varietas buncis tegak
(Lampiran 1). Hal ini selain faktor genetik, media tanam, kecukupan air pada
tanaman juga berpengaruh terhadap produksi tanaman buncis. Djuariah (2008) juga
menambahkan bahwa suhu udara di atas 25 ̊ C tidak baik untuk pembentukan buah
(Lampiran 5), begitu pula jika suhu udara dingin tidak baik untuk pertumbuhan
maupun pembuahan. Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis berkisar
antara 50 % - 60 %, namun pada penelitian yang telah dilakukan kelembaban udara
cukup tinggi (Lampiran 5) dan curah hujan rendah (Lampiran 6). Kelembaban yang
cukup tinggi akan mendukung terjadinya serangan hama dan penyakit. Selain
faktor suhu udara, rendahnya hasil buncis tegak diduga karena lingkungan
tumbuhnya yang terbatas.
KESIMPULAN
DAN SARAN
KESIMPULAN
- Pemberian
beberapa konsentrasi pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul pada tanaman
buncis memberikan pengaruh yang nyata terhadap Jumlah Daun, Jumlah Cabang,
Panjang Polong dan Berat Polong. Namun tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tinggi tanaman dan Jumlah polong.
- Pemberian
pupuk organik cair konsentrasi 4 ml L-1 memberikan hasil
terbaik terhadap perkembangan vegetatif tanaman buncis yaitu jumlah daun
dan jumlah cabang. Sedangkan pemberian pupuk organik cair konsentrasi 1 ml
L-1 memberikan hasil terbaik terhadap perkembangan generatif
tanaman buncis yaitu panjang polong dan berat polong.
SARAN
Disarankan
untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh konsentrasi pupuk organik cair
hormon tanaman unggul dan keadaan lingkungan tempat tumbuh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman buncis. Dicobakan dengan menggunakan media tanam yang tepat,
kecukupan air pada tanaman, tempat media tanam yang sesuai kondisi tanaman dan
diuji pada tempat dengan lingkungan yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
S. 1993. Pengaruh Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah dalam Risalah Seminar, Balai Penelitian Tanam Pangan Sukabumi. Badan
Penelitian Pengembangan Pertanian Balittan Sukabumi.Vol. II: 38-44.
Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Perkebunan. 2011.
Cahyono.
2003. Kacang Buncis Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kasinus.
Yogyakarta.
Daryanto
dan Satifah, S. 1987. Penampilan Lima Kultivar Kacang Buncis Tegak di Dataran
Rendah. Jurnal Agrivigor. Vol. 8. No. 1. 64 – 73.
Djuriah.
2008. Pertumbuhan dan Produksi Buncis Tegak (
Phaseolus Vulgaris) pada Beberapa Kombinasi Media Tanam Organik. Jurnal
Buletin Agrohorti. Vol 1. No. 1. 94 – 103.
Dole dan
Wilkins. 2005. Pertumbuhan dan Produksi Buncis Tegak ( Phaseolus Vulgaris) pada Beberapa Kombinasi Media Tanam Organik.
Jurnal Buletin Agrohorti. Vol 1. No. 1. 94 – 103.
Fachruddin, L. 2007. Budidaya
Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Gardner,
F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi
Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Herawati Susilo). University of Indonesia
Press, Jakarta.
Hadiansyah.
2009. Pupuk Cair Organik Ratu Biogen Multi Fungsi. http://starvoucher.co.cc
(Diakses 22 Maret 2009).
Hanolo,
W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara pemberian
pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika 1(1):25-29.
Indrakusuma.
2000. Proposal
Pupuk Organik Cair. Supra Alam
Lestari. PT Surya Pratama
Alam.
. 2001.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kentang.Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV. No. 2.
Lingga, P. 1986. Petunjuk
Penggunaan Pupuk.
Penebar
Swadaya. Jakarta.
Lingga,
P. Dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono,
dan Paulus, S., 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Musnamar,
E. I. 2003. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Revisi ke-9.
Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Nurhayati.
2004. Aplikasi Pupuk Organik dan Benziladenin terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.).
Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 1. No. 4.
Parnata.
A. S. 2004. Pupuk Organik Cair : Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka.
Bandung. 121 Hal.
Pinilih,
J. 2005. Pewarisan sifat warna bunga ukuran polong dan bobot polong pada
persilangan buncis (Phaseolus vulgaris L.) kultivar Richgreen dengan
Flo. Agrosains. 18 (1): 11-22.
Pitojo, S. 2004. Seri
Penangkaran Benih Buncis. Kanisius. Yogyakarta.
Prihmantoro, H. 1996. Memupuk
Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Putrasamedja,
S. 1992. Adaptasi berbagai macam kacang tipe tegak (Phaseoius vulgaris)
dataran rendah. Bull. Penel.Hort. XXU (2) : 5-9.
. 1992. Pertumbuhan dan Produksi Buncis Tegak ( Phaseolus Vulgaris) pada Beberapa
Kombinasi Media Tanam Organik. Jurnal Buletin Agrohorti. Vol 1. No. 1. 94 –
103.
Porwowidodo. 1992. Telaah
Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung.
. 1992.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kentang.Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV. No. 2.
Rizqiani, N, A Erlina, WN Yuwono . 2007.
Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Buncis (Phaseolus Vulgaris L)
Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7, No 1, 43-53.
Rohim,
I. dan Sukarni. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Melon pada Dua Jenis Bokhasi dan
Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair. Jurnal
Agronomika. Vol 1 No. 2, 87-93.`1
Rukmana,
R. 1994. Bertanam Buncis. Kasinus. Yogyakarta.
. 2002. Bertanam Buncis. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Salisbury,
F. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. ITB Press. Bandung.
. 1995.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kentang.Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV. No. 2.
Samekto,
R. 2006. Pupuk Daun. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Setianingsih,
T. dan Khaerodin. 1993. Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan Merambat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Susanto, R. 2002. Penerapan
Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Sutiyoso,
Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik Tanaman Buah, Sayuran dan Hias. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Syefani
dan A. Lilia. 2003. Pelatihan
Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang.
Titi, S.
dan Khaerodin, 1991, Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan Merambat, PT Penebar
Swadaya, pp. 10 – 27, Jakarta.
Tjionger, M. 2002. Menjaga Keseimbangan
Unsur Makro dan Mikro Untuk Tanaman.Abdi Tani Volume 3 Edisi XII, Tanindo Subur
Prima. Surabaya.
Masukkan Komentar di bawah