Pengaruh Pemberian Tepung Daun Jambu Biji dan
Tepung Sirsak Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).
Masrukin1, Jasminarni2,
dan Evita2
1)Alumni
Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi, 2)
Staf Pengajar Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
email : ruckyn_z@rocketmail.com
ABSTRAK
Produksi kedelai Nasional tahun 2011 yaitu
851.2286 ton dengan luas panen 622.254 ha, dan produktivitas 13.68 kwintal per
hektar. Produksi kedelai Provinsi Jambi
pada tahun 2011 adalah 5.668 ton dengan
luasan panen 4.563 hektar dan produktivitas 12.42 kwintal per hektar. Lahan di Provinsi Jambi didominasi oleh tanah
Ultisol dengan luas 2.272.725 hektar atau 44.56% dari luas Provinsi Jambi.
Permasalahan tanah Ultisol adalah kandungan unsur hara sangat rendah, pH rendah
atau masam serta kandungan Al dan Fe tinggi.
Namun, tanah ultisol ini merupakan tanah yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai lahan pertanian apabila dikelola dengan baik.
Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai terhadap
pemberian tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak. Penelitian ini
dilaksanakan di Teaching and Research
Farm Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu dosis tepung daun jambu biji dan tepung
daun sirsak dengan 5 perlakuan yaitu, T0 : Tanpa tepung daun sirsak dan tepung
daun jambu biji, T1 : 1,25 ton ha-1 tepung daun sirsak + 0,4 ton ha-1
tepung daun jambu biji, T2 : 0,4 ton ha-1 tepung daun sirsak + 1,25
ton ha-1 tepung daun jambu biji, T3 : 1 ton ha-1 tepung
daun sirsak + 0,6 ton ha-1 tepung daun jambu biji, T4 : 0,6 ton ha-1 tepung daun sirsak + 1 ton ha-1 tepung daun jambu biji. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian dosis tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak
memberikan pengaruh yang tidak nyata bagi tinggi tanaman, berat 100 biji dan
hasil ha-1 dan memberikan pengaruh yang nyata pada umur berbunga, jumlah polong per tanaman,
polong berisi per tanaman, jumlah cabang primer. Yaitu antara T0 dengan T4.
Kata kunci : Pupuk organik, Tepung
daun jambu biji, tepung daun sirsak, kombinasi dosis.
PENDAHULUAN
Produksi kedelai
nasional tahun 2011 yaitu 851.286 ton per luas panen 622.254 ha, berarti
produktivitasnya 13,68 kwintal per hektar. Produksi kedelai provinsi Jambi pada
tahun 2011 adalah 5.668 ton dengan luasan panen 4.563 hektar dan
produktivitasnya 12,42 kwintal per hektar (Badan Pusat Statistik, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas
kedelai nasional lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jambi. Untuk
meningkatkan produktivitas tanaman kedelai maka perlu dilakukan upaya-upaya
introduksi teknologi. Diantaranya, penggunaan bibit unggul, penggunaan jarak
tanam yang tepat, pemupukan serta pemeliharaan (Departemen Pertanian, 2011).
Tingkat
kebutuhan kedelai dalam negeri yang mencapai 1,9 juta-2 juta ton per tahun
tidak dapat di penuhi oleh produksi dalam negeri, maka sekitar 70 % kebutuhan
kedelai bergantung pada impor dari luar negeri. Hal ini menyebabkan naiknya
harga kedelai dunia yang mencapai 100 % dari 300 dolar AS per ton meningkat
tajam menjadi 600 dolar AS per ton, sehingga memberikan dampak yang cukup
signifikan bagi harga kedelai nasional. (Tulus, 2007).
Lahan
di Provinsi Jambi didominasi oleh tanah
jenis ultisol dengan luas 2.272.725 hektar atau 44.56 % dari luas Provinsi
Jambi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, 2008). Tanah Ultisol
umumnya berkembang dari bahan induk tua seperti batuan liat atau vulkanik.
Permasalahan tanah ini adalah kandungan unsur hara sangat rendah, pH rendah
atau masam serta kandungan Al dan Fe tinggi (Prasetyo dan Suriardikarta, 2006).
Namun, tanah ultisol ini merupakan tanah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian apabila
dikelola dengan baik.
Salah
satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui pemupukan. Pupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik, sedangkan pemupukan adalah suatu cara pemberian unsur
hara atau pupuk kepada tanah dengan tujuan agar dapat diserap oleh tanaman.
Berdasarkan macamnya, pupuk terdiri dari dua macam, yaitu pupuk anorganik dan
pupuk organik (Hardjowigeno, 2010).
Pupuk organik adalah bagian dari tanah yang
merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman
dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami
perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam
tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,
bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas dan mengurangi pencemaran lingkungan dibanding
penggunaan pupuk buatan (Sutedjo,
2010).
Meskipun
unsur-unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik, tidak sebanyak
unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk anorganik, tetapi pupuk organik lebih
ramah lingkungan dibanding pupuk anorganik (Purwa, 2010). Keunggulan pupuk
organik diantaranya 1. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah agar tetap
gembur, 2. Meningkatkan daya serap dan pegang tanah terhadap air, 3. Menaikkan
kondisi kehidupan dalam tanah.
Salah
satu bentuk penggunaan pupuk organik adalah penggunaan daun-daun tanaman yang
sudah kering dan gugur (Sutanto,
2012). Salah satu daun yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik
adalah daun sirsak dan daun jambu biji. Daun sirsak dan daun jambu biji telah
lama dikenal sebagai obat dan pestisida nabati. Untuk mengendalikan penyakit
maupun pengendalian hama.
Penelitian
Loperina (2012), menunjukkan ekstrak daun jambu biji dapat mengendalikan
penyakit bercak unggu pada bawang merah pada konsentrasi larutan daun jambu
biji sebesar 90 %. Hasil penelitian
Evita et al., (2009), dalam uji
efektifitas formulasi fungisida nabati dari berbagai daun tanaman terhadap
penyakit layu fusarium dan pertumbuhan tanaman tomat menunjukkan bahwa
penggunaan tepung daun sirsak dan daun jambu biji menunjukkan pengaruh nyata
pada pertumbuhan tanaman tomat dengan dosis 500 gram/0,75m2 (50 x
150cm). Hasil penelitian Evita dan Jasminarni (2010), menunjukkan pertumbuhan
tanaman tomat yang optimal di dapat dari
perlakuan tepung daun sirsak + tepung daun jambu biji yang digunakan untuk
mengendalikan penyakit layu
fusarium dan pertumbuhan tanaman tomat.
Telah
banyak penelitian yang menggunakan daun jambu biji dan daun sirsak sebagai
pestisida pada pertanian organik, tetapi untuk dijadikan pupuk belum terlalu
dieksplorasi. Jika dicoba meneliti lebih lanjut, kemungkinan
daun jambu biji dan daun sirsak bisa digunakan sebagi pupuk dan juga sebagai
pestisida nabati, sehingga keduanya memiliki fungsi ganda.
Berdasarkan
hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Pemberian Tepung Daun Jambu Biji
dan Tepung Daun Sirsak terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill ) .”
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Teaching and Research Farm Fakultas
Pertanian Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Indah, Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Dengan ketinggian 35 m diatas permukaan
laut (dpl) Penelitian dilaksanakan dari
bulan Oktober 2012 sampai bulan Januari
2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro, pupuk kandang kotoran sapi, tepung daun Sirsak, dan tepung daun
jambu. Alat yang digunakan adalah
cangkul, parang, gunting, tugal, timbangan, tali rafia, ajir, meteran,
alat-alat tulis, kamera, dan alat–alat lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.
Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor, yaitu kombinasi
tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak yang terdiri dari 5 taraf
perlakuan yaitu:
T0 : Tanpa tepung daun sirsak dan tepung daun jambu biji
T1 : 1,25 ton ha-1 tepung daun sirsak + 0,4 ton ha-1
tepung daun jambu biji
T2 : 0,4 ton ha-1 tepung daun sirsak + 1,25 ton ha-1
tepung daun jambu biji
T3 : 1 ton ha-1 tepung daun sirsak + 0,6 ton ha-1
tepung daun jambu biji
T4 : 0,6 ton ha-1
tepung daun sirsak + 1 ton ha-1 tepung daun jambu biji
Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali
dengan demikian jumlah petakan percobaan 30 unit (Lampiran 2) . Ukuran petakan
masing–masing 2 m x 1,5 m dengan jumlah tanaman dalam satu petak percobaan
adalah 70 tanaman dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pada setiap petak percobaan
di ambil 4 tanaman sebagai sampel, sehingga diperoleh tanaman sampel
keseluruhan adalah 120 tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komponen Pertumbuhan : Tinggi Tanaman, Umur Berbunga, dan Jumlah Cabang
Primer.
Tabel 1. Tinggi Tanaman, Umur Berbunga, dan Jumlah Cabang Primer
kedelai pada berbagai dosis perlakuan tepung daun jambu biji dan tepung daun
sirsak.
Perlakuan
|
Tinggi tanaman
(cm)
|
Umur berbunga
(hst)
|
Jumlah cabang primer
(batang)
|
T0
T1
T2
T3
T4
|
66,50a
76,08a
74,67a
75,04a
72,96a
|
32,67ab
31,5ab
30,04b
33,54a
32,38ab
|
2,68ab
2,42ab
1,96b
2,21b
3,38a
|
Keterangan: Angka-angka yang
diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% Uji Ganda
Duncan.
Tabel 2. Jumlah
polong per Tanaman, Jumlah Polong Berisi per Tanaman, Berat 100 Biji, Hasil Ton
Ha-1.
Perlakuan
|
Jumlah polong
(polong)
|
Jumlah polong berisi
(polong)
|
Berat 100 biji
(g)
|
Hasil tanaman
(ton ha-1)
|
T0
T1
T2
T3
T4
|
55,49ab
49,96ab
41,50b
47,54ab
60,79a
|
51,17ab
49,79ab
37,46b
43,96ab
57,13a
|
18,68a
17,96a
17,52a
17,96a
18,40a
|
1,46a
1,43a
1,38a
1,41a
1,18a
|
Keterangan: Angka-angka yang
diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% Uji Ganda
Duncan.
Pembahasan
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh
teknik budidaya. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara
lain air, unsur hara, iklim, dan organisme penganggu tanaman. Untuk mendapatkan
pertumbuhan yang baik, semua faktor pendukung haruslah terpenuhi.
Berdasarkan analisis
statistik pada variabel-variabel yang diamati terlihat bahwa pemberian
kombinasi dosis tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, berat 100 biji dan
hasil ton ha-1.
Pemberian dosis tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak pada
berbagai dosis memberikan perbedaan yang nyata terhadap, umur berbunga, jumlah
cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman.
Perbedaan yang terjadi antara T0 dengan T4.
Tanaman sangat memerlukan unsur hara untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasilnya. Dengan menggunakan unsur hara tanaman
dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan oleh unsur
hara lain. Apabila terdapat unsur hara yang tidak terpenuhi terutama unsur hara
esensial maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali
(Rosamarkam dan Yuwono, 2002). Suplai unsur hara tersedia dipengaruhi oleh sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisika, biologi dan kimia tanah. Ketiga sifat itu saling
berinteraksi dalam mengkondisikan tanah apakah subur atau tidak. Kesuburan
tanah selalu berkonotasi dengan produktifitas suatu tanah yang diperlihatkan
oleh hasil tanaman/satuan luas tanah (Lahudin,1990).
Kandungan hara merupakan salah satu unsur
terpenting dalam proses metabolisme tanaman. kekurangan unsur hara akan
berakibat terganggunya proses metabolisme tanaman sehingga menurunkan
pertumbuhan tanaman. Rekomendasi kebutuhan unsur hara tanaman kedelai sendiri
yaitu N (50 kg ha-1), P (SP 36, 100 kg ha-1), K(100 kg ha-1).
(Adisarwanto, 2005). Sedangkan setelah dianalisis kandungan N,P,K dalam tepung
daun jambu biji adalah N(0,93 %),
P(0,153 %), K(0,54 %), serta tepung daun sirsak hanya N(1,07 %), P(0,146 %),
K(0,43 %). Kandungan hara yang kecil
pada daun jambu biji dan tepung daun sirsak diduga tidak memberikan pangaruh
yang nyata pada komponen hasil yaitu berat 100 biji dan hasil ton ha-1.
Kandungan N, P, K pada tanah awal N (0,157%),
P (8,73 ppm), K (0,47 Me 100 g-1) dan pada perlakuan T0 kandungan N(
(0,205%), P(13,93 ppm), K (0,57 Me 100 g-1). Hal ini terlihat bahwa
terjadi penambahan unsur hara, penambahan unsur hara itu terjadi bisa disumbang
oleh pemberian pupuk dasar kotoran sapi dan pemberian perlakuan tepung daun
jambu biji dan tepung daun sirsak, meskipun penambahan unsur hara yang terjadi
kecil, tetapi itu mampu memberikan pangharuh nyata pada perlakuan T4 yaitu 0,6
ton ha-1 tepung daun sirsak + 1 ton ha-1 tepung daun
jambu biji
Salah satu sifat bahan organik yang sangat
penting bagi peningkatan kandungan bahan organik tanah. Pentingnya rasio C/N
suatu bahan terkait dengan pengaruhb bahan tersebut terhadaap ketersediaan N
bagi tanaman, dan tingkat laju dekomposisi bahan di dalam tanah, rasio C/N yang
baik adalah > 20. Rasio C/N tepung
daun jambu biji adalah 25,55 dan tepung daun sirsak 34,85. Hal ini menunjukkan bahwa tepung daun jambu
biji dan tepung daun sirsak memiliki C/N rasio yang tergolong tinggi. Rasio C/N
rendah berarti bahan mengandung banyak N dan mudah terdekomposisi, sehingga
cepat memasok N bagi tanaman. Sebaliknya, bahan-bahan dengan rasio C/N tinggi
akan sulit terdekomposisi dan dapat menyebabkan kekahatan N pada tanaman (Ali,
2011).
Banyak faktor lingkungan yang saling
berinteraksi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan hasil tanaman kedelai,
antara lain yaitu kelembaban udara, suhu udara, curah hujan, dan penyinaran
matahari. Bedasarkan hasil olahan data
penunjang penelitian dari Bulan Desember sampai Januari 2013, menunjukkan
kelembaban udara rata-rata selama penelitian 86,75%. Curah hujan rata-rata
perbulan 180 mm pada awal penanaman dan fase vegetatif iklim berkisar antara
kelembaban udara 86 % curah hujan 207 mm
perbulan (Lampiran 7)
Keadaan iklim rata-rata pada saat penelitian
sudah cukup menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Kelembaban udara
optimal untuk tanaman kedelai adalah 75-90 % (Adisarwanto, 2009). Disentra
pemanenan kedelai di Indonesia pada umumnya kondisi iklim paling cocok adalah
daerah-daerah yang mempunyai suhu antara
25-27 0C, kelembaban udara (RH) rata-rata 65 %, penyinaran matahari
12 jam per hari atau minimal 10 jam per hari curah hujan paling optimal
100-1200 mm per bulan (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).
Suhu juga merupakan salah satu faktor abiotik
yang mempengaruhi pertumbuhan kedelai. suhu yang optimum akan meningkatkan
proses metabolisme tanaman kedelai dan sebaliknya suhu yang tidak optimum akan
menghambat pertumbuhan tanaman kedelai. Tanaman kedelai menginginkan suhu
antara 21-340C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai
23-270C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu
yang cocok sekitar 300C (Irwan,2006). Suhu rata-rata pada penelitian
ini yaitu 34,70C yang merupakan suhu yang relatif cocok bagi
pertanaman kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa suhu bukan merupakan faktor
penghambat untuk pertumbuhan kedelai.
Perlakuan jarak tanam mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Hal ini diduga bahwa jarak tanam yang
sesuai akan memungkinkan pertumbuhan
vegatatif maupun generatif tanaman secara maksimal, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan produksi biji tanaman. Sesuai dengan pendapat Hardjadi (1997), bahwa jarak tanam
mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya yang akan
mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam penggunaan unsur hara dan air, yang
pada akhirnya akan mempengaruhi hasil.
Jarak tanam yang rapat juga menyebabkan
kelembaban tinggi yang mengakibatkan berkembangnya penyakit. Jarak tanam ideal
kedelai 30 x 25 cm. Hasil penelitian
Hikmah (2010) menunjukkan bahwa jarak tanam 30 x 25 cm berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong per tanaman dan jumlah polong berisi pertanaman. Pada
penelitian ini jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 20 cm jarak tanam yang
digunakan ini sangat rapat sehingga penyinaran matahari tidak merata. Dengan
penyinaran yang tidak merata ini, menyebabkan terjadinya kompetisi tanaman
untuk mendapatkan sinar matahari, sehingga tanaman mengalami etiolasi yang
mengakibatkan tanaman memanjang. Proses etiolasi ini terjadi pada tanaman yang
tidak mendapat cahaya matahari yang merata. Hal ini dapat dilihat pada variabel
tinggi tanaman yang rata-rata yaitu 73,05 cm lebih tinggi jika dibandingkan
dengan diskripsinya hanya memiliki tinggi tanaman 65 cm (Lampiran 8). Hal ini
menyebabkan tidak berkembangnya cabang primer, jumlah polong per tanaman,
jumlah polong berisi per tanaman, yang mengakibatkan menurunnya hasil
tanaman.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pemberian
dosis tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak belum mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
2.
Pemberian
dosis tepung daun jambu biji dan tepung daun sirsak memberikan pengaruh
yang tidak nyata bagi tinggi tanaman, berat 100 biji dan hasil ha-1
3.
Pemberian dosis tepung daun jambu biji dan
tepung daun sirsak memberikan pengaruh yang nyata pada umur berbunga, jumlah polong per tanaman,
polong berisi per tanaman, jumlah cabang primer. Yaitu antara T0 dengan T4.
Saran
Perlu dilakukan
penelitian lanjutan di lahan bekas pertanaman kedelai penelitian ini,
dikarenakan ratio C/N tepung daun jambu biji
25,55 dan tepung daun sirsak C/N 34,85, sehingga proses dekomposisinya
lama yang menyebabkan unsur haranya lama
tersedia. Dan juga penggunaan jarak
tanam sebaiknya diperlebar guna mencegah kompetisi yang berlebihan dan supaya
tanaman memperoleh cahaya matahari yang merata guna menjaga kelembaban dan pertumbuhan
cabang primer yang akan berorientasi pada hasil tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto.
2007. Kedelai: Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif Dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Andrianto,
T. dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani : Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang. Absolute.
Yogyakarta.
Badan Pusat
Statistik Jambi. 2011. Diunduh dari http://jambi.bps.go.id. ( diakses
25 Nopember 2012).
Balai
Penelitian Tanaman kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian. 1997. Komponen
Teknologi Peningkatan Produksi Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian.
Malang.
Chatri,M.
Hasana dan M. Des. 2000. Pemenfaatan
Ekstrak Daun Alpukat (Persea gratissema Gaertn)
Untuk Menekan Pertumbuhan Bakteri pseudomonas
syringae pv Gluclnea Secara In Vitro. Jurnal Stigma Vol, VIII No 1. Bulan
Juli-September.
Departemen
Pertanian. 2011. http://pphp.deptan.go.id. ( diakses
25 nopember 2012).
Dini. R.
2009. Efek Antioksida Fraksi Larut Etil Asetat Ekstrak Daun Jambu Biji (
psidium guajava ) Pada kelinci Yang Dibebani Glukosa. Skripsi Fakultas farmasi
Universitas Muhammadiyah. Surakarta .
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. 2008. Data Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura tahun 2008.
Evita, dan
Jasminarni. 2010. Uji Efektivitas Formulasi Fungisida Nabati Dari Berbagai Daun
Tanaman Terhadap Penyakit Layu Fusarium Dan Pertumbuhan Tanaman Tomat. Laporan
penelitian. Universitas Jambi. Jambi
Evita, Trias
N, dan Jasminarni. 2009. Uji Efektivitas
Formulasi Fungisida Nabati Dari Berbagai Daun Tanaman Terhadap Penyakit Layu
Fusarium Dan Pertumbuhan Tanaman Tomat. Laporan penelitian. Universitas Jambi.
Jambi
Hardjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. PT
Gramedia. Jakarta
Hardjowigeno,
S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hendro, S.
2005. Sirsak dan Srikaya. Penebar Swadaya. Bogor.
Hikmah N. 2010. Pertumbuhan dan hasil Kedelai
(Glycine max (L) merill) Varietas
Anjasmoro Pada Beberapa Jarak Tanam Dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam ;
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi
Loperina, S.
2012. Uji Efektifitas Larutan Daun Jambu Biji ( psidium Guajava L ) Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Ungu ( Alternaria Porri Ell. CIF) Pada Bawang
Merah ( Allium cepa ). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
Munawar, A.
2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor.
Parnata Ayub. Meningkatkan Hasil
Panen Dengan Pupuk Organik. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Pitojo, S.
2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Purwa D.R.
2010. Petunjuk Pemupukan. Redaksi Agromedia. Jakarta.
Pranitasari.
N. 2007. Klasifikasi Tumbuhan Berbiji. Diunduh dari http://novi-biologi.blogspot.com/2011/06/jambu-biji-psidium-guajava-/html. (diakses
25 Nopember 2012).
Prasetyo,
B.H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi,dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan kering Di
Indonesia.
Rukmana. R
dan Yuniarsih. 2001. kedelai : Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarjono.
H.1990. Ilmu Produksi Buah- Buahan . Sinar Baru Agresindo. Bandung.
Suprapto.
2004. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, R.
2012. Penerapan Pertanian Organik
Permasyarakatan dan pengembangan. Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo,
M.M. 2010. Pupuk dan cara pemupukan.
Rineka cipta. Jakarta.
Ikmal. 2009.
Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Terhadap
Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Tulus, S.
2007. Uji Daya Hasil Beberapa varietas Kedelai Berdaya Hasil Tinggi Pada Lahan
kering. Skripsi fakultas Pertanian Universitas Negeri Manokwari. Manokwari.
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Masukkan Komentar di bawah