PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI CMA DAN FOSFOR TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha
curcas L.)
PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA.
Oleh :
Ferdinan
Daniel. S, Dr. Lizawati, SP dan Ir. Rinaldi, M.Si
PS Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan
mendapatkan CMA dan Fospor yang memberikan pertumbuhan terbaik terhadap bibit
jarak pagar. Penelitian ini terdiri dari 10 taraf perlakuan yaitu m0p0
= Tanpa inokulasi CMA dan Tanpa pupuk P ; m0p1 = Tanpa
inokulasi CMA dengan pupuk P 25 % dosis anjuran 37,5 Kg SP 36/ha ; m0p2
= Tanpa inokulasi CMA dengan pupuk P 50 % dosis anjuran, 75 Kg SP 36/ha ; m0p3
= Tanpa inokulasi CMA dengan pupuk P 75 % dosis anjuran, 112,5 Kg SP 36/ha ; m0p4
= Tanpa inokulasi CMA dengan pupuk P 100 % dosis anjuran,150 Kg SP 36/ha ; m1p0
= Inokulasi CMA dan Tanpa pupuk P ; m1p1 = Inokulasi CMA
dengan pupuk P 25 % dosis anjuran, 37,5 Kg SP 36/ha ; m1p2
= Inokulasi CMA dengan pupuk P 50 % dosis anjuran, 75 Kg SP 36/ha ; m1p3
= Inokulasi CMA dengan pupuk P 75 % dosis anjuran, 112,5 Kg SP 36/ha ; m1p4
= Inokulasi CMA dengan pupuk P 100 % dosis anjuran, 150 Kg SP 36/ha. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga
berjumlah 30 unit percobaan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot kering akar, bobot kering pupus,
nisbah pupus – akar, jumlah buah. Hasil percobaan menunjukan bahwa
Pemberian kombinasi cendawan mikoriza arbuskular (CMA)
dan fosfor pada lahan bekas tambang batu bara sudah mampu meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L.). Pemberian perlakuan menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi,
luas daun, bobot kering akar, bobot kering pupus dan nisbah pupus akar tanaman
jarak pagar setelah tanam kecuali diameter batang, jumlah daun, dan jumlah
buah.
PENDAHULUAN
Harga
bahan bakar minyak yang semakin meningkat dan krisis energi yang terjadi khususnya bahan bakar minyak (BBM) merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat sekarang ini. Upaya
pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui
merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Permasalahan ini dapat
diatasi dengan menemukan terobosan baru untuk mencari energi alternatif yang
bersifat dapat diperbaharui dan dapat diproduksi masyarakat luas. Salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan tanaman
yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar minyak yaitu tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas L.)
Tanaman
jarak pagar merupakan tanaman yang memiliki potensi besar untuk dijadikan
sebagai tanaman penghasil energi khususnya bahan bakar minyak. Tanaman jarak
pagar ini memiliki buah yang terdiri dari daging buah dan biji yang dapat
dijadikan sebagai bahan bakar minyak. Biji merupakan bagian yang banyak
memiliki kandungan minyak sebagai bahan bakar biodiesel dengan proses awal
ekstraksi.
Salah
satu lahan marginal yang terdapat di Propinsi Jambi adalah lahan bekas tambang
batu bara. Propinsi Jambi memiliki 757.241,10 ha areal Izin Usaha Penambangan
Batu Bara (IUP) (Dinas Sumber Daya
Energi Dan Mineral Provinsi Jambi, 2010). Berdasarkan dari data tersebut dapat terlihat
bahwa yang akan menjadi lahan bekas tambang batu bara sangat luas, hal ini
dapat dimanfaatkan untuk ditanami tanaman jarak pagar karena tanaman jarak
pagar merupakan tanaman sebagai pengendali erosi serta memperbaiki tanah (Syah,
2006), dengan menanami lahan tersebut dengan tanaman jarak pagar maka kesuburan
tanah dan tata air di lahan tersebut akan pulih secara bertahap (Prihandana et al., 2007).
Lahan
bekas tambang batu bara merupakan lahan sisa hasil proses pertambangan
batubara. Degradasi pada lahan bekas tambang batu bara meliputi perubahan sifat
fisik, biologi, dan kimia tanah, tanah menjadi masam, penurunan drastis jumlah
spesies baik flora dan fauna, terjadinya perubahan mikroorganisme tanah
sehingga lingkungan tumbuh menjadi kurang baik dengan kata lain bahwa kondisi
lahan terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan struktur tanah
yang kurang baik. Menurut Buckman dan Brady (1982), pada tanah yang bereaksi
masam yaitu tanah-tanah yang memiliki pH rendah (pH<6 akan="" al="" bagi="" dan="" didalam="" dimana="" fe="" fosfor="" ion="" mengikat="" mn="" o:p="" sangat="" sedikit="" sehingga="" tanah="" tanaman.="" tersedia="" tidak="" yang="">6>
Sehubungan
dengan banyaknya manfaat dari tanaman jarak pagar dan luasnya lahan bekas
tambang batu bara, sehingga peneliti tertarik meneliti dengan judul Pengaruh
Pemberian CMA dan Fosfor Terhadap Fase Reproduktif Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada lahan bekas
tambang batu bara.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini dilaksanakan di P.T Anugerah Alam Andalas yang terletak didalam wilayah
Desa Sungai Bengkal, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Pada
bulan September 2011 sampai dengan Januari 2012.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1
jenis isolat mikoriza yaitu Glomus
spesies (Gsp-3), Koleksi Kartika et
al.,(2010), benih jarak pagar varietas IP 1 Pakuwon, pupuk urea, KCl,
SP-36, dan decis 2.5 EC, dithane M-45 jika diperlukan. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari cangkul, ayakan, drum besar, timbangan, gembor, sprayer, gunting,
ajir, meteran ,Timbangan analitik, kamera, alat tulis dan lain- lain.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan faktor
tunggal, yaitu komponen media tanam dengan 10 perlakuan dan setiap perlakuan di
ulang 3 kali sehingga di peroleh 30 petak percobaan. Perlakuan yang dicobakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut m0p0
= Tanpa inokulasi CMA dan Tanpa pupuk P ; m0p1 = Tanpa
inokulasi CMA dengan pupuk P 25 % dosis anjuran 37,5 Kg SP 36/ha ; m0p2
= Tanpa inokulasi CMA dengan pupuk P 50 % dosis anjuran, 75 Kg SP 36/ha ; m0p3
= Tanpa inokulasi CMA dengan pupuk P 75 % dosis anjuran, 112,5 Kg SP 36/ha ; m0p4
= Tanpa inokulasi CMA dengan pupuk P 100 % dosis anjuran,150 Kg SP 36/ha ; m1p0
= Inokulasi CMA dan Tanpa pupuk P ; m1p1 = Inokulasi CMA
dengan pupuk P 25 % dosis anjuran, 37,5 Kg SP 36/ha ; m1p2
= Inokulasi CMA dengan pupuk P 50 % dosis anjuran, 75 Kg SP 36/ha ; m1p3
= Inokulasi CMA dengan pupuk P 75 % dosis anjuran, 112,5 Kg SP 36/ha ; m1p4
= Inokulasi CMA dengan pupuk P 100 % dosis anjuran, 150 Kg SP 36/ha. Jumlah tanaman per satuan percobaan
sebanyak 4 bibit dan diambil 2 tanaman sebagai sampel. Variabel yang diamati
meliputi tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot kering akar, bobot
kering pupus, nisbah pupus – akar, jumlah buah.
Media pembibitan
terdiri dari tanah lahan bekas tambang batu bara dicampur dengan pasir dengan
perbandingan 3 : 1. Pembibitan jarak pagar dilakukan pada polybag dan setiap
polybag ditanami satu benih. Jumlah inokulan (terdiri atas media tanam, spora,
potongan hifa dan potongan akar) diberikan bersama dengan penanaman benih. CMA
yang diberikan merupakan CMA yang paling efektif hasil penelitian Kartika et al., (2010). Pembibitan dipelihara
selama 2 bulan. Bibit yang dipindahkan ke lapangan tingginya sekitar 30 cm dengan jumlah daun sekitar 6 – 10 daun.
Lahan bekas
pertambangan batu bara yang akan ditanami, diratakan dan dibersihkan, kemudian
dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Jarak tanaman di lapangan adalah 2 m x 2 m. selanjutnya
dibiarkan selama 2-3 minggu.
Sebelum ditanam,
lubang tanaman diisi dengan tanah dan pupuk kandang (5 ton/ha ). Bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam tersebut, setiap lubang satu bibit.
Selanjutnya lubang yang sudah ditanam, lalu ditimbun dengan sisa tanah yang ada
di permukaan dan tanah dipadatkan.
Pemeliharaan
tanaman meliputi : penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan,
dan pemangkasan. Pengendalian serangan hama dilakukan dengan penyemprotan Decis
2.5 EC dengan konsentrasi 1 ml L-1 air, sedangkan pengendalian serangan
penyakit dilakukan dengan penyemprotan Dithane M 45 dengan konsentrasi 1 ml L-1
air. Pemupukan dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, dimana
Pupuk P
dalam bentuk SP-36 diberikan dengan dosis sesuai dengan perlakuan, berasamaan
dengan pemberian pupuk urea dan KCl dengan dosis masing – masing 50 kg urea/ha
(20 g urea/tanaman) dan 50 Kg KCl/ha (20 g KCl/tanaman).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Berdasarkan analisis ragam dan setelah dilakukan uji
Duncan, diketahui bahwa pemberian perlakuan kombinasi cendawan
mikoriza arbuskular (CMA) dan fosfor sudah mampu
meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) terhadap tinggi, luas daun, bobot kering akar, bobot kering
pupus dan nisbah pupus akar tanaman jarak pagar setelah tanam kecuali diameter
batang, jumlah daun, dan jumlah buah dibandingkan dengan tanpa memberikan kombinasi
CMA dan fosfor.
Tabel 1. Rata-rata Tinggi
tanaman (cm) jarak pagar 5 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Tinggi Tanaman
|
M0P0
|
69.67 ab
|
M0P1
|
50.83 b
|
M0P2
|
72.67 ab
|
M0P3
|
62.00 ab
|
M0P4
|
71.00 ab
|
M1P0
|
64.67 ab
|
M1P1
|
55.33 b
|
M1P2
|
83.33 a
|
M1P3
|
65.50 ab
|
M1P4
|
76.67 ab
|
Ket:
- angka-angka yang diikuti
huruf yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji Duncan
Notasi data tranformasi
√x
pemberian kombinasi CMA dan fosfor
M1P2 dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman
jarak pagar dan menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Perlakuan kombinasi M1P2 berbeda nyata dengan M0P1 dan M1P1 namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 2. Rata-rata diameter batang tanaman jarak
pagar 3 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Diameter Batang
|
M0P0
|
3.06 a
|
M0P1
|
2.29 a
|
M0P2
|
3.50 a
|
M0P3
|
2.81 a
|
M0P4
|
3.11 a
|
M1P0
|
3.48 a
|
M1P1
|
2.90 a
|
M1P2
|
2.96 a
|
M1P3
|
3.27 a
|
M1P4
|
3.37
a
|
Ket: angka-angka
yang diikuti huruf yang sama
berbeda
tidak nyata pada taraf 5% uji Duncan
Notasi data tranformasi √x
Perlakuan pemberian kombinasi CMA
dan fosfor tidak berbeda nyata terhadap diameter batang
tanaman jarak pagar, tetapi perlakuan M0P2 cenderung
menunjukan diamter batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
Tabel 3.Rata-rata jumlah daun tanaman
jarak pagar pada umur 5 bulan setelah
tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Jumlah Daun
|
M0P0
|
38,00 a
|
M0P1
|
25,33 a
|
M0P2
|
28,67 a
|
M0P3
|
56,00 a
|
M0P4
|
99,33 a
|
M1P0
|
39,00 a
|
M1P1
|
34,67 a
|
M1P2
|
78,67 a
|
M1P3
|
61,33 a
|
M1P4
|
49,33 a
|
Ket: - angka-angka yang diikuti
huruf yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji
Duncan
Notasi data tranformasi √x
Tabel 3
memperlihatkan bahwa pada perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor tidak
berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman jarak pagar, tetapi perlakuan M0P4 cenderung menunjukan jumlah
daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 4. Rata-rata luas daun jarak
pagar pada umur 5 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Luas Daun
|
M0P0
|
2036.38 ab
|
M0P1
|
1023.17 ab
|
M0P2
|
1579.25 ab
|
M0P3
|
1675.17 ab
|
M0P4
|
3481.03 ab
|
M1P0
|
1996.06 ab
|
M1P1
|
888.66 b
|
M1P2
|
3762.85 a
|
M1P3
|
1746.54 ab
|
M1P4
|
2203.88 ab
|
Ket: - angka-angka yang diikuti huruf yang sama
berbeda
tidak nyata pada taraf 5% uji Duncan
Notasi data tranformasi √x
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada
perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor M1P2 menghasilkan luas daun tanaman jarak pagar tertinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kombinasi M1P2 berbeda nyata dengan perlakuan M1P1 namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 5.Rata-rata bobot kering akar (g) tanaman jarak pagar pertanaman pada umur 5 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Bobot Kering Akar
|
M0P0
|
51.07 ab
|
M0P1
|
12.03 b
|
M0P2
|
56.13 ab
|
M0P3
|
40.40 ab
|
M0P4
|
112.57 a
|
M1P0
|
52.90 ab
|
M1P1
|
49.87 ab
|
M1P2
|
78.07 a
|
M1P3
|
88.30 a
|
M1P4
|
75.03 ab
|
Ket: - angka-angka
yang diikuti huruf yang sama
berbeda
tidak nyata pada taraf 5% uji Duncan
Notasi data tranformasi √x
Tabel 5
memperlihatkan bahwa pada perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor M0P4 menghasilkan bobot kering akar tanaman jarak pagar
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kombinasi M0P4, M1P2, M1P3 berbeda nyata dengan
perlakuan M0P1 namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 6. Rata-rata bobot kering pupus (g) tanaman jarak pagar pada umur
5 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Bobot Kering Pupus
|
M0P0
|
170.37 ab
|
M0P1
|
99.27 b
|
M0P2
|
241.83 ab
|
M0P3
|
186.53 ab
|
M0P4
|
349.27 a
|
M1P0
|
222.20 ab
|
M1P1
|
175.67 ab
|
M1P2
|
374.20 a
|
M1P3
|
326.60 ab
|
M1P4
|
294.67 ab
|
Ket: - angka-angka yang diikuti
huruf yang sama
berbeda
tidak nyata pada taraf 5% uji Duncan
Notasi data tranformasi √x
Tabel 6
memperlihatkan bahwa pada perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor M1P2
menghasilkan bobot kering pupus tanaman jarak pagar tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kombinasi M1P2 dan M0P4 berbeda nyata dengan perlakuan M0P1 namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 7. Rata-rata bobot kering pupus (g) tanaman jarak pagar pada umur
5 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Nisbah Pupus-Akar
|
M0P0
|
3.45 b
|
M0P1
|
14.85 a
|
M0P2
|
2.96 b
|
M0P3
|
12.36 ab
|
M0P4
|
3.87 b
|
M1P0
|
2.77 b
|
M1P1
|
6.31 ab
|
M1P2
|
4.94 ab
|
M1P3
|
3.61 b
|
M1P4
|
2.50 b
|
Ket: - angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf 5% uji Duncan Notasi data tranformasi
√x
Tabel 7
memperlihatkan bahwa pada perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor M0P1
menghasilkan nisbah pupus akar tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Perlakuan kombinasi M0P1 berbeda nyata dengan perlakuan
M0P4, M1P3, M0P0, M0P2, M1P0, dan M1P4 namun berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Tabel 8. Rata-rata jumlah buah tanaman jarak pagar pada umur 5 bulan setelah tanam.
Kombinasi CMA dan Fosfor
|
Jumlah Buah
|
M0P4
|
12.00 a
|
M0P3
|
11.00 a
|
M1P2
|
9.33 a
|
M1P4
|
8.66 a
|
M0P0
|
8.66 a
|
M0P3
|
8.33 a
|
M1P1
|
8.13 a
|
M0P1
|
7.00 a
|
M1P3
|
5.66 a
|
M1P0
|
5.66 a
|
Ket: - angka-angka yang diikuti
huruf yang sama
berbeda
tidak nyata pada taraf 5% uji Duncan
Notasi data tranformasi √x
Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada perlakuan pemberian kombinasi
CMA dan fosfor tidak berbeda nyata terhadap jumlah buah tanaman jarak pagar,
tetapi perlakuan M0P4 cenderung menunjukan jumlah buah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji duncan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor M1P2 pada
tanaman jarak pagar setelah tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, hal ini dapat dilihat dari peningkatan tinggi yang dialami tanaman
jarak pagar. Peningkatan ini disebabkan oleh karena adanya simbiosis yang baik
antara CMA dan fosfor,
dimana pengaruh curah hujan yang rendah (Lampiran.5) juga mempengaruhi sifat CMA dalam penyerapan fosfor yang diberikan dapat diserap oleh tanaman jarak
pagar yang membuat tanaman menjadi
relatif lebih tinggi.
Mikoriza dapat meningkatkan serapan P oleh akar tanaman, dengan
cara menyediakan permukaan serapan yang lebih besar untuk P melalui translokasi
dalam hifa eksternal pada akar tanaman inang (Cooper dan Tinker, 1978). Adanya peningkatan kandungan P dalam jaringan
tanaman dapat mempercepat pembelahan sel terutama pada jaringan meristem
tanaman sehingga berakibat lebih lanjut terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
(Muzakkir dan Hardaningsih, 2010). Hayman (1982) menambahkan sumbangan mikoriza
pada peningkatan pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada ketersediaan unsur
hara P dalam tanah. Peningkatan serapan P oleh tanaman yang terinfeksi mikoriza
diduga karena adanya peningkatan enzim fosfatase pada rhizhosfir dan akar
tersebut. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998), unsur fosfor berperan dalam
pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredaran sel ke seluruh
tanaman dalam bentuk ATP dan ADP.
Pada
Tabel 2, 3, dan 8 diameter batang, jumlah daun, dan jumlah buah tanaman jarak
pagar pemberian perlakuan kombinasi CMA
dan fosfor tidak memberikan pengaruh nyata hal ini diduga karena perlakuan belum mampu
meningkatkan diameter batang, jumlah daun, dan jumlah buah.
Santosa (1989)
menyatakan bahwa kita tidak dapat menarik kesimpulan yang berlaku umum mengenai
pemupukan P terhadap perkembangan dan peran cendawan mikoriza arbuskula. Disamping itu faktor lingkungan juga
mempengaruhi aktivitas akar yang tidak terinfeksi oleh mikoriza, yaitu iklim yang
berpengaruh terhadap fotosintesis dan pergerakan fotosintat ke akar dan bagian
lainnya. Tidak berpengaruhnya perlakuan terhadap
diameter batang, jumlah daun, dan jumlah buah juga dikarenakan CMA memiliki kecepatan penyebaran dan kemampuannya untuk
mengklonisasi tumbuhan,
kecepatan penyebaran cendawan
mikoriza arbuskula berkurang pada tanah yang memiliki berbagai macam jenis
mikoriza, tetapi akan bertambah pada tanah yang kurang memiliki cendawan
mikoriza arbuskula.
Hasil
analisis statistik pada Tabel 4 luas daun tanaman jarak pagar perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor M1P2 pada tanaman jarak pagar setelah tanam memberikan pengaruh nyata hal ini
diduga karena pemberian perlakuan mampu
meningkatkan luas daun tanaman jarak pagar. Menurut Hapsoh (2003) peningkatan luas daun
pada tanaman bermikoriza terutama pada kondisi cekaman kekeringan berkaitan
dengan penigkatan IAA yang berperan dalam elastisitas dinding sel sehingga
pertumbuhan menjadi lebih baik. Peran mikoriza membantu tanaman untuk meningkatkan
serapan hara khususnya P dikarenakan adanya kontak akar yang terinfeksi CMA dengan fosfor dalam larutan tanah akan
semakin meningkat (Noertjahyani et al.,
2003). CMA yang terinfeksi pada tanaman jarak pagar diduga karena tanah yang
digunakan dalam penelitian merupakan tanah marjinal yaitu tanah bekas tambang
batu bara dimana kadar
P tersdia dan pH tanah rendah (Lampiran,6).
Tabel
5 bobot kering akar tanaman jarak pagar perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor memberikan pengaruh nyata. Perlakuan M0P4
mampu meningkatkan bobot kering akar tertinggi pada tanaman jarak pagar setelah tanam di tanah bekas tambang batu bara
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini diduga karena salah satu unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman adalah fosfat. Fosfor terdapat dalam bentuk
phitin, nuklein, fosfatide yang secara merupakan bagian dari protoplasma dan
inti sel. Secara umum fungsi fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai, memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman
dewasa, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji atau gabah (Sutejo, 1992).
Pada
Tabel 6 perlakuan pemberian
kombinasi CMA dan fosfor M1P2
memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering pupus pada tanaman jarak pagar setelah
tanam, hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada bobot kering
pupus tanaman. Peningkatan ini diduga karena CMA respons terhadap tanaman, hal ini berkaitan dengan pH
tanah dan kadar P tersedia yang rendah berdasarkan analisis kimia tanah
(Lampiran.6) sebelum penelitian, sehingga CMA dapat meningkatkan
daya jangkau dan permukaan serapan akar terhadap unsur hara khususnya fosfor
yang digunakan tanaman untuk proses metabolisme. Santosa (1994) dalam
Zulkarnain (1999) menyatakan CMA menghasilkan asam-asam karbonat dari proses respirasinya,
dengan adanya asam karbonat ini dapat meningkatkan kapasitas absorbsi unsur
hara oleh tanaman sebab dengan bertambahnya jumlah asam karbonat di daerah
perakaran tanaman maka kelarutan unsur-unsur hara dalam rhizosfer juga akan
meningkat. Akibatnya tanaman memperoleh kemudahan dalam menyerap unsur hara
yang dibutuhkan dimana sebelumnya dalam keadaan terfiksasi dan tidak tersedia.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kabirun (2002) inokulasi CMA mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti berat kering tanaman dan jumlah anakan
pada tanaman padi. Salisbury & Ross (1992) menyatakan bahwa bobot kering
bagian atas tanaman dapat menggambarkan banyaknya unsur hara yang berasal dari
larutan tanah yang diakumulasikan pada bagian atas tanaman dari hasil
fotosintesis.
Pada
Tabel 7 nisbah pupus akar tanaman jarak pagar pemberian kombinasi CMA dan fosfor perlakuan pemberian kombinasi CMA dan fosfor memberikan pengaruh nyata.
Perlakuan M0P1 mampu meningkatkan nisbah
pupus akar tertinggi pada tanaman jarak pagar setelah tanam, dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Peningkatan yang terjadi diduga karena pemberian
pupuk fosfor pada suatu batas tertentu akan memberikan hasil meningkat, akan
tetapi pemberian yang melampauin batas optimum sering tidak berhasil memberikan
respon yang nyata (Soepardi, 1983). Fosfor merupakan unsur yang paling kritis
dibandingkan unsur-unsur lainnya bagi tanaman. Kekurangan unsur tersebut dapat
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur
fosfor yang diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan
fosfor dari pupuk sangat penting bagi tanaman (Tisdale dan Nelson, 1975).
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1.
Pemberian kombinasi CMA dan
fosfor pada lahan bekas tambang batu bara sudah mampu meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L.). Pemberian perlakuan menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi,
luas daun, bobot kering akar, bobot kering pupus dan nisbah pupus akar tanaman
jarak pagar yang berumur 14 minggu setelah tanam kecuali diameter batang,
jumlah daun, dan jumlah buah.
2.
Pemberian kombinasi CMA dan
fosfor M1P2 (CMA dengan 50 % dosis
anjuran SP 36 = 75 Kg SP 36/ha) merupakan kombinasi terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar yang baru berumur 14 minggu setelah
tanam pada lahan bekas tambang batu bara.
SARAN
Disarankan untuk menanam tanaman jarak pagar di lahan bekas tambang
batu bara menggunakan kombinasi CMA
dan fosfor M1P2 (CMA dengan
50 % dosis anjuran SP 36 = 75 Kg SP 36/ha).
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan H. C.
Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara. Terjemahan Dr. Soegiman. Penerbit Bhatara
Karya Aksara – Jakarta.
Cooper, K.M., Tinker P.B.
1978. Translocation and Transfer in vesicular-arbuskular mycorrhizas. II. Uptake
and translocation of phosphorus, zinc and sulphur. New Phytlogist.
Dinas Sumber Daya Energi Dan Mineral Provinsi Jambi. 2010.
Hapsoh, 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Budidaya
Kedelai Di Lahan Kering. Universitas Sumatera Utara : Medan.
Hayman, D.S. 1982. Influence of Soil and Fertility on Activity
and Survival of Vesikular Arbuskular
Mycorrhizal Fungi.
Kabirun, S. 2002.
Tanggapan Padai Gogo Terhadap Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskular dan Pemupukan
Phospat di Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
Kartika, E. 2006. Tanggap
Pertumbuhan, Serapan Hara Dan Karakter Morfofisiologi Terhadap Cekaman
Kekeringan Pada Bibit Kelapa Sawit Yang Bersimbiosis Dengan CMA. Dikutip dari
Disertasi. IPB.
Leiwakabessy, F.M dan
Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muzzakir dan Hardaningsih, W. 2010. Efek Fungi Mikoriza
Arbuskular Indogenus dan Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jaraka Pagar
(Jatropha curcas L.) di Lahan Kritis
Tanjung Alai Sumtera Barat. Prosiding Seminar Bidang Ilmu-ilmu Pertanian
BKA-PTN Wilayah Barat.
Prihandana, R., Hambali,
E., Mujdalipah, S., Hendroko, S. 2007. Meraup Untung Dari Jarak Pagar.
Agromedia. Jakarta.
Salisbury, F.B., Ross,
C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Co. Inc. Colorado.
Santosa, D. A. 1989.
Teknik dan Metode. Penelitian Mikoriza Vesikular Arbuskular. Laboratorium
Biologi Tanah. Jurusan Tanah IPB.
Soepardi, G. 1983. Sifat
dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Sutejo, M.M. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Syah, A. 2006. Biodiesel
Jarak Pagar : Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. Agromedia. Jakarta.
Tisdale, S.L. and W.L.
Nelson. 1975. Soil Fertility aand Fertilizer. McMillan Publ. Co. New York.
Zulkarnain.1999. Pengaruh
Pemberian MVA (Mikoriza Vesikular-Arbuskular) dan KSP (Kaptan Super Phospat)
Terhadap Ketersediaan dan Kosentrasi P Tanaman Jagung (Zea Mays L) pada Ultisol. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Tidak Dipublikasikan.
Masukkan Komentar di bawah