Pengaruh Pemberian Golden Harvest
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L.)
Bruno Sinaga1),
Esrita NS2), dan Mukhsin2)
1) Mahasiswa Program S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Golden Harvest terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis
hypogea L) serta mendapatkan dosis Golden Harvest yang memberikan
pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman kacang tanah. Penelitian ini
dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, di Desa
Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi pada ketinggian
± 35 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan sejak April sampai Juli
2012.
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor,
yaitu pupuk organik cair Golden Harvest (K) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan
yaitu: K0: Tanpa Golden Harvest, K1: 2ml/L Golden Harvest, K2: 3ml/L Golden
Harvest, K3: 4ml/L Golden Harvest, K4: 5ml/L Golden Harvest, K5: 6ml/L Golden
Harvest. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga diperoleh 24
petak percobaan. Ukuran setiap petak percobaan adalah 2,4 m x 1,5 m dengan
jarak tanam (40 x 15) cm. Dalam setiap petak percobaan terdapat 60 tanaman
sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 1.440 tanaman. Sampel ditentukan
dengan menggunakan sistem acak dan setiap petak percobaan diambil 5 tanaman
sampel dan 2 tanaman sampel destruktif. Maka seluruh tanaman sampel adalah
sebanyak 126 tanaman sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahawa pemberian
berbagai konsentrasi Golden Harvest berpengaruh terhadap tinggi tanaman ,jumlah polong
pertanaman, jumlah polong berisi, bobot
kering tanaman, bobot 100 biji dan hasil tanaman kacang tanah. Pemberian Golden
Harvest dengan konsentrasi 5 ml/L memberikan hasil 1,2 ton/hektar kacang tanah.
Kata kunci : Golden Harvest, RAK, Kacang Tanah.
PENDAHULUAN
Kacang tanah ( Aracis hypogaea, L) sebagai salah satu komoditi pangan yang
memiliki nilai gizi yang tinggi dan termasuk jenis tanaman pangan yang telah memasyarakat dan disukai oleh banyak orang,
baik untuk konsumsi maupun untuk
olahan bahan makanan dan kue. Sebagai bahan makanan biji kacang tanah dapat
dikonsumsi dalam bentuk kacang rebus, kacang goreng dan juga banyak diolah menjadi kacang atom, kacang telur dengan
melalui proses produksi tersendiri.
Selain itu kacang tanah dijadikan sebagai campuran pembuatan kue, roti, dan sebagai campuran dalam pembuatan es
krim.
Produksi kacang
tanah di Indonesia di antara jenis kacang-kacangan lainnya menempati urutan ke dua setelah kedelai. Di Provinsi Jambi pada
tahun 2009, luas panen tanaman kacang
tanah adalah 1.916 ha dengan produktivitas 12,39 Qu/ha, sehingga rata-rata
produksi sekitar 2,374 ton/ha (Badan Pusat Statistik,
2009).
Menurut Suprapto (2000), rendahnya produksi kacang tanah kemungkinan karena teknik budidaya
yang kurang baik, disamping itu produksi kacang tanah belum maksimal, hal ini
karena lahan tersebut merupakan lahan marginal yang masam dan relatif kurang
subur. Salah satu lahan berkualitas rendah dan tersebar di Indonesia adalah
lahan ultisol.
Masalah utama dalam pemanfaatan ultisol adalah kadar
Al tinggi, reaksi tanah masam, kejenuhan basa rendah dan kandungan unsur hara
rendah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Pengaruh kemasaman
yang rendah akan mengakibatkan efisiensi pemupukan rendah
(Harjowigeno, 1994). Lahan tersebut pada
umumnya berupa tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) yang bersifat masam yang kurang cocok untuk tanaman palawija, termasuk
kacang tanah. Namun dengan pengelolaan yang baik, lahan masam tersebut diharapkan
merupakan lahan yang potensial untuk
meningkatkan produksi kacang tanah.
Salah satu usaha
untuk meningkatkan produksi dari kacang tanah dan memperbaiki
kesuburan tanah serta merawat sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tetap menjaga organism yang ada didalam tanah adalah dengan melakukan pemupukan. Hal ini karena tanah-tanah pertanian
pada umumnya mengandung unsur hara yang hanya sebagian kecil mampu diserap oleh
tanaman.
Pupuk yang biasa diberikan ke tanaman digolongkan
menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk
yang terbuat dari bahan–bahan organik yang telah melapuk. Bahan organik
tersebut seperti sisa tanaman, kotoran hewan ternak atau yang berasal dari
limbah pertanian (Indriani,2003). Sedangkan pupuk anorganik yaitu jenis pupuk
yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia, sehingga
memiliki kandungan hara yang tinggi (Novizan, 2005).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan
alami yaitu sisa organisme hidup, baik sisa tanaman maupun hewan yang
mengandung unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Pupuk organik dapat berupa padat maupun cair.
Kelebihan pupuk cair bila dibandingkan dengan pupuk organik padat yaitu lebih
mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena
unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya sudah terurai (Situs Hijau, 2007)
Menurut Rizqiani et al. (2007), bahwa pupuk organik cair
merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik
cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair
foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, B, Mo,
Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat
meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab
penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan
pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan
bakal buah.
Pupuk hayati Golden
Harvest® adalah terobosan teknologi pemupukan yang dikembangkan dengan
teknologi Agricultural Growth Promoting Innoculants (AGPI), yaitu
inokulan campuran yang berbentuk cair, yang mengandung beberapa mikroba unggul
asli Indonesia. Mikroba–mikroba tersebut sangat dibutuhkan dalam proses
penyuburan tanah secara biologi antara lain : Azospirillum sp; Azotobacter sp; mikroba pelarut P; Lactobacillus
sp; dan mikroba pendegradasi selulosa
(PT. Singa Langit, 2007). Kesuburan
lahan tidak hanya ditunjang oleh salah satu sifat yaitu: kimia, fisika, maupun biologi tanah, tetapi
merupakan kombinasi ketiga sifat tersebut. Menggunakan Golden Harvest® pada
lahan pertanian akan memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah,
sehingga struktur dan tekstur tanah menjadi serasi dan sehat, sehingga tanaman
akan dapat tumbuh subur di tanah yang sehat
Mikroorganisme
yang terdapat dalam Golden Harvest® juga berfungsi melepaskan unsur hara yang
terkait pada mineral liat tanah, sehingga unsur hara tanah makro dan mikro
tersedia bagi tanaman. Untuk membantu meningkatkan proses fotosintesis tanaman,
sehingga proses pematangan buah menjadi sempurna. Menggunakan teknologi ini
dapat menghemat penggunaan pupuk kimia hingga 50 % dan dapat mengurangi biaya
pembelian pupuk. Dosis anjuran pemberian pupuk Golden Harvest® adalah 10
ml/L. (PT. Singa Langit, 2007).
Menurut penelitian
Gunarto (PT. Singa Langit, 2007) menggunakan 6 liter Pupuk Hayati Golden
Harvest® pada 1 Ha lahan sawah, 3 kali aplikasi akan menghasilkan Nitrogen (N2)
sebesar 90 kg atau sebanding dengan 200 kg Urea, P sebesar 50 kg atau sebanding
dengan 100 kg SP36/TSP dan K sebesar 50 kg atau sebanding dengan 83 kg KCL, hal
inilah yang menjadi acuan mengapa setelah menggunakan Golden Harvest® dapat
menghemat penggunaan pupuk kimia. Pemakaian Golden Harvest® pada tanaman
sayuran dengan dosis 2 liter untuk 1 ha yang dicampur dengan 200 liter air
dengan pemberian diulang setiap 15 hari sekali sampai 2 minggu menjelang panen
akan meningkatkan produksi tanaman hingga 20 – 30 % (PT. Singa Langit, 2007).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang
lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang
diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin
tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk cair yang
dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi (Rizqiani
et al., 2007).
Berdasarkan penjelasan di atas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh pemberian
berbagai dosis Golden Harvest terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis hypogeae, L).
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, di Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar
Kota, Kabupaten Muaro Jambi pada ketinggian ± 35 meter di atas permukaan laut.
Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu pupuk organik cair
Golden Harvest (K) terdiri dari 6 taraf. Data yang daiamati dalam penelitian
ini, yaitu : (1) Tinggi tanaman, (2) Bobot kering tanaman, (3) Jumlah polong
pertanaman, (4) Jumlah polong berisi
pertanaman, (5) Bobot 100 biji, (6) Hasil Ton/Ha
(1) Pengukuran
Tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 84 hari setelah tanam. Satuan yang dipakai adalah centimeter (cm); (2) Penimbangan
berat kering tanaman dilakukan pada umur 84 hari setelah tanam, kemudian dioven dengan suhu 800C selama 2 x 24
jam. Setelah dikeluarkan hingga dingin, kemudian
ditimbang dan selanjutnya dioven sampai diperoleh
bobot konstan, Satuan yang digunakan adalah gram; (3) Jumlah
polong pertanaman ditentukan setelah panen yaitu dengan menghitung jumlah
polong pertanaman
sampel tiap petak percobaan; (4) Jumlah polong berisi
pertanaman ditentukan dengan menghitung semua polong berisi pada
setiap tanaman. Polong dikatakan berisi apabila dalam satu polong
sekurang-kurangnya terdapat satu biji. Perhitungan dilakukan setelah panen pada tanaman sampel; (5)
Penimbangan
bobot biji dilakukan setelah polong dijemur diterik matahari sampai kadar
airnya mencapai +/- 14 %, selanjutnya dilakukan pembijian. Setelah itu biji dari masing-masing tanaman sampel diambil secara acak sebanyak 100 butir,
kemudian ditimbang dan diulang sebanyak tiga kali. Satuan yang
digunakan adalah gram; (6) Hasil ton ha-1 dilakukan setelah panen, dimana hasil yang diambil berasal dari petak ubinan kemudian dikonversikan ke hektar. Satuan
yang digunakan adalah ton ha.
1Hektar
Hasil ton Ha-1 = -------- x
Hasil ubinan . 10-6
(Luas
petak ubinan)
Untuk melihat
pengaruh perlakuan pupuk organik cair terhadap variabel yang diamati dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan
sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT dengan
taraf α = 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji pada tabel 1
menunjukkan bahwa pada pemberian konsenrasi 2 ml/L menunjukkan tinggi tanaman yang tidak berbeda
nyata terhadap perlakuan tanpa pemberian Golden Harvest begitupun ketika
konsentrasi dinaikkan sampai 3 ml/L. Akan tetapi ketika konsentrasi dinaikkan
menjadi 4 ml/L akan menunjukkan tinggi
tanaman yang sudah berbeda nyata, begitupun diikuti pada konsentrasi 5 dan 6
ml/L.
Hasil uji pada tabel 2
menunjukkan bahwa pemberian konsenrasi 2 ml/L tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan perlakuan tanpa Golden Harvest dan tetap tidak berbeda nyata meskipun
konssetrasi dinaikkan sampai 4 ml/L. Namun jika dinaikkan sampai 5 ml/L akan
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pemberian
Golden Harvest yang menunjukkan hasil terbaik terhadap bobot kering tanaman ditunjukkan pada konsentrasi 6
ml/L (48,5 gr), berbeda nyata dibandingkan perlakuan lainnya.
Hasil uji pada tabel 3
menunjukkan bahwa pada pemberian konsenrasi
2 ml/L sudah menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan
perlakuan tanpa Golden Harvest namun tidak berbeda nyata jika konsentrasi
dinaikkan sampai 3 ml/L . Pada konsentrasi 4 ml/L menunjukkan hasil yang
berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Pemberian Golden Harvest
yang menunjukkan hasil terbaik terhadap jumlah polong pertanaman ditunjukkan
pada konsentrasi 5 ml/L (60,5), tidak berbeda nyata dengan dengan konsentrasi 6
ml/L namun berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Hasil uji pada tabel 4
menunjukkan bahwa pada pemberian konsenrasi 2 ml/L sudah menunjukkan hasil yang
berbeda nyata jika dibandingkan perlakuan tanpa Golden Harvest namun tidak
berbeda nyata jika konsentrasi dinaikkan sampai 3 ml/L. Pada konsentrasi 4 ml/L
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pemberian
Golden Harvest yang menunjukkan hasil terbaik terhadap jumlah polong pertanaman
ditunjukkan pada konsentrasi 5 ml/L (58,8)
,tidak berbeda nyata dengan dengan konsentrasi 6 ml/L namun berbeda
nyata terhadap perlakuan lainnya.
Hasil uji pada tabel 5
menunjukkan bahwa pada pemberian konsenrasi
2 ml/L sudah menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan
dengan perlakuan tanpa Golden Haevest, namun tidak berbeda nyata jika konsentrasi
dinaikkan sampai 3 ml/L. Pada konsentrasi 4 ml/L menunjukkan hasil yang berbeda
nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 1. Tinggi
tanaman kacang tanah menurut perlakuan pada beberapa perbedaaan konsentrasi
Golden Harvest.
Konsentrasi
Golden Harvest (ml/L) Tinggi tanaman (cm)
0 49,6 a
2 50,9 a
3 51,2 a
4 56,3 b
5 57,2 b
6 57,9 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf α = 5%.
Tabel 2. Bobot kering tanaman
kacang tanah menurut perlakuan pada beberapa perbedaaan konsentrasi Golden
Harvest.
Konsentrasi Golden
Harvest (ml/L)
|
Bobot Kering Tanaman (g)
|
|
0
|
39,7 a
|
|
2
|
40,4 a
|
|
3
|
40,3 a
|
|
4
|
40,7 a
|
|
5
|
42,2 b
|
|
6
|
48,5 c
|
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf α = 5%.
Tabel 3. Jumlah polong pertanaman
kacang tanah menurut perlakuan pada beberapa
perbedaaan konsentrasi Golden Harvest.
Konsentrasi
Golden Harvest (ml/L)
|
Jumlah Polong
pertanaman (polong)
|
|
0
|
21,5 a
|
|
2
|
29,0 a
|
|
3
|
31,3 b
|
|
4
|
43,3 c
|
|
5
|
60,5 d
|
|
6
|
60,0 d
|
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata menurut uji BNT pada taraff α = 5%.
Tabel 4. Jumlah polong berisi pertanaman kacang
tanah menurut perlakuan pada beberapa perbedaaan konsentrasi Golden Harvest.
Konsentrasi Golden Harvest (ml/L)
|
Jumlah Polong berisi pertanaman
|
|
0
|
19,3 a
|
|
2
|
27,0 b
|
|
3
|
28,5 b
|
|
4
|
41,3 c
|
|
5
|
58,8 d
|
|
6
|
58,3 d
|
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata menurut uji BNT pada taraff α = 5%.
Tabel 5. Bobot 100 biji kacang
tanah menurut perlakuan pada beberapa perbedaaan konsentrasi Golden Harvest.
Konsentrasi
Golden Harvest (ml/L)
|
Bobot 100 Biji (g)
|
|
0
|
14,6 a
|
|
2
|
17,5 b
|
|
3
|
21,6 b
|
|
4
|
25,6 c
|
|
5
|
31,2 d
|
|
6
|
30,8 d
|
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata menurut uji BNT pada taraff α = 5%.
Tabel 6. Hasil ton/ha kacang tanah
menurut perlakuan pada beberapa perbedaaan
konsentrasi Golden Harvest.
Konsentrasi
Golden Harvest (ml/L)
|
Hasil (ton/ha)
|
|
0
|
0,8 a
|
|
2
|
0,9 b
|
|
3
|
0,9 b
|
|
4
|
0,9 b
|
|
5
|
1,2 d
|
|
6
|
1,1 c
|
Keterangan: Angka-angka
yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji BNT
pada taraff α = 5%.
Pada tabel 6 terlihat
bahwa pemberian konsenrasi 2 ml/L sudah menunjukkan hasil yang berbeda nyata
jika dibandingkan perlakuan tanpa Golden Harvest namun tidak berbeda nyata jika
konsentrasi dinaikkan sampai 4 ml/L . Jika konsentrasi dinaikan menjadi 5 dan 6
ml/L berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pada pemberian Golden Harvest yang menunjukkan
hasil terbaik terhadap jumlah polong pertanaman ditunjukkan pada konsentrasi 5
ml/L (1,2 ton/ha) berbeda nyata
terhadap perlakuan lainnya.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat dismpulkan bahwa Pemberian
Golden Harvest dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman, berat kering tanaman, jumlah
polong pertanaman, polong berisi pertanaman, bobot 100 biji dan hasil kacang
tanah dan Pemberian Golden Harvest dengan memberikan pertumbuhan dan hasil
terbaik pada kacang tanah dengan hasil 1,2 ton perhektar
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000.
Meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sawah dan kering. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Agustina, L. 1990. Dasar
Nutrisi Tanaman. Catatan pertama. Rineka Cipta, Jakara.
Atmaja, I Wayan
Dana, 2001. Bioteknologi Tanah (ringkasan kuliah). Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Badan Pusat Statistik. 2009. Luas panen, produktivitas dan
produksi kacang tanah menurut provinsi tahun 2009. http://www.bps.go.id/tab sub/view.php?tabel=l&daftar=I&id
subyek=53& notab=18. (Diakses
Mei 2010).
Harjowigeno, S.
1994. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Penerbit: Akademika Presindo, Jakarta.
Harjowigeno,
S. 1994. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hidayat,
R. 2004. Kajian pola translokasi asimilat pada beberapa umur tanaman manggis
(Garinia mangostama, L.) muda, Agrosains Vol 6 (1) : 0-25
Indriani. 2003,
Membuat kompos secara kilat : Media Pustaka Jakarta.
Jan
redo. 2011. Pengaruh pemberian berbagai jenis pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan selada. Jambi.
Lingga,
P. Dan Marsono 2002. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marzuki,
R. 2009. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono
dan Sigit, P. 2001. Pupuk akar, jenis dan aplikasi. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Novizan. 2005.
Petunjuk pemupukan yang efektif. Agronedia pustaka, Jakarta.
PT. Singa Langit. 2007. Tiens
Golden Harvest. Jakarta.
Rao,
N.S.S. 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford and IBM Publishing
Co. (Terjemahan H. Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Indonesia Press).
Purwendro Nurhidayat, 2008.
Mangolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida Organik.
Rinsema.
1983. Pupuk dan cara pemupukan. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1986.
Pupuk dan pemupukan. C.V. Simplex. Jakarta.
Sitompul,
S.M dan B Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Madza University
Press. Yogyakarta. 412 hal.
Situs Hijau.
2007. Bahan organik http: kmit, Faperta, ugm,ac/artikel, bahan organik. Html
(diakses januari 2009). Yogyakarta
Soepardi,
G. 1983. Sifat dan Ciri tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Somaatmadja, S. 1985. Kacang tanah (Arachis hypogaea L). C.V. Jasa Guna. Jakarta.
Sukamto Hadisuwito. 2007. Pembuatan Pupuk Kompos
Cair. Agromedia Pustaka : Bandung
Sumarno. 2002.
Tehnik budidaya kacang tanah. Sinar Baru Algesindo. Bandung. Hal 10.
Suprapto, HS. 2000. Bertanam kacang tanah.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprayitna,
1996. Bercocol tanam selada dan sawi. Gramedia. Jakarta
Sutanto,
R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo.
M. M dan Kartasapoetra. A.G. 2002. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Masukkan Komentar di bawah